11

6.2K 765 29
                                    

us, each other : nomin
chapter sebelas

Tengah malam tadi Ibu menelpon, Jeno maupun Jaemin yang baru saja tertidur mau tak mau harus terjaga kembali.

Satu pesan yang dikatakan secara mendadak buat Jeno hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Tiffany secara tiba-tiba menyuruh kedua nya untuk berangkat pagi-pagi sekali ke Jeju. Katanya, tiga hari yang lalu Nenek menelpon, menyuruh Ibu dan juga Ayah untuk pulang agar bisa ikut dalam perayaan doljanchi anak laki-laki dari adik ibu yang paling bungsu.

Namun rupanya ada sesuatu hal yang harus ibu urus di salah satu cabang butik nya. Karena itu Ibu tidak bisa menepati janji untuk pulang dan sebagai gantinya dia menyuruh anak dan menantu nya untuk mengganti kan.

Lantas seperti yang dikatakan, Jeno dan Jaemin pagi-pagi sekali sudah berada di pelabuhan. Mereka memutuskan untuk menaiki kapal feri agar mudah berkendara menggunakan mobil di sana.

Setelah memarkirkan mobil di geladak dasar, Jeno kemudian lekas menyusul Jaemin yang sudah lebih dulu naik ke bagian atas kapal.

Di anak tangga terakhir paling atas, Jeno sejenak pelankan langkah. Mata nya awas memperhatikan sekeliling untuk sekedar temukan keberadaan Jaemin.

Garis bibirnya ditarik tipis saat lihat punggung Jaemin yang tengah berdiri sendirian memandangi laut lepas.

Jeno lantas berjalan menghampiri.

Semburat jingga tampak masih menyisa di kaki langit timur sana. Sinar sang mentari kini terasa hangat menyentuh kulit tangan.

Jeno menghela ringan.

Kepala nya menoleh ke arah Jaemin yang tampak tak terusik. Lelaki Agustus itu masih sibuk menikmati hamparan laut biru yang terbentang luas sejauh mata memandang.

Senyum nya cantik tertarik tipis. Sepoi angin yang berhembus menerbangkan helai surai nya yang jatuh menutupi dahi. Sadar tidak sadar itu berhasil memikat Jeno untuk menatap lebih lama.

 Sadar tidak sadar itu berhasil memikat Jeno untuk menatap lebih lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cantik." Jaemin berujar untuk suarakan apa yang sedari tadi ia pikirkan mengenai pemandangan yang tersuguh di depan nya.

"Ya . ."

"Rasanya sudah begitu lama menyaksikan matahari terbit seperti ini." kali ini Jaemin menolehkan kepalanya. Alisnya sedikit menukik saat dapati Jeno yang tengah memandangi nya dengan lamat.

"Hei!" Jaemin menggoyang pelan lengan Jeno; membuatnya segera tersadar.

"Ya? Apa?"

Jaemin menggeleng pelan. Enggan menjawab, dia kembali membawa pandang nya ke arah laut lepas. Mengabaikan Jeno yang kini salah tingkah sendiri si tempat nya.

ꊥꊥ — us, each other.

Awalnya sedikit canggung dirasa. Terakhir kali Jaemin bertemu dengan sanak keluarga dari sebelah ibu mertua nya—ialah disaat pernikahan mereka.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang