"Ila berhenti tertawa!"
Ilaria menutup mulutnya menahan tawa yang tak bisa di tahan, "Lafitte Amora akan ku ingat penghinaan yang kau lakukan pada ku!" Zeigler meremat stir mobil kencang.
Ilaria terus mengingat saat Lafitte menjambak rambut Ziegler hingga membuat sebagian rambut kakaknya rontok. Itu lucu.
Sesampainya di manor Zeigler membukakan pintu mobil dan mengangkat Ilaria ke dalam gendongannya, "kakak Papah nggak akan marah kan?"
"Aku tidak tau."
Bibirnya mencebik "kakak~ nanti bantu bujuk Papah ya kalau marah? Ya? Ya? Ya?"
Zeigler memalingkan wajahnya tak kuat melihat wajah imut adiknya yang meminta tolong dengan wajah seperti itu. Dia selalu lemah dengan adiknya-
"Kenapa Papah harus marah pada mu?"
Deg!
Ilaria mengubur dirinya pada Zeigler, "kakak tolong aku~!"
"Zeigler kenapa Ilaria di gendong? Apa terjadi sesuatu?" Andre mendekat.
Insting seorang ayah memang tak kalah kuat dari ibu, "Ilaria... tidak mau membertitahu Papah?"
Ilaria menengok ke arah Andre tak lama ia menunduk, wajahnya pasrah. "Ta-tapi janji jangan marah ya?"
"Akan papah pikirkan."
"Janji dulu!" Paksa Ilaria sambil mengacungkan jari kelingkingnya "janji nggak?"
Andre pasrah dan menuruti keinginan putrinya "iya."
"I-itu kaki Ila sakit karena terkilir. Tapi, tapi udah nggak papa kok besok pasti bisa- tuh kan marah!!" Ilaria mendengkus menatap tajam Andre saat raut wajah pria itu berubah mengeras.
"Zeigler, kemari berikan Ilaria pada Papah."
Ilaria meremat baju Zeigler sambil menggeleng "jangan~!" Ucapnya pelan.
"Zeigler!"
Saat Ilaria sudah berpindah pada gendongan bridal Papahnya Zeigler mengelus pipi adiknya, "jangan takut... Papah tak akan marah pada mu."
"Be-benar Papah tak akan marah?" Menengadah pada Andre.
"Tidak jika kamu jujur sama Papah."
"Hu'um! Ila bakal cerita jadi ayo masuk."
***
Andre mengelus kening Ilaria yang berkeringat, tertidur tenang setelah selesai bercerita panjang lebar tentang apa yang terjadi. Andre panik dan marah namun dia redam agar anaknya tak takut, segera Andre menghubungi dokter agar memeriksa keadaan kaki Ilaria.
Tak ada yang perlu di khawatirkan dan Ilaria pun jatuh tertidur tak lama kemudian.
"Papah, ada yang ingin aku beritahu."
Zeigler mendekat ke arah ranjang adiknya di mana Andre juga berada. "Jangan di sini." Ucap Andre.
Sebelum pergi Andre mengecup sayang kening putrinya terlebih dulu "Papah sayang Ila."
Dan kini mereka berada di ruang kerja Andre, "jadi apa yang ingin kamu katakan?"
"Jeune, sepertinya tertarik pada Ila!"
Andre terdiam, "ck! Biarkan dia selagi tak melakukan hal yang mengancam Ila."
"Papah, aku mengenal siapa itu Jeune." Zeigler menatap tajam Andre.
"Baiklah, kita perketat penjagaan Ilaria!"
***
"Ughh! Bosan!"
Ilaria di hukum!
Ia tidak bisa pergi dari kamarnya apalagi manor tanpa izin dari dua pawangnya. Sejak pagi yang Ilaria lakukan ialah tidur, nonton film, makan dan begitu lagi.
"Bibi~!"
Pintu terbuka, Dea datang membawa nampan berisi buah-buahan "saya membawakan buah untuk anda nona."
Wajah Ilaria yang tertekuk mencerah secerah matahari "terima kasih Bibi!"
Matanya kembali fokus pada laptop di depannya dengan piring berisi buah di pangkuan. Ia tertawa senang, sedangkan Dea di sampingnya tersenyum mengeluarkan ponsel dan memotret Ilaria.
Ini sudah ke 57 photo yang di kirimnya hari ini pada Andre hanya dalam beberapa jam. Perintah atasan tidak boleh Dea langgar-
"Bibi, sini duduk bareng aku liat film."
Dea tersenyum dan ikut duduk di sebelah Ilaria yang mana membuat gadis itu kegirangan. "Nah! Gitu dong."
Dan untuk beberapa hari kedepan Ilaria pun hanya akan tinggal di kamarnya sampai Zeigler dan Andre percaya bahwa kaki Ilaria sudah sembuh total.
Tetapi pada kenyataannya kaki Ilaria sudah sembuh di hari ke dua.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/317083218-288-k473661.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Happy Ending for the Protagonist
Romance[COMPLETED] Arielle menyerah untuk hidupnya, tenggelam dalam kepasrahaan dunia yang sama sekali tak membiarkannya bahagia. Lalu kembali di permainankan oleh takdir yang membuatnya masuk ke dalam sebuah novel yang mana ia di berikan misi agar bisa me...