03

2K 146 9
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Saat ini Ray sudah berada di depan gerbang rumah Keysha, dengan ia yang masih berada di dalam mobil. Dan mengapa ia tau alamat gadis itu tentu saja, ia mendapatkan alamat rumah gadis itu, dari Bundanya.

Ray mulai mengambil Handphonenya, untuk menghubungi gadis itu bahwa ia telah berada di depan gerbang rumahnya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya sambungan telepon 'pun terhubung.

"Hallo!" Tiba tiba mendadak lidah Ray terasa keluh, untuk menjawab sapaan gadis di seberang sana.

"Hallo, Ray?" Ia Mengatur nafas terlebih dahulu, lalu ia menjawab sapaan gadis itu.

"K-keysha?" Panggilnya.

"Iya, Ray?"

"Gu- aku udah di depan gerbang rumah Kamu!" Lontarnya, dengan setengah gagap. Saat ia akan mengucapkan kata Aku-Kamu.

"Owh, bentar yah. Dikit lagi kok, aku siap-siap dulu yah!" Setelah itu, terdengar sambungan telepon yang di matikan secara sepihak.

Ray menghela nafas panjang. Sebenarnya ia belum benar-benar siap, untuk bertemu dengan Keysha. Apa lagi ia masih mengingat perbuatannya pada gadis itu. Tapi bagaimana lagi, Ray tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya akan mencoba mengikuti alur, dengan tetap berada di sisi Keysha.

Sedangkan gadis yang telah mematikan sambungan secara sepihak itu, kini tengah jungkir-balik. Dengan kedua pipinya yang memerah layaknya kepiting rebus, dan jantung yang berdetak kencang tak beraturan.

Sepertinya dia yang terlalu speechless, dengan kejadian tadi malam dan juga, pagi ini. Di mulai di mana tunangannya itu, mulai membalas pesan yang ia kirim. Tanpa men-readnya sama sekali, yah... Walaupun di akhir chattan itu, sang tunangan hanya melihat tanpa membalas. Mungkin karena dia yang tak memiliki topik lain, atau apalah.

Dan untuk pagi ini! Ray-sang tunangan, tiba-tiba menelponnya duluan. Walaupun jawabannya cukup kliees, karena dia yang sudah ada di depan pintu gerbang, dan sedang menunggu dirinya. Tapi bukan itu poin utamanya, melainkan ia yang mendengar kata Aku-Kamu yang keluar dari mulut sang tunangan.

Betapa senangnya Keysha, berarti ia sudah ada sedikit kemajuan untuk membuat hubungan dirinya dan Ray. Menjadi lebih dekat lagi.

Tanpa menunggu lama lagi, Keysha segera beranjak dari kasurnya menuju ke arah cermin full body. Memutar-mutar 'kan badannya untuk melihat penampilannya, setelah selesai melihat dirinya di pantulan cermin ia mengambil tas ranselnya, yang berada di atas meja dan memakainya, dan ia segera keluar dari kamar.

Saat akan sampai di depan gerbang rumahnya, perlahan Keysha mengambil nafas terlebih dahulu. ia merasa sedikit gugup karena ia akan bertemu dengan Ray tunangannya. Setelah ia merasa, rasa gugup nya berkurang ia mulai berjalan mendekat, ke arah gerbang dan membukanya yang di bantu oleh satpam rumahnya.

"Hai," sapanya, setelah ia tiba di samping mobil bagian kiri. Mobil Ray.

Belum ada tanggapan, atas sapaannya. Namun, Keysha dapat melihat dengan jelas. Tubuh Ray yang tiba-tiba terdiam kaku.

"H-hai," sapa balik Ray, setelah beberapa menit terdiam. Sapaan itu terdengar datar, dan gugup. Tapi, Ray mencoba menutupinya dengan senyuman, walau senyuman itu sangatlah kaku.

Mencoba mengalihkan dari keterkejutannya, setelah melihat senyum itu. Keysha mencoba bertanya. "Kamu udah lama, nunggu?"

"H-hah?"

"Kamu udah lama, nungguya?"

Ray berdeham canggung, lalu menjawab . "Belum lama, kok."

Keysha meremas rok sekolahnya, tersenyum manis menanggapi itu. Walaupun perkataan Ray masih terdengar dingin, tapi itu sudah dalam pencapaian yang sangat pesat bagi Keysha.

"Ayo masuk!" Ajak Ray, menyuruh Keysha untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

Dengan segera Keysha bergeser tempat, bersiap untuk membuka pintu jok belakang. Namun sebelum melakukan itu, gerakan nya seketika terhenti oleh teguran Ray. "Mau ngapain?"

Menghentikan aksinya yang ingin membuka pintu mobil, Keysha menjawab mau "masuk!"

"Siapa yang suruh?" Sarkas Ray, menatap datar pada gadis itu.

"Ehhh... T-tapi 'kan--"

"Depan!"

"Hah?"

"Duduk di depan," ulangnya lagi, sambil menunjuk menggunakan dagunya .

"B-bukannya--" belum sempat Keysha menyelesaikan kalimatnya, Keysha harus di buat bungkam dengan tatapan tajam Ray. Meneguk salivanya takut, "o-oke," dan tanpa berlama-lama, Keysha segera mengambil duduk di jok depan. Di samping pengemudi.

Setelah ia duduk, dan mengambil posisi yang nyaman. Seketika ia harus menahan nafas, ketika Ray yang tiba-tiba saja berada tepat di depan wajahnya. "Jangan lupa, pasang seatbeltNya." Setelah memasangkan Keysha sabuk pengaman, perlahan Ray 'pun segera memundurkan kepalanya. Kembali fokus untuk mengemudi.

Di sepanjang jalan hanya ada keheningan, dia antara mereka berdua sama-sama terdiam. Dengan pikiran masing-masing.

Keysha yang memikirkan tentang kejadian tadi, di mana Ray yang bertingkah sangat manis kepadanya. Mungkin ini terdengar aneh, atau terlihat alay. Tapi apa boleh buat, sepertinya keysha sudah sangat-sangat terjatuh dalam pesona Ray.

Bagaimana bisa ia tak jatuh dalam pesona pemuda yang berada di sampingnya ini. Memikirkan bahwa ia tak akan pernah jatuh, sejatuh-jatuhnya itu sangatlah mustahil. Karena laki-laki itu yang memiliki visual, hampir sempurna.

Memikirkan pesona Ray, Keysha benar-benar merasa sangat beruntung. Karena ia adalah tunangan pemuda itu.

Tapi? Sebelum memikirkan hubungan yang akan sangat jauh, Keysha teringat. Bahwa laki-laki itu ternyata telah memiliki kekasih, pujaan hatinya. Bahkan mereka telah menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun ini, memikirkan hubungan sang tunangan dengan sang kekasih. Hati Keysha seketika saja, berdenyut nyeri.

Bagaimana bisa ia melupakan hal itu, terlebih lagi hubungannya dengan sang tunangan. Itu terlihat seperti tak memiliki ikatan sama sekali.

Kedua mata Keysha langsung saja melirik telapak tangan Ray, yang sedang memegang kendali. Melirik tangan kiri, pada jari manis. Dan di situ, dapat Keysha lihat bahwa Ray tak memakai cincin pertunangan mereka.

Hati Keysha bertambah sakit, apakah hubungan yang harus ia jalani akan terasa pahit, dan semenyakitkan ini?

Berbeda jauh dengan yang Keysha pikirkan. Pikiran Ray saat ini melayang, pada satu tahun yang akan terjadi. Masih menerka-nerka, apakah setelah ia yang memperbaiki hubungannya dengan Keysha, kematiannya juga tak akan terjadi?

Menghela nafas gusar, sebenarnya itu semua hanya mimpi 'kan? Tapi jika dipirkan, rasa sakit saat ia terbangun di malam itu. Rasa sakitnya sama, di saat ia yang mengalami kecelakaan.

Memijit pangkal hidungnya, seharusnya yang Ray lakukan saat ini, yaitu fokus pada kendaraan yang ia bawa.

Milirik kearah Keysha, dapat ia lihat Keysha yang hanya memandang jalan setapak. Tanpa menoleh-noleh kearahnya, tiba-tiba saja tatapan mata Ray beralih pada pakaian yang di kenakan oleh Keysha. Lalu pandangannya kembali lagi terfokuskan ke depan.

Jika di bandingkan pakaian yang di kenakan Keysha, ini lebih layak. Daripada, pakaian yang akan di kenakan Keysha, beberapa bulan lagi.

𝓣𝓸 𝓑𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮𝓭

Follow me dhestallia

Change DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang