Chapter 2

226 25 1
                                    

Crkrek…. Crkrek…. 

Bunyi jepretan kamera tidak berhenti berbunyi bersamaan dengan diriku yang terus berganti pose. Dengan wajah yang kupaksakan untuk tersenyum, aku berusaha untuk menyelesaikan pemotretan hari ini secepat mungkin. 

"Good pose!" puji fotografernya sambil terus mengambil gambarku. 

"Kita istirahat sebentar ya sembari kamu bersiap untuk outfit selanjutnya." titah fotografernya sambil menurunkan kameranya. 

Aku lalu menghela nafas sambil berjalan duduk di kursi yang telah disiapkan oleh Nana sedari tadi. Disana sudah bersiap para makeup artistku untuk memperbaiki riasan serta tatanan rambutku. Tidak ada senyuman yang terpancar dari wajahku, hanya muka murung menahan amarah karena kejadian tadi pagi. Benar benar menghancurkan mood-ku seharian ini. Padahal biasanya, aku selalu bahagia dengan setiap sesi pemotretan yang kulalui, tapi hari ini serasa tidak berguna sama sekali dalam membangkitkan semangatku. 

"Kamu kenapa? Lesu banget hari ini. Bahkan senyummu juga seperti terpaksa sekali. Ada masalah apa?" tanya Nana melihatku cuma menutup mataku tanpa bersuara sedikitpun. 

"Aku tidak sedang ingin membahas hal itu sekarang, Na." pungkasku tak membuka mataku. 

"Kau tahu aku bisa membaca wajahmu-kan? Pasti karena cinta? Iya-kan? Mengapa? Apa jangan jangan pujaan hatinya sudah kembali?"

"Bisa tidak, tidak usah mengungkit masalah itu?! Aku bilang aku ingin melupakan semuanya hari ini, okay! Jangan tambah merusak moodku dengan ocehanmu!" bentakku tanpa sadar memarahi teman baikku sendiri. 

Nana yang seketika berubah murung setelah mendengar kemarahanku memutuskan untuk pergi agar bisa memberikanku sedikit ruang. Aku tahu dirinya bermaksud baik karena mengkhawatirkan tentang masalahku tapi menurutku ini bukan saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Lebih tepatnya aku muak jika berbicara soal mereka. Berurusan dengan semua lelaki saat ini seakan membuatku sangat lelah. Marvin yang menolak cintaku mentah mentah dan lelaki bajingan itu yang dengan beraninya bersikap kelewat batas seperti tadi pagi. Seakan laki laki semua ini sama saja. Tidak ada yang layak untuk kucintai dengan tulus. Karena setiap kali aku bersikap baik, balasan yang kuterima selalu tak sesuai ekspektasiku. Aku mendadak dikagetkan dengan sebuah tangan yang menepuk pundakku. Aku kemudian langsung berbalik ke arah orang tersebut.

"Maaf mengagetkanmu. Aku ingin memberitahukan bahwa sebentar lagi salah satu petinggi perusahaan akan datang hari ini untuk melihat prosesi pemotretan kita. Jadi aku diminta memberitahukanmu agar kau bisa bersiap." 

"Okay, Kak." Setelah mengatakan itu, aku kembali memutarkan badanku menghadap cermin setelah fotografer pergi meninggalkanku. 

"Kak, ayo ganti baju. Sebentar lagi pemotretan akan berlanjut." kata Cherry selaku makeup artistku. 

"Dimana Nana? Apa dia belum kembali sampai sekarang?" 

"Belum, Kak. Mungkin dia masih kesal dengan ucapan kakak tadi."

"Apa aku sedikit keterlaluan ya tadi?" lontarku dengan suara lirih. 

"Sedikit, Kak." jawab Cherry berhati hati. 

Mendengar afirmasi dari Cherry atas pertanyaanku barusan membuat rasa bersalahku. Memang tidak sepatutnya aku melampiaskan seluruh kemarahanku pada Nana. Menyadari apa yang sudah kuperbuat itu salah, aku lalu berjalan meninggalkan Cherry dan bergegas mencari Nana. Untung saja dirinya tidak pergi terlalu jauh dan masih berada disekitaran tempat pemotretan sehingga aku tak perlu susah payah mencarinya kemana mana. Melihatnya duduk sendiri disalah satu bangku yang tersedia, aku lalu berjalan menghampirinya dan duduk disampingnya. Dia yang masih melamun, tidak menghiraukan keberadaanku dan terus terduduk dengan menunduk.

Hello GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang