21. Smile Flower

75 16 5
                                    

Ada banyak lubang hitam tercipta di tengah-tengah bangku penonton. Tentu saja itu ulah para murid yang terburu-buru keluar untuk membawa minuman atau juga makanan.

Pertarungan dua lawan dua kali ini seharusnya akan sangat menyenangkan untuk di tonton. Ini yang mereka tunggu.

Melihat kekuatan dari prince dan princess yang sangat mereka banggakan. Mungkin akan sangat membosankan kalau lawan Chris dan Zyra kalah dengan cepat.

Tapi, mereka tidak bisa melewatkan sihir yang akan dilakukan oleh dua orang yang menurut mereka cukup kuat itu.

Mendengar bisik-bisik dari sekitarnya hanya membuat Alvia menggeram pelan. Ya Tuhan apa mereka meremehkan dirinya dan juga Leo?

Ia tahu kalau kedua orang yang sangat dibanggakan murid disini itu cukup kuat, tapi apa perlu merendahkan dia dan Leo? Padahal mereka belum tahu tentang dirinya dan teman timnya itu.

"Jangan terpengaruh dengan perkataan mereka."

Alvia menoleh, dia sedikit mendongak karena pria yang baru saja menginterupsinya berdiri. Karena Leo berdiri dia pun ikut berdiri. "Aku tidak terpengaruh, hanya saja itu menyebalkan untuk di dengar tau."

"Buat saja mereka bungkam." Kata Leo sambil membenarkan jubah yang dia pakai, dia melirik sekilas ke arah yang lebih pendek. "Kau pintar bukan? Seharusnya kau paham dengan apa yang ku maksud." Lanjutnya.

Terdengar biasa saja, tapi menurut Alvia dia seperti direndahkan dengan kalimat Leo barusan. Bukankah jelas kalau Leo merendahkannya secara tidak langsung karena mengatakan dia pintar kalau paham maksud pria itu.

Sedangkan dia butuh beberapa saat untuk memahaminya tadi. Ah, sial, pikirannya terlalu berkecamuk ke mana-mana, makanya dia kurang fokus tadi.

Leo membuka lubang hitam untuk berpindah tempat ke tengah lapangan, dia masuk lebih dulu kemudian diikuti Alvia di belakangnya.

Keduanya sampai di tengah lapangan, bersamaan dengan itu lawan mereka juga keluar dari lubang hitam yang berbeda.

Mungkin jika melihat raut wajah Alvia dia tampak biasa saja, padahal dia agak gugup karena pertandingan ini. Gila, ini pertama kalinya dia di lihat oleh banyak orang.

Oh, astaga, apa dia demam panggung?

"Tenang, Al. Tak perlu gugup."

Dia menoleh ke arah Leo, apa dia tak salah dengar? Pria itu jadi terlihat memperhatikannya sekali. Baiklah, untuk pertama kalinya dia berterima kasih karena itu.

Alvia berdehem pelan, kembali fokus ke arah kedua lawannya. Di sana gadis berponi tengah menatapnya dengan tajam, seolah tatapan itu bisa membuatnya jatuh.

Hey, dia pikir dirinya takut? Maaf saja, Alvia hanya demam panggung bukan tikus pengecut.

Gong dibunyikan, kedua tim masih tetap dalam posisi. Baik tim Leo maupun Chris keduanya tak memulai penyerangan sama sekali.

Hingga dua menit berlalu, Zyra melayang dari tempatnya menggunakan sapu, dia bersiap menyerang dari udara.

Alvia yang ingin maju, malah terhalang oleh Leo. Pria itu menghadang tubuhnya dengan tangannya. Apa maksudnya?

Tongkat sihir Zyra di arahkan pada lawannya, dia menyerang dengan cahaya. Tapi, serangannya gagal dan malah terpantul ke arahnya.

Tidak menyerah, dia kembali melemparkan sihirnya lagi, tapi kembali memantul dan berbalik ke arahnya. Baru ingin menyerang lagi, hembusan angin dari sebelahnya membuat dia urung melakukannya.

"Kau bodoh?" Chris menatap sinis gadis di sebelahnya, dia juga terbang menggunakan papannya. "Mereka menggunakan perisai. Jika kau terus mengulanginya lagi, yang ada kau akan kalah karena kebodohanmu ini!" Geramnya.

Zyra hampir menangis dibuatnya. Ini bukan pertama kalinya Chris berucap frontal seperti itu kepadanya. Tapi, perkataannya cukup menyakitkan.

"Tidak perlu menangis, aku tak akan peduli." Kata Chris dengan nada dingin. Pria dengan mata rubah ifu mulai melajukan papannya ke arah tim lawan yang terhalang dari perisai tak terlihat itu.

Di sisi lain, Alvia masih sibuk berdebat dengan Leo. Keduanya juga sepertinya tidak sadar dengan Chris yang melaju ke arah mereka.

"Kenapa kau melarangku untuk menyerangnya?!"

Leo memutar kedua bola matanya, "Seharusnya kau senang, dengan begitu kau tak akan terluka, dasar payah."

Alvia menginjak kaki pria bersurai pirang itu dengan kencang, tapi Leo tak membuat respons kesakitan sama sekali. Karena itu pun dia semakin kesal, baru ingin menampar bahu pria itu, niatnya menjadi urung.

Ia bisa melihat Chris sudah berada di depan mereka. Dengan tongkat sihir yang mengarah ke mereka. Sepertinya pria itu berniat menghancurkan perisai yang dibuat Leo beberapa saat yang lalu.

"Dia akan menghancurkannya!" Teriak Alvia, membuat Leo memfokuskan dirinya ke arah depan lagi.

Terlambat, perisai keduanya pecah. Membuat mereka terpental dengan jarak yang cukup jauh.

Alvia meringis pelan, dia berusaha berdiri, tapi sayangnya Zyra sudah lebih dulu berada di hadapannya dengan tongkat sihir mengarah padanya.

Penonton mulai bersorak, mereka mengira kalau Zyra dan Chris lah yang akan memenangkan pertandingan kali ini.

Boom!

Suara ledakan itu berasal dari Zyra dan Alvia. Para penonton terkejut. Sedangkan dua gadis itu sudah kembali terpental, dengan Zyra yang pingsan.

Alvia masih bisa berdiri di sisi tenaganya. Dahinya mengeluarkan cairan berwarna merah. Masa bodo dengan itu. Ada hal lain yang membuatnya terkejut.

Matanya menatap ke arah tongkatnya. Dia yakin kalau dirinya tak membaca mantra apa pun.

Tapi, kenapa dia bisa mengeluarkan sihir yang sama dengan Zyra? Hey, apa ini barusan, ini bukan pertama kalinya.

Di karenakan ledakan tadi, sihir yang keluar dari tongkatnya jadi tidak terlihat. Semua terjadi malah seperti hanya Zyra yang menggunakan sihir.

Suara gong tanda ujian berakhir terdengar. Ia menoleh ke sisi kanannya. Dia bisa melihat kalau Leo dan Chris masih berdiri di posisi masing-masing.

Kenapa tiba-tiba pertandingannya berakhir?

Pengawas berjalan ke tengah lapangan, membawa tim kesehatan ke dekat Zyra yang kehabisan energi.

"Ujian berakhir, Alvia, Leo dan Chris, lulus. Sedangkan Zyra dia di diskualifikasi, karena telah melanggar peraturan yaitu menggunakan spesialisnya," Kata seorang pria yang merupakan pengawas ujian tersebut.

Alvia yang mendengar itu tersenyum senang, dia memekik kegirangan, dan berlari kencang ke arah Leo. Dia meloncat ke arah pria itu, untung saja langsung di tangkap oleh Leo.

"YEY! KITA LULUS LEO!"

Leo tersenyum tipis, dia memegang tubuh gadis dalam gendongannya itu dengan erat agar tidak terjatuh. Dia bahkan membiarkan Alvia memeluk lehernya, sepertinya gadis itu tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Mata tajam Leo melirik ke arah pria di depannya. Chris tampak menatapnya dengan sinis, dan kemudian pergi dari lapangan.

Kembali lagi ke Alvia, dia tersenyum dengan penuh kelegaan, tawanya terlihat sangat lucu. Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan.

Dan Leo tak melewatkan sama sekali, ketika wajah itu tersenyum dan tertawa. Senyumnya seperti bunga yang baru saja mekar dan dia adalah lebahnya.

--

Tbc

Double up!

Udah bulan agustus aja woee, tolonglah ya, ini book belom tamatt:(

Sorry for typo's

See you!

ALVIA SANDARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang