epilogue

11.2K 917 55
                                    

us, each other : nomin
the epilogue.

Cup.

Mata Jaemin melotot kecil saat mendapatkan serangan kecupan tiba-tiba di pipinya.

"Sampai jumpa besok Jaemin ssaem!"

Dia tidak bisa menahan senyum di bibirnya sembari tangannya melambai ke arah Nayeon yang kini berjalan pulang bersama sang Ibu.

Baru saja ingin memutar tubuh untuk kembali ke dalam, langkahnya tertahan begitu matanya mendapati sosok sang suami yang entah sejak kapan telah berdiri di pintu gerbang.

Jeno kini berjalan menghampiri nya. Dengan enteng merangkul pinggangnya lalu mengecup dahinya tiba-tiba. Membuat Jaemin kaget dan refleks mendorongnya segera.

Mata bulat Jaemin yang melotot kecil itu berhasil mengundang tawa ringan keluar dari bibir Jeno.

"Jaemin-ssi."

Keduanya menoleh, mendapati Soobin yang entah sejak kapan berada di belakang mereka.

Laki-laki jangkung itu hanya bisa tersenyum simpul saat dapati tatap datar yang Jeno lemparkan kepadanya.

Seorang wanita muda kini keluar membawa Hwajun bersama nya. Anak laki-laki itu lantas berlari menuju Ayahnya.

Jaemin kemudian sedikit berjongkok untuk menyamai tinggi tubuh anak itu. Membetulkan letak rambut Hwajun yang agak berantakan.

"Jaemin ssaem, Minjeong ssaem, sampai jumpa besok." ucap Hwajun sembari membungkuk kan tubuh.

Jaemin tentunya tidak bisa menahan kegembiraan di hatinya mendapati perkembangan bicara anak itu yang semakin lancar.

"Kalau begitu kami pamit." ujar Soobin.

Jaemin dan rekan kerjanya; kim Minjeong lantas sedikit membungkuk, sementara Jeno memberi reaksi dengan anggukan kecil.

ꊥꊥ — us, each other.

Seluruh ruangan tampak gelap. Satu-satunya penerangan kini berasal dari cahaya televisi yang tengah menampilkan sebuah film dari tayangan salah satu aplikasi tontonan.

Jaemin kini dengan nyaman sandarkan tubuhnya pada dada bidang Jeno. Duduk di tengah-tengah antara kaki suaminya itu sementara Jeno menyandar pada sofa.

Usapan yang dilakukan Jeno pada pahanya jujur saja hampir membuatnya jatuh tertidur.

Nafas hangat laki-laki itu yang kini berhembus di area antara telinga dan lehernya berhasil membuat nya merasa geli.

Jaemin lantas menggeliat kecil, namun tak berselang lama sampai dia akhirnya terdiam dengan tubuhnya yang berubah kaku. Sesuatu yang mengganjal di bawah sana, juga cengkraman kuat Jeno pada pahanya membuat pipinya lantas memerah seketika.

Hembus nafas berat Jeno kini begitu jelas terdengar.

Laki-laki itu kini secara nyata mengendus perpotongan lehernya. Begitu Jaemin mendongak, bibir nya lantas disambar ciuman.

Semakin panas rasa yang Jeno bagi pada bibirnya, semakin kuat pula cengkraman Jeno pada pahanya.

Suaminya itu kini membawa tubuhnya berbalik untuk saling berhadapan. Pipinya semakin bersemu padam merasakan lebih jelas keutuhan penis Jeno yang menyentuh milik nya di bawah sana.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang