02. Anak Tengah Tak Berguna.

26 3 0
                                    

-I don't like the feeling of being forgotten, unappreciated, hated and belittled.-

-Daniel.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>*<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Daniel menatap foto keluarga berukuran besar yang terpajang di ruang tengah. sangking besarnya, foto itu masih bisa terlihat jelas jika dilihat dari lantai bawah hingga lantai 4. Foto yang menurutnya sudah terlihat sempurna karena disana hanya ada ayah, mama, dan dirinya. Potret keluarga yang nampak sangat harmonis tanpa adanya gangguan dari luar maupun dalam. Tapi hari ini, sang Ayah tiba-tiba membawa orang asing masuk kedalam lingkungan keluarga mereka. Orang asing yang bisa menjadi ancaman besar untuk Daniel.

Sesuai dengan prediksinya seminggu lalu, Ayah benar-benar mencari dan menyeret anak durhaka yang selama ini dibangga-banggakannya setiap makan malam tiba. Pikirannya menerawang, kembali ke kejadian di meja makan tadi malam.

"Ayah bisa nggak sih nggak nyebut nama Elang sekali aja." Daniel mencela di sela-sela kalimat Pandu. Ia sudah jengah, pasalnya sedari tadi sang Ayah selalu saja mengelu-elu kan nama Elang. Nama orang asing yang bahkan orangnya saja tidak Daniel ketahui.

Sang mama yang berada di sampingnya pun menegur dengan cara menyenggol sikut. Wajah Ayah berubah kesal, tidak suka kalimatnya di potong seperti tadi.

"Elang itu nama abang kamu. Dia yang akan jadi penerus Adiwira Noesantara!" tegas Ayah.

"Are you serious? Harusnya 'kan Daniel yang nerusin perusahaannya Ayah."

Mama menggenggam tangan Daniel lembut. Berusaha menahan agar Daniel tetap menjaga intonasi suaranya di hadapan Ayah.

"Dia yang lebih pantas jadi penerus dibanding kamu." Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah itu sontak membuat hati Daniel nyeri seperti diiris silet.

"Jadi selama ini Ayah pikir Daniel nggak pantes? Terus untuk apa Daniel kuliah ambil jurusan manajemen bisnis sampe S2 kalo bukan untuk nerusin bisnisnya Ayah? Lagian 'kan orang yang namanya Elang itu udah kabur dari sini dari dulu, itu tandanya dia emang mau mutusin hubungan sama Ayah! Dia udah nggak mau ada urusan lagi sama Ayah!"

"Jaga mulut kamu!" bentak Pandu membuat suasana hening. "Jangan ikut campur urusan Ayah! Kamu harusnya fokus saja sama kesehatan kamu!"

Daniel menjatuhkan garpu dan pisau makannya dengan sengaja, membiarkan benturan bunyinya dengan piring terdengar keras hingga ke telinga Ayah. Ia bangkit dari kursi dengan gestur marah kemudian berlalu ke tangga menuju kamar. hilang sudah selera makannya.

"Nak!" seru Linda selaku mamanya berusaha memanggil dan mendatangkan kembali Daniel ke meja makan. Daniel menghiraukan panggilan itu meski ia mendengarnya.

Dan hari ini. Siang hari yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi badai bagi Daniel. Posisinya benar-benar terancam karena orang yang digadang-gadang akan jadi penerus PT Adiwira Noesantara itu sudah hadir di rumah ini.

Diam-diam ia menonton pertunjukan tak biasa di ruang tengah dari balkon dalam rumah yang dipagari teralis besi setinggi seratus senti.

Tapi tunggu dulu. Daniel pikir orang yang dinanti-nanti kehadirannya itu akan disamput seperti super hero, tapi ternyata tidak. Orang itu justru dibawa kesini seperti buronan narkoba atau.. seperti korban penculikan?

"Maksud anda saya harus meneruskan perusahaan anda? Menjadi ahli waris Adiwira Noesantara?"

Suara laki-laki yang sedang disidang Ayah itu terdengar hingga ke lantai dua tempatnya berdiri.

ADIWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang