Doyun membuka matanya tepat pada saat suara benda tajam saling bergesekan. Matanya mengerjap beberapa kali karena tempat yang cukup menyilaukan matanya.
Ketika penglihatannya sudah normal, Doyun mencoba untuk bergerak namun tak bisa. Dia menatap tubuhnya sendiri dengan heran.
Tak ada apa pun yang mengikatnya, tapi kenapa seperti ada tali yang menahan seluruh pergerakannya. Juga, dimana dia sebenarnya?
Ini bukan kamarnya lagi, ini terlihat seperti hutan tapi dengan cahaya yang berlebih. Sehingga semua terlihat menyilaukan di sini.
Dia ingat benar, kalau sebelumnya ia masih berada di kamar asrama untuk mengistirahatkan diri setelah menyembuhkan energi Leo.
"Sudah bangun rupanya," Seseorang dengan topeng muka di wajahnya keluar dari balik cahaya. Kedua tangan orang itu terlihat memegang dua belati.
Tubuh orang itu tertutup dari atas sampai bawah karena jubah hitam yang dikenakannya. Dari segi suara yang teramat samar karena topeng yang digunakannya, ia yakin kalau orang itu adalah seorang pria.
"Laveendra, putra dari Kenan dan Fely, apa aku benar?" Tanya orang itu lagi. Kali ini kedua belati yang dia pegang dia arahkan pada leher pemuda di depannya.
"Akh, sialan, apa yang kau mau?" Doyun meringis ketika lehernya terkena kedua belati tersebut, meskipun hanya tergores tetap saja darahnya keluar.
Luka gores itu kembali tertutup dan tak berbekas berkatnya yang langsung menyembuhkan luka itu sendiri. Meski pun darahnya berbekas di lehernya, setidaknya rasa sakitnya tak begitu terasa.
"Oh, ternyata benar. Kau salah satu dari ke empat orang yang di takdirkan untuk membunuhku bukan? Menakjubkan sekali, oh aku dengar, salah satu dari mereka adalah kakak kandungmu. Lebih jelasnya lahir dari ibu yang sama, apa kau tahu itu?" Lagi, pria itu kembali bertanya dengan pertanyaan yang malah membingungkan dirinya.
Apa maksud dimaksud dilahirkan dari ibu yang sama? Apa salah satu dari mereka merupakan kakak kandungnya?
Pria itu tertawa melihat ekspresi pemuda di depannya. Sangat naif dan polos. Apa benar pemuda ini sekuat itu untuk mengalahkannya?
Dia pun berbalik, menjauh dari pemuda tadi, ada yang harus dia sambut kedatangannya. Sepertinya dia harus membuat penyambutan untuk tamunya yang luar biasa.
"TURUNKAN AKU!" Doyun berteriak kencang, tubuhnya baru saja di terbangkan ke udara dengan cukup kencang. Ia melayang-layang tanpa arah.
Sehingga beberapa kali kepala dan seluruh tubuhnya menabrak benda keras. Entah itu batu besar yang menjulang tinggi atau pun sebuah pohon besar.
Masih dalam keadaan melayang tanpa arah, Doyun tahu kalau sihir ini di arahkan oleh pria tadi. Dia juga bisa menyimpulkan kalau orang itulah yang menjadi musuh terbesar mereka.
Ketika semua benturan pada tubuh dan kepalanya terhenti, dia kembali berteriak tepat pada saat dia di jatuhkan ke tanah dengan begitu keras.
Dengan kedua lutut sebagai tumpuan, dia bisa melihat kalau pakaiannya hampir robek di mana-mana. Darah mengalir dari bagian pelipisnya.
Ia hanya bisa meringis tanpa menangis. Ini sungguh menyakitkan, tapi dia tidak selemah itu. Ia kembali menyembuhkan lukanya dan itu membuatnya lebih baik.
"Oh lihat, Laveendra, ayahmu datang menjemputmu sendirian." Kata pria bernama Jack, orang yang pertama kali menguasai seluruh sihir dan kekuatannya yang hampir setara dengan orang yang pertama kali di berkahi sebuah sihir.
Doyun mendongak, melihat sang ayah yang tampak sangat khawatir dan ayahnya langsung menatap nyalang ke arah pria yang tadi membawanya.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIA SANDARA [TAMAT]
Fantasy[Fantasi] Keadaan mendesak mengakibatkan lima orang terpilih masuk ke dalam dunia antah berantah yang terdapat sekolah yang mengutamakan sihir. Dunia modern yang menjadi latar awal mereka berubah menjadi hutan dan sebuah bangunan sekolah yang amat k...