10

6.7K 848 63
                                    

us, each other ; nomin
chapter sepuluh

Jaemin tidak tahu jika jawaban yang Jeno katakan akan begitu memengaruhinya. Bukankah seharusnya dia merasa senang sebab besar kemungkinan itu berarti bahwasanya Jeno punya perasaan khusus seperti itu kepada nya.

Jika benar begitu, jadi apakah dia sudah boleh untuk jatuh cinta? kenyataannya, semua ini hanya semakin membuat nya bingung.

"Jaemin Ssaem!"

Jaemin tersentak, sebuah pulpen warna baru saja menusuk pipinya; meninggalkan satu goresan di sana. Seorang anak perempuan kini terkikik polos menertawai hasil karyanya, Jaemin lantas lekas tersadar dari gejolak batinnya, ia langsung saja menangkap tubuh gadis kecil itu, lalu membawa nya duduk kepangkuan.

Tawa anak perempuan itu memekik nyaring, berusaha melepaskan diri sebab merasa geli Jaemin gelitiki main-main. Senyum lebar Jaemin lantas kembali tercipta, dengan gemas diciumnya puncak kepala gadis kecil itu.

"Nayeon-ah, tidak makan siang?" tanya nya.

Gadis kecil berambut mangkok itu menggeleng, lalu berujar dengan semangat. "Nayeon ingin makan siang bersama Jaemin Ssaem!"

"Ah benarkah? Kalau begitu mari kita makan bersama—"

"Suapi!"

Jaemin mengulum senyum, sebelah alisnya terangkat naik. Dia mengerti sekarang.

"Baiklah!" setujunya. Tangan kecil itu kini memimpin nya berjalan. Jaemin lagi tersenyum lebar, setidaknya ini berhasil membuat nya beristirahat sejenak dari masalah hati yang sedikit rumit bila dipikirkan.

Tidak berbeda jauh dari apa yang saat ini Jaemin rasakan, agaknya efek dari pembicaraan singkat pagi tadi tidak hanya memengaruhi Jaemin saja tetapi itu bahkan terus saja terngiang di kepala Jeno.

Fokus sang direktur yang sulit didapat tampak nya menjadi pertanyaan besar bagi orang–orang yang menghadiri rapat siang ini.

Hela nafas yang ia hembuskan terdengar sedikit keras begitu semua orang keluar dari ruangan. Hyunjin—menjadi satu-satunya yang berniat untuk tinggal lebih lama. Seringai lebar tercetak jelas di sudut bibir tebal lelaki itu, sembari tangan nya membereskan beberapa berkas dihadapan nya.

"Seperti nya pagi ini direktur kita telah melakukan sesuatu yang bodoh—oh! atau mungkin mengucapkan kalimat yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya, benar begitu direktur Lee?" Hyunjin menyandarkan punggungnya dengan nyaman, membawa kursi putar itu menghadap ke arah Jeno yang berada tepat di ujung meja.

Tawa Hyunjin keluar ringan, matanya kembali fokus memandangi cuping telinga Jeno yang masih saja memerah sedari awal mereka bertemu hingga sampai saat ini.

"Telinga mu—mungkinkah kau kedinginan atau. . " Hyunjin terkekeh mendapati reaksi Jeno. Lelaki pemilik titik hitam dibawah mata itu bergerak otomatis menutupi kedua telinga nya.

"Apakah begitu kentara?"

Hyunjin mengangguk.

"Arghh! Itu memalukan!" Jeno mengerang ditempatnya. Terlihat begitu bodoh sekaligus menggelikan di mata Hyunjin.

Lelaki berbibir tebal itu hanya bisa menggeleng samar sembari terkekeh kecil, meraih beberapa berkas yang sudah ia susun rapi untuk setelah nya beranjak dari tempat duduknya.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang