8

14.8K 1.8K 21
                                    

Sebuah kebetulan yang paling disyukuri Ilaria ialah bertemu dengan Lafitte, sepertinya keberuntungan sedang menyayangi nya ia tak sengaja melihat Lafitte tengah berdiri di pinggir jalan sepertinya gadis itu tengah menunggu jemputan.

"Kak Afi ayo ikut sama Ila!"

Lafitte yang melihat wajah antusias Ilaria tak bisa menolak dan masuk ke dalam mobil. "Udah lama kak?"

"Iya, udah satu jam lama aku nunggu Jeremy, tapi anaknya gak muncul-muncul!" Geram Lafitte.

Ilaria terkekeh "kalau begitu kasih tau adik kakak kalau kakak pulang sama aku, takutnya dia khawatir."

Lafitte mengangguk dan segera memberi kabar pada adiknya Jeremy, di sepanjang jalan keduanya asik berbincang dengan diiringi gelak tawa, Dea yang sejak tadi mengawasi ikut senang melihatnya.

Perjalanan tak membutuhkan waktu yang lama akhirnya mereka sampai di pekarangan rumah sederhana yang mana di pekarangan rumah mereka terdapat banyak tanaman bunga, Lafitte turun "terima kasih Ila."

Ilaria mengangguk, setelah bertukar nomor ponsel mereka sepakat untuk saling menghubungi "sama-sama... dah Kak Afi!"

Lafitte melambai pada mobil Ilaria yang mulai menjauh, ditatapnya lekat senyum lebar terus menghias wajahnya "aku harap aku bisa merubahnya kali ini. Ilaria, adanya kau membuatku sadar bahwa tidak ada yang tidak bisa berubah!"

Ding!

[Poin karma didapatkan karena telah berhasil membuat tokoh Lafitte Amora mendapatkan kepercayaannya kembali]

[Poin karma : 186]


"Ha?"

Ilaria menatap heran pada notifikasi yang muncul "mendapat kembali kepercayaan? Apa maksudnya?"

Keningnya berlipat dengan wajah serius "nona baik-baik saja?" Tanya Dea yang duduk dekat supir.

"Baik! Sangat baik!" Jawab Ilaria semangat.

Dea tersenyum dan kembali fokus ke depan, Ilaria sendiri kembali bergelut dengan pikirannya. Maksudnya apa? Ilaria tau bahwa hampir setengah alurnya sudah kacau akibat butterfly effect yang dilakukannya. Tetapi anehnya kenapa ia bisa membuat kepercayaan Lafitte kembali? Memangnya apa yang membuat Lafitte kehilangan kepercayaan dirinya?

Kepalanya pusing dan Ilaria tidak mau terlalu memikirkan hal yang belum pasti, untuk saat ini biarkan semuanya terjadi. Tetapi, tetap pada tujuan awalnya ialah membuat protagonis wanita bahagia!

***

Ilaria berdiri di depan pintu kamar Zeigler sejak 5 menit yang lalu tanpa berbuat apa-apa. Ia harus segera menjalankan rencananya, tapi di satu sisi ia takut, tidak, jangan takut Ilaria ayo semangat!

"Ka- huaaa!!" Ilaria terkejut bukan main saat Zeigler sudah di depan matanya sambil bersandar dengan tangan terlipat "mau ngapain?"

Ilaria menggaruk pipinya "em... itu kak boleh gak kalo besok aku ikut kakak-"

"Gak!"

Ilaria menahan kesal saat ucapannya di potong begitu saja. "Ila belum selesai bicara!" Ucapnya tegas.

Zeigler mengangkat bahunya acuh "kamu mau bilang ikut kakak ke kampus kan?"

"Hehe iya, boleh ya?"

"Gak boleh!"

Ilaria memutar otaknya "emm.. gimana kalo Ila nemenin kakak tidur malam ini?"

"Gak bisa!"

Andre entah datang dari mana dan langsung memeluk Ilaria dari belakang, matanya menatap Zeigler tajam.

Ilaria mendengkus kesal "Papah bisa gak sih gak ikut campur negosiasi Ila sama Kakak?" Ila melepas pelukan Andre "mau gak kak?" Tanya Ilaria pada Zeigler.

Tanpa menjawab pun harusnya Ilaria tau jika tawarannya akan 100% diterima Zeigler tanpa penolakan, Ziegler menarik Ilaria ke dalam kamarnya "kakak terima, kamu masuk dulu."

Ilaria bertepuk tangan senang dan masuk ke dalam kamar kakaknya.

Zeigler menatap remeh pada Andre "hari ini aku yang menang!"

"Cih!" Andre berdecih.

Tbc.

A Happy Ending for the Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang