05. Si Bungsu Urakan.

28 1 0
                                    

-Why does it feel so good but hurt so bad?-

-Bilal.

>>>>>>>>>>>>>>>*<<<<<<<<<<<<<<<

Elang menyipitkan matanya. Berusaha memfokuskan pandangan ke segerombol pengawal yang sedang menggiring satu laki-laki berbadan kurus dan berpakaian serba hitam ke ruang tengah. Ketika objek semakin mendekat barulah ia tahu siapa orang yang sedang digiring tersebut. Ia yang posisinya ada di tengah anak tangga pun turun dengan buru-buru, melupakan niatnya untuk sarapan dan merundingkan kembali rencana pelarian berikutnya bersama Daniel.

Pencopetan kemarin membuat perhatiannya teralihkan. Bukannya fokus kabur ia malah memilih untuk mengejar si pelaku pencopetan. Ya mau bagaimana? Kabur tanpa membawa uang sama sekali? Mau jadi gembel pinggir jalan? Tapi sangat disayangkan, pengejarannya berujung gagal, pelarian dari Galuh pun ikut gagal. Yang Elang dapatkan dari hari kemarin hanyalah sebuah kemalangan.

"Wah! Wah! GILA! Nah bener nih! Ini nih orang yang kemaren nyopet dompet gue! Wah gila. Keren banget lo Bro!" sorak Elang menggebu-gebu pada Galuh. Ia heboh bukan main hingga suaranya terdengar sampai ke ruang makan, tempat di mana Daniel sedang sarapan dengan tenang.

"Dia yang kemaren nyopet dompet Aden?" tanya Galuh.

"Iya! Sumpah lo keren banget bisa nemuin pelakunya secepet ini! padahal 'kan gue belom nyebutin ciri-cirinya yah. Gile, makasih ya guys!" jawabnya sekaligus memuji kemampuan Galuh dan para pengawal lainnya.

Dari awal Elang memang sudah tahu bahwa semua bawahan Pandu sudah dilatih dengan ketat dan dituntut untuk punya skill di atas rata-rata. Tapi ia masih tidak menyangka bahwa ternyata sekeren ini kemampuan mereka dalam bekerja.

Elang girang karena dompetnya akan segera kembali dan pelakunya sudah ditangkap, sementara para bawahan Pandu bingung. Galuh sama sekali tidak berniat menangkap pelaku pencopet dompet Elang, ia pikir kemarin Elang hanya berbohong bahwa dompetnya dicopet agar bisa kabur lagi. Galuh memang disuruh bertugas oleh Ayah hari ini, tapi bukan untuk menangkap pelaku kejahatan, melainkan menangkap orang hilang yang selama ini Ayah cari.

"Balikin dompet gue!" serunya pada laki-laki yang berpenampilan seperti anak tak pernah diurus itu.

Laki-laki itu memandang ke arah lain, tak mau menatap korban pencopetannya kemarin. Merasa bersalah mungkin?

"Nggak ada." Suara beratnya menjawab singkat dengan keadaan kedua tangan yang masih dipegangi para pengawal.

"Kok bisa nggak ada? 'Kan kemaren lo yang ngambil. Sekarang balikin! Terserah deh sama uangnya, yang penting tuh kartu-kartu yang ada di dalemnya balik ke tangan gue."

Diluar ekspektasi Elang, orang itu malah tersenyum remeh dan berkata, "Ya iya lah. Uangnya cuma gocap."

Sebagian pengawal yang ada di sana menahan tawa dalam diam. Galuh pun begitu. Elang yang tadinya merasa senang kini malah jadi tersulut emosi. Ia malu. Apalagi jika mengingat fakta bahwa gaji para pekerja di rumah ini lebih besar dari gajinya.

KURANG AJAR! ANAK SIAPA SIH NI BOCAH?

"Ya udah sini balikin dompetnya!"

"Lo budek yah? Gue bilang nggak ada ya nggak ada."

Selagi Elang dibuatnya semakin geregetan, muncullah Daniel dari arah ruang makan. Sarapannya terganggu karena suara gaduh dari ruang tengah. Meski rumah ini besar, tapi tidak menutup kemungkinan seseorang bisa mendengar suara-suara bising dari ruangan lain.

ADIWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang