Zoe menghela nafas berat sambil menahan beban buku yang dia bawa dari perpustakaan. Dengan susah payah dia tidak menabrak orang-orang di depannya.
"Hati-hati kak, di depan ada tangga." Peringat Doyun, pemuda itu berjalan tepat di sebelah kakak cantiknya itu.
"Kau seharusnya membantuku, Doyun."
"Tidak mau, ini kan hukuman kakak, kenapa aku harus terkena juga?" Sahutnya seperti orang meledek. Yang mana membuat yang lebih tua mendengus kesal.
Singkat cerita, Zoe tengah terkena hukuman lagi. Kali ini kesalahan yang ia buat tidak jauh-jauh dari membuat sang kepala sekolah murka.
Siapa juga yang tidak kesal, ketika sudah diberitahu jangan menggunakan spesialis dan Zoe dengan mudahnya malah melanggar itu, namun ketika ketahuan gadis itu malah beralasan lupa atau juga tidak sengaja.
"Tunggu sebentar, aku lelah, kita istirahat dulu." Kata Zoe pada pemuda yang sejak tadi menemaninya itu. Ia memilih berhenti sejenak. Ingin sekali dia menggunakan sihir tapi hukumannya ini dilarang menggunakan sihir. Sialan.
Doyun mengangguk mengiyakan, "Lebih baik kakak taruh saja di bawah dulu buku-bukunya. Baru nanti kita bawa lagi." Sarannya yang langsung disetujui oleh Zoe.
Kasihan kak Zoe, entah kenapa jadi langganan hukuman dari ayahnya itu.
"Hah, jika saja ayahmu mengajariku cara mengontrol spesialisku ini, aku tak akan pernah ceroboh ketika menggunakannya tanpa sengaja," Curhatnya pada yang lebih muda.
Benar sih harusnya sang ayah mengajari cara mengontrolnya, tapi ayahnya itu pernah bilang, kalau mengajari spesialis kak Zoe, akan berakibat buruk kalau ketahuan oleh penghianat yang menyamar di sekolah mereka ini.
Zoe memelas pada yang lebih muda, meminta belas kasihan karena dia benar-benar lelah membawa tumpukan buku tadi. "Kau tidak kasihan pada kakak cantikmu ini? Ayolah gantikan aku sampai depan asrama putri saja." Rayunya pada yang lebih muda.
Doyun menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, dia menepuk wajah yang lebih tua dengan telapak tangannya, karena muka kak Zoe terlalu dekat dengannya.
"Jauh-jauh kak, iya aku akan menggantikan kakak nanti, tapi kalau sampai ketahuan ayah, jangan salahkan aku ya?"
Zoe mengangguk semangat, "Aww adikku manis sekali," pujinya sambil memeluk tubuh pemuda bersurai hitam itu dengan erat.
Dipeluk seperti itu Doyun malah tercekik lehernya oleh yang lebih tua. Oh astaga dia hampir tidak bisa bernafas loh!
"Dengar ya, kalau aku bisa mengontrol spesialisku, aku akan mentraktirmu di kafetaria!" Lanjut Zoe masih dengan memeluk pemuda yang sudah ia anggap seperti adiknya itu.
Matanya yang tertutup dan memeluk erat Doyun, membuatnya tak menyadari jika keduanya sudah sampai di kafetaria.
Doyun melebarkan matanya, bukan terkejut karena spesialis gadis yang tengah memeluknya, melainkan karena ada dua orang lain selain mereka yang ada di kafetaria.
Ini memang sudah sore, tapi tak menutup kemungkinan akan ada orang di kafetaria. Seperti sekarang.
Kedua orang yang merupakan pria itu menatap mereka dengan tatapan tajam. Sial, apa itu mereka?
--
"Hera, sepertinya aku harus pergi bersama Qhiandra sekarang."
Sang empunya nama menoleh pada si kembar Qhiana-Qhiandra dengan salah satu alis terangkat. "Kalian berdua? Ada apa memangnya?"
"Kami baru saja dapat pesan masuk dari Mr. Kenan untuk menyebar dan membiarkanmu di sini sendirian, kata Mr. Kenan akan ada masalah tak terduga, makanya kami harus pergi, sekarang." Jelas Qhiana mengingat pesan yang belum lama masuk ke dirinya tadi.
Qhiandra, saudara kembarnya terlihat mengangguk setuju, raut konyol pria itu hilang tergantikan dengan wajah serius. "Aku rasa Mr. Kenan memiliki firasat tentang penghianat yang berkeliaran." Timpalnya.
Hera menghela nafas, sejujurnya bukan masalah baginya untuk berpatroli sendirian. "Baiklah, kalian bisa pergi."
Tepat setelahnya kedua rekannya itu berubah bentuk menjadi wujud peri mereka. Meninggalkan ia seorang diri di lorong menuju halaman asrama putri.
Baru ingin melanjutkan tugasnya, Hera di buat terkejut dengan suara ribut dari arah belakangnya. Dia pun segera menoleh dan langsung mendapati dua orang yang berlari ke arahnya.
Bruk!
Tabrakan pun tak bisa di hindari. Zoe meringis karena lututnya mencium lantai. Sedangkan Doyun tampak menahan tangan gadis yang mereka tabrak dengan satu tangan.
Doyun langsung membantu gadis itu berdiri, ah dia mengenalnya, kalau tidak salah dia adalah peri yang pernah menjadi pengawas di dalam kelasnya.
"Maaf, kau tak apa?" Tanya Doyun dengan perasaan tidak enak, habis mau bagaimana lagi, keduanya tengah di kejar oleh dua orang yang mencurigakan tadi.
"Aish! Aku loh yang terluka! Kenapa kau malah bertanya padanya, Doyun?!" Teriak Zoe kesal. Hampir pundung kalau dia tidak di bantu berdiri sama pemuda itu.
"Maaf kak."
Zoe memutar kedua bola matanya malas, dia menatap peri menyebalkan yang masih berdiri dan memandangnya dengan datar.
Tadinya Zoe mau marah-marah, tapi urung ketika melihat dua orang yang mengejar mereka sudah sampai di hadapan mereka.
Dia pun langsung bersembunyi ke belakang Hera dengan tak tahu diri. Ia juga mendorong tubuh yang lebih kecil darinya itu. "Hey, kau peri kan? Kau pasti hebat, Hera, ayo tolong kami, mereka berdua mengincar kami."
Tanpa diberitahu pun, Hera paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Matanya menajam pada kedua pria yang sudah mengarahkan tongkat sihirnya ke arah mereka bertiga.
Dua orang pria tadi, langsung mengubah ke wujud asli mereka, yaitu berupa seekor naga hitam seukuran manusia, dengan tinggi hampir dua meter. Lalu salah satu dari naga itu, mulai menyemburkan api panasnya ke arah tiga orang di depan mereka.
Serangan mendadak itu membuat Hera belum siap membuat pelindung, sehingga api tersebut mengenai tangannya. Masa bodo dengan luka, Hera mengeluarkan bubuk peri yang biasa ia bawa.
Meniupkannya pada dua naga hitam di depannya, tepat sasaran, kedua naga tersebut langsung membengkak karena efek bubuknya, dan terakhir tanda-tanda efek akhirnya pun terlihat.
"Kita menjauh!" Kata Hera, menarik kedua orang yang tadi tanpa sengaja menabraknya.
Ia memasang pelindung, tak lama setelahnya, dua naga tadi meledak dan membuat darahnya menyebar. Beruntung tidak sampai mengenai mereka.
Hera membalikkan tubuhnya, menatap kedua orang tadi. "Jadi... kalian orangnya?"
Sepertinya dia tidak perlu bertanya lagi, dia yakin Zoe dan pria di sebelah gadis itu adalah orang-orang yang dimaksud oleh Mr. Kenan.
"Tunggu sebentar," Doyun maju mendekat pada peri itu, mengambil tangan kanannya dan kemudian meletakan telapak tangannya pada luka bakar di sana.
Dalam sekejap mata, luka Hera pun sembuh tanpa bekas. Jika ada orang yang memiliki spesialis melihat warna sihir, mereka pasti akan menyadari asap ungu yang mulai pudar dari tubuh Doyun barusan.
Baiklah, Hera tidak perlu lagi bertanya tentang siapa mereka, atau apa pun itu. Spesialis tadi sudah membuktikan semuanya.
Zoe menghela nafas lega, setidaknya dua orang penghianat yang akan menangkap mereka atau bahkan membunuhnya telah tiada.
"Ini gawat, kalian akan mudah ditemukan jika tak sadar menggunakan spesialis kalian. Terlebih para penghianat itu ternyata seekor naga hitam yang menyamar. Dua binatang itu cukup berbahaya karena mampu mendektesi lima orang terpilih dengan spesialis unik." Jelas Hera dengan serius. Dia menatap kedua orang itu bergantian, ini akan menjadi masalah serius.
Mereka harus berhati-hati, atau bisa saja Zoe, Doyun maupun ketiga orang lainnya terkena masalah seperti tadi.
--
Tbc
a/n : makin runyam aww jalan ceritanya...
Makin pusing juga otak ini wkwkwk
Sorry for typo's
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIA SANDARA [TAMAT]
Fantasy[Fantasi] Keadaan mendesak mengakibatkan lima orang terpilih masuk ke dalam dunia antah berantah yang terdapat sekolah yang mengutamakan sihir. Dunia modern yang menjadi latar awal mereka berubah menjadi hutan dan sebuah bangunan sekolah yang amat k...