11

626 47 19
                                    

Vote dulu sebelum baca, jangan lupa tinggalkan komentar kalian.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

"Lihat apa, hmm?"

"Ehh.... Eng-enggak ada kok," Cepat-cepat Keysha mengalihkan pandangannya, sial ia ternyata telah tertangkap basah. Malu rasanya, apalagi memandangi Ray yang kini menatap nya, dengan tatapan mata geli. Seakan Ray kini tau apa isi pikirannya.

Blush!

Bertambah memerah 'lah, wajah Keysha. Ketika Ray tanpa aba-aba langsung maju mengungkung tubuh mungilnya, di sertai dengan sengaja mengunci pintu tersebut, bahkan sekarang ia menahan napas karena merasakan napas Ray yang menerpa kulit wajahnya.

Bergerak gelisah, merasakan tangan Ray yang saat ini seperti memeluk pinggang rampingnya, bahkan dengan sengaja pemuda itu meremas-remasnya.

"R-ay?" Peringat Keysha, dengan tatapan matanya.

"Hmm Kenapa?" Sial, Ray membuat dirinya merinding saja ketika mendengar lontaran pertanyaan dengan aksen serak basah tersebut.

Tak ingin mengambil resiko, Keysha dengan sigap memegang pundak tegap itu, yang di tumbuhi otot-otot gagah, lalu menelan selivanya kasar tampa aba-aba.

Brukh!

"Shit!" Tanpa perasaan, Keysha mendorong Ray. Ketika merasa pemuda itu ingin mencium leher jenjangnya.

"M-maaf!" Lalu ia berlari dengan terbit-birit, meninggalkan Ray yang masih tersungkur di lantai keramik.

Melihat kepergian Keysha, Ray malah terkekeh geli, mengusap wajahnya kasar.
Sungguh gadis itu seakan-akan takut di terkam oleh dirinya.

Padahal Ray tidak akan melakukannya, tapi mungkin nanti.

.
.
.
.

Kini mereka semua tengah berada di meja makan, makan malam bersama-sama. Hanya suara dentingan sendok makan yang terdengar saling bersahutan, sesekali ada suara wanita paruh baya yang bertanya apakah mereka mau tambah atau tidak.

Ray duduk dengan tenang di samping Keysha. Melihat kearah cewek itu, yang bergerak-gerak gelisah. Mungkin karena terus di perhatikan oleh dirinya? Atau mungkin karena kejadian tadi? Ray lantas menyeringai licik, memikirkan sesuatu yang akan ia perbuat.

"Keysha?" Di tengah dentingan suara sendok saling menyahut, dan pikiran licik Ray. Tania tiba-tiba memanggil Keysha.

Menghentikan makannya sejenak, melihat kearah Tania, lalu menyahutinya. "Iya Tan, kenapa?"

"Kok makannya dikit sih? Nambah lagi dong?" Pinta Tania, ketika ia melihat kearah piring Keysha hanya terdapat sedikit lauk saja, serta nasi yang sedikit.

"Eeehh ... Iya, Tan!"

"Kenapa?, masakannya tante nggak enak yah?"

Keysha dengan cepat menggeleng, "enggak kok Tan, ini enak! Baru aja aku mau nambah," katanya jelas, takut membuat Wanita di depannya ini bersedih.

Tania tersenyum, "kamu nambah yang banyak jangan sungkan, anggap aja ini kayak rumah kamu." Papar Tania, lalu segera melanjutkan makannya, yang sempat tertunda.

Menghela nafas, sebenarnya ia sudah sangat kenyang. Karena sudah tak nafsu makan lagi beberapa menit yang lalu, tapi apa boleh buat. Ia tak mau membuat calon mertuanya merasa sedih, karena ia yang tak menyambut dengan suka rela makanan yang di hidangkan.

Tangan kanan Keysha sudah mengambang ke udara, bersiap menuju ke arah tempat nasi, untuk mengambil sesendok nasi. Namun, baru saja ia memegang sendok nasi itu. Keysha harus tersentak dengan mata membulat, terbuka lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Change DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang