06

6K 779 5
                                    

us, each other : nomin
chapter enam

Jaemin berdiri kaku di tengah-tengah ruang kerja Jeno. Menurut sekretaris Yoon—Jeno masih belum kembali dari makan siang nya. Gadis cantik berambut hitam sepunggung itu lantas memersilahkan nya untuk menunggu di dalam. Ditangan nya kini terdapat tempat makan berisi gimbab buatan nya bersama sang ibu mertua. Bulu mata lentik nya sesekali mengerjap, menelisik ruang kerja Jeno yang baru kali ini ia kunjungi.

Bingkai foto yang berada di atas meja kerja Jeno jadi hal pertama yang menarik perhatian nya. Jaemin tanpa sadar berjalan mendekat untuk melihat foto apa yang sekiranya berada di sana.

Tempat makan di tangan nya di letakkan. Jaemin meraih bingkai foto itu; membalik nya untuk melihat. Bibir nya otomatis menarik lengkung tipis saat menyadari bahwa itu merupakan sebuah potret di masa lalu—Hyunjin terlihat mengisi sisi kanan foto, di sebelah nya ada Jeno—lalu seorang gadis berambut sebahu dan terakhir Lucas yang menempati posisi paling kiri.

Jaemin tertegun. Fokusnya berhenti di wajah gadis yang juga sedang tersenyum begitu lebar nya. Gadis ini—Jaemin tidak pernah melihat nya.

Dia, apakah—

Ctak!

Jaemin tersentak. Bola mata nya melotot kecil memandangi bingkai foto yang berderit telungkup di atas meja. Jeno entah sejak kapan masuk dan tiba-tiba saja merebut bingkai foto itu dari tangan nya.

"M–maaf, aku tidak bermaksud—"

"Kenapa tidak bilang jika kau akan kemari?"

Jaemin tidak menjawab, matanya sibuk menelisik ekspresi wajah Jeno yang kurang mengenakkan. Dia mengerjap, mengulum bibir nya begitu kepala Jeno terangkat; membalas tatap nya.

Jaemin segera meraih tempat makan yang tadi ia letakkan. "Ibu. Aku kemari bersama ibu." terang nya.

Sebelah alis Jeno terangkat naik. Saat mengetahui apa isi dari tempat makan itu bibir nya secara otomatis menghela panjang. Ada beberapa saat ia pandangi wajah Jaemin. Lelaki pemilik surai coklat itu terlihat kikuk pun tersipu malu di buatnya.

"Kau sudah makan?"

"Ya?" sadar, Jaemin kemudian menggeleng kan kepala nya.

Jeno mendengus kecil. Tangan nya segera bergerak meraih tempat makan yang masih berada di tangan Jaemin; meletakkan nya ke atas meja sembarangan. Dia lalu beralih menggenggam pergelangan tangan Jaemin—menarik nya keluar dari ruangan, membuat lelaki itu terkejut.

"K-kita mau kemana?"

"Makan."

Walau masih dalam keadaan bingung, Jaemin masih sempat-sempatnya membalas bungkuk-an yang dilakukan sekretaris Jeno yang tampak nya juga terlihat bingung menatap kepergian kedua nya yang terburu-buru.

ꊥꊥ — us, each other.

Jeno mengusak–usak rambut nya nya yang masih basah menggunakan handuk kecil sembari kaki nya melangkah menuju arah dapur. Sehabis makan malam bersama Jaemin tadi dia memutuskan untuk membersihkan tubuh.

Langkah nya memelan begitu mendapati Jaemin masih berada di sana, laki-laki itu terlihat sedang membilas bersih beberapa alat masak bekas memasak tadi.

Jeno melihat ke arah jam dinding. Pukul delapan malam lewat lima belas menit. Tadinya Jeno pikir dia hanya akan mengambil air dingin untuk membasahi tenggorokan nya yang terasa kering.

Jeno pandangi punggung sempit Jaemin yang bergerak–gerak kecil. Lelaki pemilik senyum cantik itu masih belum sadar akan keberadaan nya. Jeno lalu beralih memperhatikan beberapa kaleng bir yang tersusun rapi di rak lemari pendingin. Jeno meraih satu.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang