33. knowing

420 53 0
                                    



_____________________________

Sejatinya perasaan itu bisa berubah kapan saja
_____________________________


Di dalam sebuah kamar bernuansa abu abu. Terdapat pemuda yang sedang membaca beberapa lembar kertas.

Setelah selesai membaca semuanya dia bergumam, "jadi begitu".

"kau seharusnya yang bahagia disini"

Wajah tampan nya seketika ber smirk memikirkan rencana yang ia susun.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka membuatnya menoleh. Dia berdecak, "ck lain kali ketuk dulu" ucapnya dengan nada datar.

Sang pelaku hanya memasang jawab bodoamat. Lalu mendekat ke arah pemuda 1 dan duduk di kursi depannya.

Pemuda 2 dia terdiam, seolah oleh ragu untuk mengatakan kepada orang didepannya atau tidak.

"apa?" Tanya pemuda 1, begitu melihat laki laki didepannya hanya diam.

"tolong cari info dia" ujar pemuda 2 seraya menyerahkan foto seorang gadis.

Dahi pemuda 1 tadi berkerut, "untuk apa mencari tau tentang dia" dalam benaknya.

"cari aja, gue tunggu info secepatnya" pemuda 2 tadi berdiri lalu menepuk bahu pemuda satu sekilas sebelum melangkah keluar ruangan. Menyisakan pemuda 1 yang tersenyum lebar seraya memandangi foto seorang gadis yang diberikan pemuda 2 tadi.

"ternyata sepemikiran" ujarnya pelan.


----------


Heejin sekarang sedang berada di cafe karena dia ada janji dengan Karina. Ada hal yang harus ia bicarakan. Mungkin soal dia pernah benci sama Karina dia akan menghapusnya. Mau bagaimana pun Karina waktu itu ada di saat ia dalam down.

Memberinya semangat seperti orang yang ia sayang dulu, Soobin.

Ya sifat Karina sama seperti Soobin. Karina tidak seburuk apa yang ia kira. Heejin jadi menerawang apa yang pernah ia lakukan dulu kepada Karina. Membully nya bukan, pernah juga menampar dan sekarang ia bertekad untuk meminta maaf.

Melirik jam yang terpasang di tangannya sebentar, lalu menengok ke arah pintu. Melihat siapa saja yang baru masuk. Ini memang janjian 5 sore, dan sekarang sudah pukul 05:10 namun Karina belum juga datang.

Suara dercitan pintu terdengar yang artinya ada pengunjung yang masuk. Heejin menoleh ke arah sana, namun bukan Karina yang datang tapi dia sahabatnya, Yiren, dan Shuhua

Yiren dan Shuhua tersenyum lebar dan memilih bangku yang kebetulan berada tak jauh dari meja Heejin. Mereka berdua tak melihat Heejin, karena Heejin dengan sengaja menutup hampir separuh wajahnya.

Ada apa mereka berdua kesini, tumben gak ngajak batinnya.

"haha uang gue habis nih buat belanja hari ini" ucap Shuhua dia sedang melihat lihat barang yang baru saja ia beli.

"tenang kan kita ada Heejin, jadi untuk masalah money yaa beres lah" okey Heejin masih mendengarkan baik baik.

"heem emang bodoh banget si Heejin, mau mau aja kita manfaatin"

"udahlah mending sekarang pesen makanan aja" ujar Yiren.

"gimana mau pesen dodol, lo gak inget uang kita habis buat belanja ini" ujar Shuhua sambil menunjukkan beberapa bingkisan.

"ya udah gue telfon Heejin dulu biar dia transfer ke rekening gue"

"terus lo mau pake alesan apa lagi?"

"bokap gue sakit butuh biaya berobat kan gampang"

Bersamaan dengan Yiren yang menghubungi Heejin. Handphone Heejin yang berada di meja berdering. Membuat Yiren dan Shuhua menoleh ke sana.

Karena sudah emosi Heejin memperlihatkan wajahnya lalu mengangkat teleponnya dari Yiren.

"halo, apa? Mau minta uang ya. Aduh sorry ya gue gak mau tuh" mata Heejin terus menatap tajam Yiren dan Shuhua yang tengah meneguk ludah di depan sana.

Mereka berdua menghampiri Heejin dengan senyuman lebarnya. Dasar tidak tau malu.

"H-heejin lo dari kapan disini?" Tanah Shuhua hati hati.

"ouh udah lama, sekitar 30 menitan maybe" jawab Heejin seraya memainkan kukunya.

Yiren dan Shuhua menatap Heejin dengan takut. Jika sudah 30 menitan berarti otomatis Heejin mendengar semua percakapannya tadi.

Heejin merogoh tas nya, mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah lalu berdiri tapi.

"nih katanya bokap lo sakit yaa? Nih buat berobat ya. Owh gue sekarang gak butuh teman yang bisanya manfaatin gue. Jadi kita sekarang bukan teman yah" ucapnya sebelum pergi.

Meninggalkan Yiren dan Shuhua yang berdecak kesal. Namun tak urung juga mengambil uang yang diberikan Heejin tadi.

Di tengah perjalanan Heejin terus mengoceh, melampiaskan kekesalannya. Bagaimana bisa dia selama ini bodoh? Dasarnya tidak ada yang tulus di dunia ini.

Terlalu sibuk mengoceh Heejin tidak memperhatikan jalan, alhasil dia menabrak seseorang.

"aduh"

"lo kalau jalan liat li--"

"-at dong" ucapnya terputus ketika yang menabraknya adalah Karina. Orang yang ia tunggu sejak tadi.

"lo kemana aja sih" tanya Heejin kesal.

"hadehh kan gue harus kerja dulu. lah lo mau kemana katanya mau ke cafe situ" Karina menujuk cafe belakang Heejin.

"gak jadi, pindah tempat aja. Disitu ada setannya" ucap Heejin lalu menarik tangan Karina.


----------


"ck dimana sih!" Shotaro berdecak kesal ketika kekasihnya yang baru jadian 3 hari yang lalu tidak memberi kabar.

"makanya brother kalo cari cewe jangan virtual" Haechan mengatakan dengan santai namun terselip nada ejakan di dalamnya.

Sekarang mereka ber enam sedang berada di rumah Jaemin. Dan untuk Shotaro, memang dia menjalani hubungan kalau sekarang orang menyebutnya virtual.

"Baper kok sama ketikan cielahh" ujar Yangyang.

"hilih bacot, sirik lo jomblo" dengan kesal Shotaro melempar handphone nya ke sofa. Untung saja tidak pecah.

"mentang mentang banyak duit, maen lempar aja tuh hp ck ck ck tak patut tak patut"

"tinggal beli kalo rusak" ucap Renjun tiba tiba.

"udahlah bro, jangan galau galau mending putusin aja" saran Haechan yang membuat Shotaro menabok kepalanya.

"gue sama dia itu bukan virtual, kita ada dan nyata. Hanya perihal waktu dan jarak yang memisahkan" bela Shotaro bijak.

"Tumben lo bijak" ujar Renjun.

"Gue emang bijak ya sorry"

"hal yang indah butuh waktu untuk datang, jadi sabar menunggu" Jaemin menambah.

"busett, kenapa jadi menggalau begini?"

"bukan menggalau tapi meratapi nasib awokwkwok"

"Sialan lo chan"


~TBC~


Typo bertebaran jangan lupa votmennya aku tunggu ya chingu.


About Taste [00 Line]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang