Saat ini Ilaria duduk di samping Andre sambil memakan makanan yang di pesan Andre untuknya.
Acara penerimaan mahasiswa-mahasiswi baru sudah berjalan dan hampir selesai. Diam-diam Ilaria selalu melirik ke arah kiri nya di mana si protagonis pertama duduk, Maximilian Danver Abraham. Umurnya 28 tahun, paman tampan yang terobsesi pada Lafitte gadis baik hati kita semua.
Ilaria terus saja melempar tatapan tajam penuh permusuhan, pengawasan yang Ilaria lakukan membuahkan hasil. Saat Lafitte maju menerima penghargaan sebagai mahasiswi dengan nilai terbaik, sesuai jalan cerita Max akan menaruh perhatian pada Lafitte.
Dan mengingat pertemuan pertamanya dengan Lafitte, ugh!
"Berapa umur mu saat ini?"
Ilaria menoleh dengan mulut penuh roti, ia tidak langsung menjawab. Ah, iya ya umur Ilaria saat ini berapa? Tunggu, jarak umur Ilaria dan Zeigler adalah 3 tahun saat ini Zeigler berumur 20 tahun berarti Ilaria berumur-
"Tidak ingat? Dasar pelupa!" Andre menyentil pelan kening Ilaria meskipun pelan karena kulit Ilaria yang sensitive keningnya langsung memerah .
"17 tahun! Aku ingat dan tidak pelupa Papah!"
Papah?
Andre tersenyum tipis mendengar panggilan putrinya, akhirnya setelah sekian lama panggilan itu terdengar indah mengalun merdu di telinganya.
Tangan Andre mengusap sebelah mata Ilaria, alis putih, dan bulu mata lentik yang serupa, dan postur wajah yang mirip mendiang istrinya. Jessica, wanita cantik yang berhasil menawan hatinya.
"Papah mau?" Entah dari mana keberaniannya berasal.
"Tidak!"
Huh?
Ilaria mengendik'kan bahunya acuh dan lanjut makan, saat akan kembali mengawasi Max, Ilaria dibuat terkejut kala mata mereka saling bertemu.
"Papah mata ku kelilipan!" Ilaria berusaha bertindak biasa saja dan membuat alasan.
Andre mengangkat dagu Ilaria pelan lantas meniup mata yang ditunjuk Ilaria "sudah?"
"Hm, terima kasih Papah!" Senyum yang Ilaria berikan tulus dari hatinya.
Ding!
[Selamat]
[Anda berhasil menarik perhatian tokoh protagonis pertama Maximilian Danver Abraham. Poin karma didapatkan][Poin karma : 260]
Ilaria langsung tersedak, lah?
'Apa-apaan itu? Apa hanya karena aku menatapnya dengan tajam dia langsung tertarik? Sungguh lucu, dasar pria aneh!'
Ilaria terdiam dengan segala pikiran-pikiran aneh yang berkeliaran, mulutnya mengerucut dan keningnya memiliki lipatan, ia berpikir mungkin saja ini hanya ketertarikan sesaat. Ilaria menoleh dan benar saja Max tak lagi menatapnya melainkan tengah menatap layar ponselnya.
Pasti ada potret Lafitte di sana.
Makanan yang di pesan Andre untuk Ilaria habis tak tersisa, perutnya kembung dan sangat kenyang. Lantas matanya melirik pada Andre, Ilaria mendengkus ia ingin pulang, padahal niatnya ke mari hanya sebentar tapi malah terjebak dengan kakak dan Papahnya.
Lihat saja Papahnya kini malah sibuk berbincang dengan koleganya dan melupakan Ilaria yang duduk dengan wajah tertekuk, acara penerimaan mahasiswa-mahasiswi baru sudah usai 10 menit yang lalu.
Karena kesal diabaikan ia memutuskan untuk berdiri dan meninggalkan Papahnya hingga melupakan ucapan Zeigler agar tidak pergi sebelum dirinya datang, Ilaria ke luar dari ruang auditorium. Kepalanya berputar keadaan sekitar aman, memasang topinya dan pergi.
Di posisi Andre, pria itu terlihat kesal saat mengetahui putrinya kabur, "cari putri ku, bawa dia, tapi ingat jangan sampai menyakitinya!" Ucapnya pada para anak buahnya lewat telpon.
***
"Aduh!"
Ilaria jatuh saat tersandung kakinya sendiri, meringis ngilu saat kedua lutut dan telapak tangannya memerah. Bahkan bisa dilihat kini salah satu lututnya berdarah, "ish lemah banget sih!"
Saat ingin berdiri sebuah tangan terjulur ke arahnya Ilaria mendongak "kemari aku bantu."
Ilaria melongo, pemeran utama wanita kini tepat di depannya. Mengulurkan tangan hendak membantunya tanpa pikir panjang Ilaria menerima uluran tangan tersebut "em.. terima kasih!"
'Aaaakhh tokoh favorite ku sekarang ada tepat di depan mata ku!!'
"Sama-sama." Lafitte Amora, gadis cantik pemilik hati malaikat yang harus terjebak dengan tiga iblis berbentuk manusia, anak pertama dari dua bersaudara. Kedua orang tuanya memiliki toko bunga yang cukup besar, keadaan ekonomi keluarganya pun terbilang sangat mencukupi.
"Hei.. lutut mu berdarah, duduklah dulu biar aku bantu mengobati." Lafitte membawa Ilaria duduk di salah satu bangku taman, sementara dia sendiri mengeluarkan kain kasa, alkohol dan plester dari tasnya.
"Aku sering membawa ini kemana pun karena aku ini ceroboh." Ucap Lafitte, sebenarnya Ilaria sendiri sudah tau bahwa Lafitte selalu membawa semua itu. Karena pertemuannya dengan protagonis ke-tiga sekaligus malaikat maut-nya saat Lafitte membantu mengobati lukanya.
Ilaria menatap Lafitte yang tekun membalut luka di lutut nya "terima kasih, maaf aku merepotkan mu" kata Ilaria saat lukanya selesai di balut dengan plester.
Dia duduk di sebelah Ilaria yang gelagapan, Lafitte adalah karakter yang sangat ingin ia selamatkan dan membantunya mendapatkan akhir yang bahagia!
"Tidak masalah" dia tersenyum, ah rasanya jantungnya berdegup karena tak kuat memandang ciptaan tuhan yang sempurna di depannya.
'Akh Lafitte memang seorang malaikat!'
Lafitte memperhatikan Ilaria lekat "nama ku Lafitte, sepertinya kau lebih muda dariku."
Ilaria mengangguk semangat "Ilaria, umurku 17 tahun."
"Waaahh kau seumur adik ku!" Lafitte menepuk kepala tertutup topi Ilaria gemas.
"Kau sangat cantik!" Tiba-tiba saja Lafitte berujar begitu tentu saja Ilaria cepat menggelengkan kepalanya "tidak, kakak yang jauh lebih cantik dari ku!" Ilaria cepat menyanggah.
Lafitte tertawa "kau lucu!"
"Ah ngomong-ngomong kau gadis yang tadi itu?" Lafitte memasang wajah mengingat "kau tau? Banyak orang yang bertanya-tanya dan penasaran, aku bahkan tak percaya aku bisa bertemu dengan mu. Kau sangat lucu Ilaria~!" Lafitte yang gemas mencubit kedua pipi Ilaria tak kencang.
Wajah Ilaria langsung memerah malu dan itu membuat Lafitte tertawa, mengeluarkan ponselnya dan mengajak Ilaria untuk berfoto bersama. "Bilang semangka!"
"Semangka!"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Happy Ending for the Protagonist
Romantiek[COMPLETED] Arielle menyerah untuk hidupnya, tenggelam dalam kepasrahaan dunia yang sama sekali tak membiarkannya bahagia. Lalu kembali di permainankan oleh takdir yang membuatnya masuk ke dalam sebuah novel yang mana ia di berikan misi agar bisa me...