16. Tak Lagi Sama.

7 0 0
                                    

Semuanya kembali normal, tapi aneh.

>>>>>>>>>>>>>>>*<<<<<<<<<<<<<<<

"Den Bilal udah boleh pulang hari ini, Bu?"

"Nggak cuma Bilal, Elang sama Daniel juga pulang hari ini." Lawan bicara suci menarik kedua sudut bibirnya saat berucap seperti itu. Nampaknya ia sangat senang.

"Tapi kan Mas Elang telinganya masih belum sembuh, Bu."

"Iya, tapi dia udah punya alat bantu dengar. Nanti kamu bantu pantau yah, kalo bulan depan masih belum membaik kita bawa dia ke sini lagi."

"Baik, Bu." Suci menerima tugas barunya tanpa penolakan. Sembari membantu Linda mengemasi pakaian anak-anaknya, Suci memperhatikan Elang yang tengah menertawakan Bilal. Di ranjang Bilal mereka duduk berhadapan dan saling menatap dengan pandangan yang berbeda. Bilal dengan pandangan sinisnya, dan Elang dengan pandangan konyolnya. Pakaian pasien rumah sakit berwarna Biru khas rumah sakit Noesantara sudah mereka tanggalkan sejak tadi pagi.

Siang ini, entah bagaimana caranya, Elang bisa membuat Bilal mau bermain ABC lima dasar bersamanya. Meski sepertinya sebentar lagi Bilal akan mengamuk karena selalu kalah, setidaknya mereka akur sejak dua puluh menit yang lalu. Dan menurut Suci kejadian itu sangat aneh.

Suci menyadari ketidakhadiran Daniel sesaat setelah merapihkan ranjang milik si empunya.

"Den Daniel kemana, Bu? Kok nggak keliatan dari tadi?"

"Tadi dia mau nyari Ayahnya, tapi kok belum balik juga yah?" Linda masih sibuk memeriksa barang-barang yang ada di laci nakas, khawatir akan ada barang yang tertinggal di sana. "Coba kamu susulin, Ci."

Suci mengangguk. "Baik, Bu."

Meski tidak tahu mau mencari laki-laki berbadan tinggi itu kemana, Suci tetap melangkahkan kakinya sambil memendarkan pandangan di lorong-lorong yang ia lewati. Untuk beberapa detik, Suci berhenti sejenak hanya untuk menyempatkan diri tersenyum saat tidak sengaja berpapasan dengan Dokter Mila. Perempuan itu tersenyum balik tanpa menghentikan jalannya. Senyumnya manis, pantas saja Mas Elang jatuh cinta padanya. Dari arah jalannya, Suci sudah bisa menebak kemana perempuan ayu itu akan pergi, pasti menghampiri Mas Elang.

Kembali ke tujuan awalnya, mencari Daniel. Sangking terpesonanya dengan Dokter Mila, Suci sampai tak terpikirkan untuk bertanya apakah Dokter Mila melihat Daniel di sekitar sini atau tidak?

Setelah melewati unit rawat inap, tersasar ke unit administrasi, mampir ke kantin untuk membeli minum, berhenti di depan ruangan bayi untuk melihat bayi-bayi lucu yang baru lahir, baru lah Suci melihat sosok Daniel di ujung sana. Berdiri bersama ayahnya di depan kamar jenazah.

Mereka terlihat berbincang sedikit sampai akhirnya memutuskan untuk masuk ke ruangan itu bersama.

Suci bingung di tempat, apa yang mereka lakukan di sana? Apa ia harus ikut masuk? Tapi ia takut.

Dengan diiringi rasa gelisah suci merutuki dirinya sendiri, harusnya ia bisa melangkah lebih cepat untuk menghampiri tuannya sebelum mereka masuk ke kamar jenazah tadi. Kalau sudah begini kan mau tidak mau ia jadi harus menghampiri lebih jauh lagi.

>>>>>*<<<<<

Daniel mengucap 1000 kali syukur dari dalam hatinya. Tuhan masih berbaik hati dengan memberinya kesempatan untuk hidup sekali lagi. Di setiap musibah pasti ada hikmah, kalimat penenang untuk semua orang yang tengah tertimpa kemalangan itu ternyata tak hanya sembarang kalimat penghibur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADIWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang