𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Setelah pergi dari area parkiran kafe. Kini Ray mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, mengabaikan segala sesuatu yang mungkin akan sangat berbahaya.
Menggeram rendah, mencengkram erat stir motor. Lantas mempercepat lagi lajunya.
Pikiran Ray saat ini tak stabil, selalu memikirkan kejadian pada parkiran tadi. Dengan pikiran-pikiran yang terus mengarah pada kejadian itu.
Tentang mengapa gadisnya bisa mengkhianati dirinya.
Gadisnya?
Hahaha ... bahkan sekarang Ray ragu apakah Melody masih gadisnya atau bukan.
"Sialan!" Geraman rendah itu mengiringi laju cepat motor sportNya.
Ray saat ini benar-benar kalut, pikirannya kini hanya ada penyesalan. Penyesalan terhadap Ibunya, tentang kenapa ia tak pernah mendengarkan perkataan Tania. Juga, penyesalan untuk para sahabat-sahabatnya karena selalu mencampakkan mereka. Hanya karena sahabat-sahabatnya itu, memberitahu 'kan tentang kebusukan Melody yang ia anggap salah, dan sekarang. Itu semua ternyata benar adanya.
Dan yang paling penting, penyesalan terbesarnya adalah Keysha. Tunangannya yang selalu ia campak 'kan demi wanita lain, apalagi ia yang selalu berkata kasar.
Mengendarai kuda besinya agar lekas segera sampai pada tujuannya.
Rumah! Yah, rumah. Tempat terakhir di mana letak gadis itu berada, semoga saja gadis itu masih berada di rumahnya. Sebab, jika ingin mencari di tempat lain. Tentu saja Ray tak tahu, bahkan tempat gadis itu berada dirinya saja tak pernah memperdulikannya sama sekali.
Sungguh miris, ia merasa seperti laki-laki tak becus. Bahkan tak tahu malu. Bagaimana bisa, setelah mengetahui sosok kekasihnya di belakang yang atau bisa disebut sebagai mantan. Kini akan menjadikan Keysha sebagai pelariannya.
Ray terkekeh miris, sungguh laki-laki brengsek. Bagaimana bisa ia menjadi seperti ini, hanya karena ia yang di butahkan oleh cinta?
Menggeleng tegas untuk kembali fokus pada jalan. Apalagi, jalanan yang saat ini jauh dari kata lenggang. Yang artiannya jalanan masih di padati oleh pengendara-pengendara lain.
Pada saat pertigaan jalan terlihat di depan, Ray mulai menambah kecepatannya. Membelokkan stir motornya, pada saat tikungan kiri.
Menaikkan kecepatan motor, tanpa terbebani. Padahal didepan sana terlihat sangat jelas, bahwa jalanan tersebut sangatlah ramai.
Brak!
Tiba-tiba dari arah samping kiri, saat akan melewati tikungan tajam tadi. Ray tertabrak, oleh mobil sedan hitam yang tengah melewati tikungan itu.
Nafasnya tercekat saat ia merasakan bahwa badannya terguling-guling beberapa kali di atas aspal, sedangkan helemnya sudah terlepas dari kepalanya. Dan entah kemana lagi helem itu.
Perlahan-lahan Ray merasakan badannya sangat remuk, tak memiliki tenaga. Bahkan saat akan merenggangkan jari-jarinya saja tak bisa, seperti mati rasa. Apalagi pada bagian kepalanya yang sangat kuat terbentur oleh aspal, setelah helemnya terlepas. Lantaran ia yang terlalu terburu-buru meninggalkan parkiran itu, sehingga mengakibatkannya lupa mengancingkan helemnya.
Darah mulai merembes keluar dari bagian kepala Ray yang terluka, dapat ia rasakan ketika ada sebuah genangan air yang mulai mengalir kearah punggung tegapnya. Sepertinya ia akan segera kehilangan banyak darah.
Menoleh kearah kiri, tepatnya pada mobil sedan hitam itu. Terlihat orang yang mengendarai mobil itu mulai turun, berjalan kearahnya yang di susul oleh orang-orang yang berada di lokasi kejadian itu juga.
Orang-orang mulai berbondong-bondong mendekat kearahnya, yang tergeletak mengenaskan di atas aspal yang dingin. Dengan kondisi tak berdaya sama sekali. Beberapa dari mereka sudah ada yang memanggil mobil ambulans.
Namun, itu akan percuma saja, karena perlahan-lahan mata Ray, mulai tertutup dengan nafas yang mulai menipis. Mengerjap-ngerjapkan matanya agar tak kehilangan kesadaran, namun agaknya itu hanya sia-sia.
K-keysha, m-maaf.
Hanya itu, yang mampu Ray ucapkan. Dengan seiring detak jantungnya yang mulai menghilang, dan kini mata itu sudah tertutup rapat. Menandakan laki-laki itu telah pergi untuk selamanya, dengan sebuah penyesalan mendalam.
.
.
.
Kembali ke satu tahun yang lalu ...
Terdengar deru nafas yang sangat berat, dan cepat. Saling bersahut-sahutan dengan dentingan jarum jam.
Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mulai keluar, bergulir membasahi pelipis laki-laki itu. Berserta dengan lehernya yang mulai basah juga, di sertai rambutnya yang sudah lepek.
Jantung yang berdetak dengan ritme sangat cepat, seakan laki-laki itu tengah melakukan adegan lari maraton.
Mimpi-mimpi buruk mulai berdatangan, kejadian-kejadian tentang seseorang yang telah bersimpahan darah di atas aspal yang dingin. Dengan keadaan jalan raya yang sangat padat oleh pengendara-pengendara lain.
Bunga tidur yang sangat menakutkan, terlebih yang ia mimpikan adalah ia sendiri.
Menggeleng ke kanan-kiri. Dengan posis mata yang masih tertutup rapat.
K-key, m-maaf.
"J-jangan!" Igauan itu mulai terdengar, dari bibir laki-laki remaja tersebut. Bibirnya bergetar, tangannya terkepal kuat. Alisnya menukik tajam.
"Lay ndak akan pelnah ninggalin aku 'kan?"
Mimpi buruk tadi perlahan tergantikan, dengan mimpi seorang gadis cilik.
"Lay sayang aku?"
"Lay, janan pelgi!"
Gadis cilik yang ada di mimpinya itu mulai meraung-raung, di saat seorang pria kecil mulai meninggalkannya. Berjalan kearah jalan raya.
"Lay mau kemana? Janan pelgi Tala!"
Raungan yang sangat jelas, namun Ray tak dapat melihat muka dua anak kecil itu. Semuanya sangat buram, layaknya air hujan yang terciprat pada kaca rumah.
"Jangan!" Igauan Ray keluar lagi, di saat anak laki-laki itu masih saja berlari ke arah jalan raya. Tanpa memperdulikan gadis kecil yang tengah menangis meraung-raung terus agar pria kecil itu mau berbalik. Pergi kearah gadis kecil tersebut.
Namun, Pria kecil itu terus saja melangkah pergi ke jalan raya. Seakan tuli atau ia yang menutup telinga agar tak mendengarkan raungan gadis kecil itu.
"JANGAN!"
Brak!
Bersamaan dengan itu, Ray bangun dari mimpi buruknya.
Bangun dengan posisi duduk, memandang kearah sekitarnya. Ray linglung dengan apa yang ia alami.
Memegang kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut kuat, rasanya sakit seakan kepalanya akan pecah detik itu juga. Mencengkram erat rambut tebalnya, dengan nafas yang masih berderuh kencang.
Setelah di rasa mendingan, Ray beralih memijat pangkal hidungnya.
𝓣𝓸 𝓑𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮𝓭
Follow me dhestallia
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Destiny
FantasyRaykanza Genandra, tak pernah menyangka bahwa dirinya akan mengulang waktu, atau lebih tepatnya kembali ke masa lalu demi memperbaiki kesalahannya. Kesalahannya terhadap sang tunangan- Keysha Adeline. ✿✿✿✿✿ MAAF KALAU BANYAK TYPO, INI CERITA PERTAMA...