14

12.9K 1.6K 6
                                    

Berbekal izin Andre dan Zeigler, akhirnya Ilaria bisa ke luar rumah meskipun harus ada yang menemaninya. Ian, pria yang di tugaskan untuk menemani Ilaria, senang sekali rasanya bisa ke luar.

"Nona, anda tidak boleh berlari."

"Nona, berjalan lah perlahan."

"Nona, topi anda tidak boleh di lepas!"

"Nona, jangan terlalu jauh dari saya."

"Nona..."

"Nona..."

"Nona..."

Ding!

[Emosi anda memengaruhi persentase stamina anda]

[Stamina : 42%]

Ilaria tersenyum lebar, "Ian~!"

"Ya nona?"

"Kau sangat menyebalkan!!"

"Terima kasih nona."

Tangan Ilaria mengepal kesal "kau-"

"Tolong nona anda tidak boleh mengepalkan tangan anda seperti ini" Ian dengan lembut menyentuh tangan Ilaria dan membuka kepalan tangannya, lantas dia mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya "pakai ini agar kulit nona tidak memerah."

Ian mengusap tangan Ilaria lembut, "aku kesal karena tidak bebas." Ucap Ilaria lirih.

"Aku pikir aku bisa bebas barang sebentar saja, aku tau kondisi tubuh ku lebih dari siapapun tapi... ingin rasanya aku seperti orang normal lainnya yang tak dibatasi apapun dengan alasan kesehatan ku."

Ian terdiam, "maafkan saya nona tapi ini perintah-"

"Aku tau, aku sangat tau tapi bisakah kau mengabaikan perintah Papah dan kakak untuk hari ini? Sekali saja kau membangkang dan tak mematuhi perintah mereka, bisa?" Ilaria berujar sambil memohon, kedua matanya di kedipkan mencoba merayu Ian.

Ian menghela napas panjang "baiklah."

'Meskipun tuan dan tuan muda pasti akan menghukum ku, untuk nona apapun akan ku turuti.'

"Yey!!"

Senyum indah yang mampu menaklukan siapapun itu lagi-lagi membuat Ian malu, di tariknya tangan Ian oleh Ilaria dan mereka pun berkeliling mall dengan gembira.

Tapi tidak untuk sekarang...!!

Beberapa saat lalu Ilaria mencebik kesal saat Ian terlihat sibuk dengan panggilan telpon nya. "Eh?" Matanya tak sengaja menangkap sosok yang dikenalnya.

"Jeremy?" Gumamnya pelan, namun tiba-tiba saja Ilaria teringat sesuatu.

Tanpa pikir panjang ia berlari pergi mengikuti Jeremy melepas genggaman tangannya pada Ian yang tak sadar jika nona nya pergi.

"Nona?" Panggilan telepon nya selesai dan Ian baru menyadari jika Ilaria tak ada di dekatnya.

"Sial!"

Sedangkan di sisi Ilaria, ia terus mengikuti Jeremy yang tengah berjalan bersama dua temannya. Tiba-tiba saja Ilaria tak sengaja menabrak seseorang, "aduh maafkan saya."

Sedangkan wanita yang baru saja di tabrak Ilaria tersenyum "tidak apa-apa, lain kali hati-hati."

Ilaria mengangguk dan kembali mencari Jeremy yang sudah pergi entah kemana. Wajahnya benar-benar cemas "aku harus gimana?"

Kepalanya mengadah ke atas,

Puk!

Cepat ia menoleh "kau mengikuti ku?"

A Happy Ending for the Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang