09

6.3K 835 43
                                    

us, each other : nomin
chapter sembilan

"Hyung masih tidak menyukai tomat ya?"

Pertanyaan yang keluar dari bibir sang dokter muda yang kebetulan mengambil duduk tepat di depan Jaemin membuat lelaki kelahiran Agustus itu mendongak, menatap sang adik tingkat yang kini terkekeh pelan tatkala dapati kebiasaannya yang tengah memilah beberapa potongan tomat ke pinggiran.

"Haha ya . ." tawanya sumbang, ujung matanya sekilas melirik keberadaan Jeno yang sedari awal berekspresi datar.

"Apa ada alasan untuk dia mengubah kesukaannya?"

Kali ini Jaemin benar-benar menoleh ke arah lelaki di samping nya itu. Tidak tahu jika Jeno akan bersuara.

Jaemin baru saja ingin menyela, namun Jeno sudah lebih dulu melanjutkan kalimatnya,"Sekali tidak suka, apakah ada sebuah keharusan untuk menyukai?"

Kalimat itu, entah kenapa terdengar begitu sensitif di telinga Jaemin. Baik Sungchan maupun Jeno kini saling beradu pandang, andai bisa disaksikan dengan mata telanjang—mungkin saja ada bara api yang menyala di masing-masing manik mata sang pemilik.

Jaemin memutuskan untuk sejenak menarik diri dari situasi kurang nyaman saat ini setelah memasukkan lima suapan ke dalam mulutnya. Dia berkata untuk menggunakan kamar kecil dan akan segera kembali. Tidak tahu bahwa Jeno mengikuti nya setelah memberinya jeda sekitar tiga menit.

Air yang mengalir dari keran air membasahi tangan nya, sementara matanya kini awas mengikuti pergerakan Jeno dari pantulan kaca besar di depan nya. Lelaki asing yang kebetulan berstatus suaminya itu lalu berdiri disampingnya; menghidupkan keran air untuk ikut membasuh tangan.

"Apakah masih ada orang lain lagi yang harus aku temui setelah ini? seperti seorang sunbae yang begitu peduli padamu walau perasaan nya sudah kau tolak sekalipun?"

Jaemin refleks berdiri tegap, membiarkan air terus mengalir tanpa peduli untuk mematikan nya terlebih dahulu,"Apa?" dia membawa tubuh nya menghadap ke arah Jeno.

Alisnya bertaut bingung, kepalanya agak miring menatap lelaki itu.

"Lupakan saja." Jeno lekas berbalik badan, meninggalkan Jaemin yang ia yakini tengah menghunjami punggung nya dengan beberapa pertanyaan di kepala.

ꊥꊥ — us, each other.

Lucas menyusun kembali beberapa berkas yang ia bawa setelah selesai membahas beberapa hal dengan direktur Lee; sang teman dekat yang tampak diselimuti awan hitam sedari awal dia berada di sini. Dia melonggarkan dasinya yang agak mencekik lalu duduk secara nyaman dengan niat untuk tinggal lebih lama—setidaknya untuk menanyai perihal apa yang menjadi sebab wajah masam Jeno yang begitu menganggu penglihatan.

"Kudengar tadi kau pergi makan siang dengan Jaemin, sekaligus mengantar Ayah mertuamu pulang, jadi kenapa wajah mu begitu masam saat ini?

Jeno yang tengah menopang wajah membawa pandang nya kearah sang teman bongsor, menghela berat untuk setelah nya memutuskan untuk mengatakan apa yang mengganggu pikirannya.

"Menurut mu bukankah tidak sopan merangkul bahu orang yang lebih tua darimu lalu memperlakukan nya seperti teman sepantaran?"

"Sebentar, apa Jaemin sedang bersama seseorang lagi ketika kau menemuinya tadi?"

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang