13

13K 1.6K 14
                                    

Ilaria kini tengah berjalan-jalan di daerah yang masih wilayah manor dengan menggunakan scooter. Di belakangnya terdapat beberapa anak buah Andre yang sengaja ditempatkan untuk mengawasinya.

Semilir angin sejuk membawa perasaan tenang, Ilaria berhenti dan duduk di kursi yang ada di sana, seseorang mengulurkan botol minum pada Ilaria "minuman anda nona!"

"Terima kasih Ian!"

Killian Green, pria tinggi berkulit tan itu tersenyum "sama-sama nona."

Ilaria menutup botol minum nya "Ian, mendekatlah."

Kening pria itu mengkerut namun tetap mendekat "bisakah kau berjongkok di depan ku?" ah sepertinya dia tau maksud nonanya, melihat cengiran lebar itu entah kenapa Ian merasa terpana. Cantik dan menawan.

"Ian, aku mengantuk~!" Tanpa malu Ilaria meletakkan kepalanya pada bahu Ian.

Beberapa pelayan di sana tersenyum teduh pada nonanya lalu mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman, "hm~ Ian udah lama kerja sama Papah?" Matanya yang sayu dengan tangan jahil menainkan rambut Ian dari belakang.

"Sudah 3 tahun nona."

"Waaah berarti udah lama ya...?"

"Benar."

Diam, Ilaria mencebik "Ian?"

"Ya, nona."

"Hihi di jawab dong!"

Ian menghela napas pelan, sedangkan di belakang para penjaga lain tertawa kecil melihat tingkah jahil Ilaria. Ini bukan yang pertama sudah banyak korban dari tingkah jahil Ilaria.

"Ian tau gak kalo ada Ilaria di loteng?"

Ian terdiam dengan kaki yang masih melangkah "saya tau nona."

"Loh? Kok tau, tau darimana?"

"Tuan!"

Ilaria melotot "Papah? Kok bisa?"

Pria itu berdehem kecil "apa nona tidak tau jika Tuan selalu membicarakan nona setiap saat pada siapapun bawahannya tanpa terkecuali, Tuan memang terlihat tak peduli namun beliau sangatlah sayang pada anda nona, bukan hanya Tuan begitupun dengan tuan muda."

Mendengar itu sontak membuat Ilaria tertegun, "Papah sayang banget ya sama Ila? Tapi gengsi Papah terlalu gede, Papah tuh cemen, dan penakut, masa bilang sayang aja harus nunggu aku tidur dulu!"

Ian terkekeh kecil "kalau begitu coba tanya kenapa?"

"Ha?" Ila menatap ke depan di sana ada Andre yang terlihat bersidekap dada menatap mereka- ah tidak lebih tepatnya menatap Ian tajam.

Ilaria yang paham turun dari gendongan Ian dan berlari ke arah Andre "lho? Tumben Papah pulang jam segini?"

Andre mendengkus lalu merentangkan tangannya Ilaria terkekeh dan memeluk Andre "Papah mau ngisi daya dulu sama Ila." Andre mengecup kening Ila.

"Udah makan?"

Ilaria mengangguk "udah dong!"

"Kalo gitu ayo!"

Matanya menyipit menatap Andre "kita mau kemana Pah?"

"Kita mau ketemu Mamah!"

Deg!

Mamah?

***


Ilaria menatap sendu batu nisan bertuliskan nama Jessica Graham, nama ibu Ilaria. Andre menaruh se-bucket bunga mawar merah "maafkan aku Jessica."

"Maaf, apa yang aku lakukan selama ini telah menyakiti putri kita...!"

Ding!

[Guncangan emosional memengaruhi stamina anda]

Dasar tidak tau waktu!

Andre memegang tangan Ilaria, ia berjongkok "halo Mamah! Ini Ilaria, maaf baru bisa ngunjungin Mamah hari ini. Terima kasih, terima kasih sudah mau berjuang untuk bisa buat Ila lihat dunia meskipun itu membuat Mamah pergi."

Andre menatap sendu putrinya, "Mamah tolong awasi Ilaria dari atas sana ya? Ilaria sayang Mamah," dan aku minta maaf karena merebut tubuh ini dari putri mu.'

"Papah~!" Bibir Ilaria bergetar Andre tersenyum lalu memeluk putrinya "papah menyayangi mu."

"Jessica, kami akan sering datang ke mari aku mencintaimu."

"Bye-bye mamah!" Ilaria melambaikan tangannya dan pergi bersama Andre dengan saling bergandeng tangan.

'Aku juga menyanyangi mu, putri ku!'

Ilaria menengang merasakan pelukan lembut memeluk tubuhnya dari belakang namun tak lama ia tersenyum, ia menoleh pada Andre berjinjit untuk membisikkan sesuatu "mamah bilang dia sayang Ila!"

"Sedang apa?"

Kepalanya menoleh cepat menatap Zeigler yang sejak tadi menunggu di samping mobil "kakak!" Ilaria berlari ke arah Zeigler yang segera membawanya ke dalam pelukan.

"Hari ini aku ingin makan ice cream!" Seru Ilaria semangat.

Andre dan Zeigler kompak membuka mulutnya ingin mengucapkan sesuatu sebelum Ilaria terlebih dulu bicara "cium di pipi 5 menit sekali!"

"Disetujui!"

Ilaria tertawa senang ia banyak berceloteh dengan kesehariannya, apa yang ia lakukan, membuat kedua pria beda usia itu merasakan kehangatan di hati mereka. Untuk kali ini biarkan mereka menjaga satu-satunya malaikat yang mereka miliki agar terus berada bersama mereka, hanya itu harapan Zeigler dan Andre.

Tbc.

A Happy Ending for the Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang