04

6.2K 844 21
                                    

us, each other : nomin
chapter empat

Sarapan yang Jaemin masak pagi ini, seperti biasa dihabiskan berdua dalam ketenangan. Kalau tidak salah, ucapan selamat pagi adalah sua terakhir yang pasangan itu lakukan, sebelum kemudian denting peralatan makan mengambil peran.

Jaemin lebih dulu beranjak menuju wastafel, membawa serta piring juga gelas nya yang telah kosong terlebih dahulu.

"Berikan padaku, biar aku saja."

Jaemin dengan tangkas mengambil alih piring bekas dari tangan Jeno yang entah sejak kapan telah berdiri di sebelah nya.

Jeno mengangguk kecil, berjalan kembali ke arah kursi yang ia tempati tadi untuk menghabiskan kopi nya yang masih tersisa.

Usai menunduk memandangi layar ponsel nya, Jeno mengangkat pandang nya—memperhatikan sekitar, menyesap kopi hitam nya sedikit demi sedikit. Perhatian nya lalu tidak sengaja jatuh ke arah punggung sempit Jaemin yang masih sibuk membilas peralatan makan dengan bersih.

Ia benar-benar tidak bermaksud memandangi Jaemin dengan begitu lamat. Sampai ketika akhirnya Jaemin berbalik badan, Jeno mengerjap, dilanda rikuh karena ketahuan memandangi.

"Oh—sudah selesai? kalau begitu ayo berangkat."

Jeno bergegas menjinjing tas kerja nya. Memasukkan ponsel nya ke dalam saku jas hitam yang ia kenakan saat ini, lalu segera mengambil langkah  teratur menuju luar, meninggalkan Jaemin yang mengerjap bingung mendapati salah tingkah nya.

Perjalanan keduanya seperti biasa hanya diisi hiruk pikuk padatnya jalanan ibu kota di pagi hari. Di sisip canggung namun sudah lebih baik daripada saat-saat awal menghabiskan sekitar dua puluh menit terkurung di dalam kuda besi milik Jeno—hanya berdua.

Kalau tidak salah waktu itu akhir pekan tepatnya dua bulan yang lalu. Sehabis mengunjungi rumah orang tua Jeno, esoknya lelaki itu mengajak nya untuk pergi bersama.

Dari sang ibu mertua, Jaemin akhirnya tahu bahwa Jeno hari itu di tegur sang Papa, sebab sudah membiarkan dirinya pergi bekerja sendirian.

Jaemin seperti biasa menatap ke arah luar jendela, memperhatikan segala macam aktivitas sedang mobil Jeno melaju membelah jalanan. Tangan nya meremat pelan sabuk pengaman yang membelit tubuh nya.

Lima menit berselang, mobil yang di kendarai Jeno perlahan melambat di area depan daycare tempat Jaemin berkerja. Jaemin lantas meraih lipbalm milik nya, mengoleskan pada bibir nya yang kering. Melepas sabuk pengaman dari tubuh nya, Jaemin kemudian segera menyampirkan totebag yang ia bawa pada bahu kiri nya.

Dia menoleh ke arah Jeno

"Terimakasih." cicit nya pelan.

Begitu akan melangkah keluar, suara Jeno tiba-tiba saja menginterupsi.

"Jaemin nanti malam, apa kau mau makan di luar?"

Jaemin pandangi wajah lelaki itu, ini agak terdengar tiba-tiba dan tidak biasanya. Namun kepala nya lantas bergerak mengangguk."Y-ya, baiklah."

Jeno masih bergeming, seperti biasa memandangi punggung sempit Jaemin yang bergerak memasuki kawasan perkarangan tempat lelaki itu bekerja.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang