22. Again

73 15 6
                                    

Sandara School terlihat lebih sepi dari biasanya. Ini mungkin karena semua muridnya kelelahan setelah ujian dan berakhir memilih tidur di asrama masing-masing.

Tidak seperti Alvia yang masih berkeliaran di tengah malam seperti ini. Dia harus ke rumah kaca untuk mencari penyembuh herbal bagi luka pada dahinya.

Sejujurnya dia bisa saja meminta peri di kamarnya itu untuk menolongnya, tapi siapa juga yang sudi meminta tolong pada peri angkuh seperti Hera?

Cih, dia tak sudi sama sekali.

Baru ingin masuk ke rumah kaca, dia memilih berhenti ketika melihat seseorang dengan surai biru baru saja keluar dari sana.

Aneh, untuk apa Rion ke rumah kaca malam-malam begini?

Kebetulan dia juga harus ke sana. Alvia menoleh ke kanan dan kirinya, memastikan kalau tidak ada siapa pun. Setelah aman dia ikut masuk ke rumah kaca.

Ia mengikuti Rion dari belakang, anehnya tujuan mereka ini sama. Alvia memang harus pergi ke tempat bunga-bunga.

Karena kata Ben ada bunga mawar berwarna hitam dengan putih di tengahnya, bisa menyembuhkan luka pada dahinya sampa ke bekas-bekasnya.

Dan dia harus hati-hati ke bunga mawar hitam tanpa warna lain. Alias hitam semuanya.

Alvia melebarkan kedua matanya ketika melihat Rion memetik bunga mawar hitam yang dapat meledak dengan sihirnya. Sehingga bunga itu tampak melayang-layang.

Ia menelan air liurnya susah payah. Kata Ben hanya orang tertentu dari petinggi yang bisa mengambilnya dan juga orang yang pernah menghancurkan mask party.

Rion jelas adalah seorang murid, bukan salah satu petinggi. Hanya opsi dua yang seratus persen bisa saja benar.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Tubuhnya kaku, di depan sana sudah tak ada lagi Rion, dan suara tadi berasal dari arah belakangnya. Benar saja, pria dengan surai biru itu sudah ada di sana dengan bunga mawar hitam yang melayang di atas tangannya.

"K-kau, seharusnya aku yang bertanya begitu!" Kata Alvia mencoba berani.

Pasalnya salah sedikit saja dia bicara, bisa saja Rion langsung melemparkan bunga mawar tadi ke wajahnya dan kemudian meledak.

"Kau bisa melihatnya, aku tengah mengambil bunga mawar hitam--"

"Aku akan melapor ke Mr. Kenan, jangan coba-coba untuk kabur, Rion!" Potong Alvia cepat, dia menatap tajam kedua manik bulat dari pria di depannya.

"Hey,hey... kenapa kau berkata begitu? Ah baiklah sepertinya bunga ini membuatmu salah paham." Rion membaca mantra pelan, membuat bunga tadi melebur dan menjadi bubuk, yang sudah berada di dalam botol kaca berukuran kecil.

Alvia masih tidak percaya, dia berjalan mundur, tapi sayangnya sudah lebih dulu di tahan oleh Rion. Pria itu tersenyum miring.

"Sudah aku katakan, kau salah paham."

"Tidak, kau pasti mau menghabisi murid di sini lagi iya kan? Kau yang mengacaukan mask party malam itu benar kan?!" Tuduhnya tak berarti.

Rion tertawa. "Kau menuduhku terlalu jauh, Al. Apa wajahku terlihat seperti penjahat?" Melihat Alvia menganggukan kepalanya sebagai balasan, Rion tak mampu untuk tidak tertawa lagi.

Dia baru tahu Alvia memiliki sikap yang seperti ini juga, gadis itu terlihat menggemaskan ketika takut seperti sekarang.

"Aku mengambil bunga mawar hitam untuk diteliti, aku mendapat perintah ini langsung dari Mr. Dellion." Jelas Rion.

ALVIA SANDARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang