02

6.7K 831 18
                                    

us, each other ; nomin
chapter dua

Seperti nya akhir-akhir ini Jaemin mudah sekali terkejut, terbukti dengan respon tubuh nya yang bereaksi berlebihan ketika mendengar sesuatu.

Di depan kaca jendela yang mempertontonkan langit malam, entah apa yang sedang ia pikirkan. Jaemin berdiri tegak menghadap pintu kamar yang baru saja di buka—menampilkan sosok Jeno yang juga agak nya sama terkejut saat melihat keberadaan nya.

Suara gaduh yang berasal dari arah luar membuat Jaemin mengernyit bingung, lantas dipandangi nya kembali wajah laki-laki yang telah jadi suami nya itu.

"Teman-teman kantor ku mengunjungi rumah, apa kau bisa keluar sebentar?" lama respon yang Jaemin berikan, entah kenapa Jeno tiba-tiba saja merasa kikuk sendiri."Ah.. tidak apa-apa, jika kau tidak ingin—"

"Tidak," Jaemin refleks mengibas kan tangan nya."maksud ku, aku akan keluar." Jaemin mematut senyum tipis, sejenak merapikan pakaian nya lalu mengikuti langkah kaki Jeno menuju luar.

Kedatangan nya di balik tubuh Jeno di sambut seruan heboh. Ini tidak cukup nyaman sebenarnya, berada di tengah-tengah orang baru yang tidak ia kenali, tetapi Jaemin akan berusaha menyesuaikan diri.

Hanya ada dua wajah yang terasa familiar, seingat nya, kedua laki-laki itu berada cukup lama di pesta pernikahan nya.

"Biar aku bantu." Jaemin otomatis mendekati pemuda sipit yang terlihat sedang menyiapkan makanan di meja dapur. Ia tahu laki-laki ini, tapi tidak begitu yakin ingat namanya.

"Malam Jaemin, masih ingat dengan ku kan?"

Jaemin menyipitkan kedua matanya,"err.. tidak begitu yakin tapi—Hyunjin, kan?"

Pemuda itu tergelak, tetapi sejurus kemudian mengangguk kan kepala nya."Maaf, sepertinya kami mengganggu waktu istirahat mu ya.."

Jaemin menggeleng cepat."Tidak, tidak apa-apa." kata nya.

Hyunjin menghela nafas, tangan nya membantu Jaemin memindahkan beberapa olahan ayam ke dalam piring bersih."Harusnya hanya aku dan Lucas saja, tetapi kau sudah lihat sendiri kan bagaimana mulut teman suami mu yang satu itu."

Jaemin terkekeh menanggapi.

Pemuda sipit itu masih dengan raut kesal nya, namun tidak bertahan lama sampai sudut pada bibir tebal nya menarik senyum simpul. Kedua tangan nya lantas meraih dua piring yang sudah siap tersaji.

"Kau pemuda yang baik." celutuk nya sekonyong-konyong, sebelum kemudian berjalan bargabung menemui rekan kerja nya yang lain.

ꊥꊥ — us, each other.

Malam telah larut saat rekan kerja Jeno beserta kedua teman nya telah benar-benar pergi meninggalkan rumah.

Dalam dua jam itu, yang bisa Jaemin lakukan hanya lah duduk dengan perasaan canggung. Menanggapi gurauan yang dilemparkan orang-orang kenalan suami nya itu. Buruk, mengingat bahasan yang pastinya tidak jauh-jauh dari gelora panas kedua pasangan yang baru saja menikah.

Mengerikan. Mengingat untuk berbicara saja mereka berdua masih harus berpikir terlebih dahulu.

Terhitung bulan lalu Jeno dan Jaemin dipertemukan. Gurau Ayah kepada Papa Jeno malam itu rupanya di sambut dengan baik.

Lantas, melihat bagaimana kondisi Ayah membuat Jaemin rasanya tidak begitu tega untuk menolak. Lagipula, dirinya maupun Joohyun noona percaya, bahwa apa yang Ayah katakan tidak pernah salah, dan pastinya baik bagi keduanya.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang