us, each other : nomin
chapter delapanJaemin berjalan satu langkah lebih dulu untuk membukakan pintu rumah, sementara di belakang sana Jeno terlihat membantu Ayah melangkah perlahan.
Air muka lelaki di kepala lima itu hangat tak terkira, tak sekalipun tawa khas nya berhenti tersua.
"Perlahan saja Ayah."
Na Siwon—terkekeh kecil kala dapati raut wajah Jeno yang begitu serius, tangan nya ringan menepuk bahu tegap lelaki muda itu.
Iris gelap yang pernah begitu tajam itu memperhatikan sekeliling, baru kali ini sempat langkah nya mengunjungi rumah anak menantu nya.
"Air."
Jaemin segera meletakkan beberapa barang belanjaan yang sempat mereka beli tadi ke atas meja pantry, kaki nya bergerak menuangkan segelas air putih lalu memberikan nya kepada Jeno.
"Ini."
Sementara Jeno kembali ke ruang keluarga untuk menemani Ayah, Jaemin melanjutkan niat awalnya yang tertunda untuk memasak makan siang.
Dari tempat nya berdiri, dia sesekali melirik ke arah depan; memperhatikan Ayah dan juga suami nya itu yang kini telah terlibat dalam percakapan ringan.
Fokusnya tertuju pada wajah Jeno yang kerap kali tersenyum tipis sebagai respon untuk entah apa yang dikatakan Ayah padanya saat ini.
Ini hari ketiga dari hari lalu ketika mereka kembali dari kedai es krim tempo hari. Pikir nya mereka sudah cukup dekat semenjak malam ketika Jeno mengajak nya untuk minum bersama. Tapi sepertinya itu tidak berpengaruh apa-apa untuk lelaki itu, bahkan sejak dimana Jeno menanyakan perihal cincin nya yang lupa di pakai, entah mungkin hanya perasaan Jaemin saja—tapi Jeno dua hari belakangan ini terasa lebih-lebih mengabaikan nya.
Hari itu, ketika Jeno meninggalkan nya sebelum sempat Jaemin mengatakan alasan nya, lelaki itu tampak begitu kesal. Jeno hampir menghabiskan setengah hari nya mengurung diri di dalam ruang kerja nya. Jaemin tidak punya keberanian untuk masuk, sampai akhirnya waktu makan malam jadi sebab ketukan nya pada pintu kayu yang tertutup rapat itu.
Saat kepala nya melongo ke dalam, pemandangan pertama yang Jaemin lihat adalah Jeno yang tengah memijat dahi. Kaca mata baca terlihat bertengger apik di pangkal hidung mancung lelaki itu.
Air muka nya datar, tapi untung nya lelaki itu masih berbaik hati dengan mengiyakan ajakan nya untuk makan malam bersama.
Adalah benar. Pun sebelumnya mereka berdua memang memiliki ketegangan yang kurang nyaman saat sedang bersama, tapi dua hari ini entah kenapa Jaemin jadi lebih perasa.
Pengabaian yang seperti nya tengah dilancarkan lelaki itu semakin terasa jelas, sebab tiap kali Jaemin akan berbicara Jeno kerap kali memotong dengan berbagai macam alasan nya.
Jaemin menghela pelan, berusaha untuk kembali fokus dengan perkerjaan nya saat ini. Mengenai Jeno juga sikap aneh lelaki itu belakangan, nanti saja akan kembali ia pikirkan.
Sementara itu di ruang keluarga, Jeno menjadi pendengar baik untuk segala macam cerita yang dibawa Ayah mertuanya. Sikap patuh dan hormat yang ia punya membuat Siwon tampak nya begitu berbangga diri sebab sudah menikahkan putra bungsu dengan pasangan yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, Each Other
Fanfiction𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒 / Kata Joohyun Noona, laki-laki yang akan jadi pasangan nya itu baru saja menyelesaikan wajib militer nya, kabar nya dia membawa duka setelah kepergian sang kekasih dua tahun yang lalu sebab leukemia yang di derita. Jaemin tahu semu...