Di sisi lain, lebih tepatnya lagi enam jam sebelumnya, Shani menatap teman-temannya, terakhir ia menatap Feni yang sedang terduduk di sofa markasnya. Ada beberapa puluhan orang terkumpul di markas evanescent, mereka menatap salah satu temannya yang babak belur. Shani mengepalkan tangannya, siapa yang berani menyenggol gangnya? Padahal ia tak pernah menyenggol gang lain.
Ia tau dirinya dan teman-temannya sering kali tawuran, namun mereka tak sampai menyenggol gang lain, mereka hanya tawuran ketika ada kejahatan yang meresahkan warga sekitar.
Shani menghampiri laki-laki itu yang babak belur, "Siapa?" Tanya gadis jangkung itu dengan sorot mata yang tajam, tangannya masih setia mengepal. Laki-laki itu menunduk takut, dengan kesusahan ia sedikit membuka bibirnya.
"B-bloviat, Shan."
"Bloviat?" Tanya Shani pada dirinya sendiri. Ia baru kali ini mendengar gang tersebut yang berani menyenggol gangnya. Shani hanya tau beberapa gang yang menurutnya kekuatan mereka bisa di bilang di atas gangnya. Salah satunya aplomb dan bloviat.
Mengenai tentang aplomb, ia sampai sekarang masih tak tau dengan siapa ketua aplomb, yang ia dengar hanyalah ketua dari gang aplomb sedang hiatus beberapa tahun.
Sedangkan bloviat, ia mendengar dari beberapa temannya jika gang tersebut baru muncul beberapa bulan ini. Dan sekarang, bloviat mulai bergerak ingin menyerang evanescent.
"Kapan?" Tanya Shani lagi dengan suara yang dingin.
"Tadi, jam tiga."
"Lokasi?"
"Di perempatan perkutut 3, ada markas mereka. Tapi markasnya kayak warung makan. Gue cuman numpang makan disana, tapi malah di hajar."
Shani sedikit terkejut mendengarnya. Pasalnya tempat kejadian temannya di serang dekat dengan rumah Gracia.
"Kok bisa di hajar?" Tanya Feni.
"Gue tadi lupa ganti jaket."
"Goblok."
Shani segera mengambil kunci motornya. Anggota evanescent yang melihat ketua mereka mengambil kunci motor mulai bergerak mengambil kunci motor mereka masing-masing, termasuk Feni. Shani menarik uluran helmnya yang memang khusus untuk ketua evanescent, tak lupa dengan jaket yang berdominan warna kuning berlambang evanescent. Shani segera menjalankan motornya, ia sedikit resah dengan markas bloviat yang dekat dengan rumah Gracia.
Sudah 40 menit Shani bergelut dengan jalanan yang ia lewati berserta anggotanya di belakang. Langit yang awalnya berwarna jingga kemerahan mulai menggelap. Shani menghentikan motornya di pinggir jalan setelah temannya menunjukkan warung makan alias markas bloviat. Ia turun dari motor, helmnya sudah tergantung di kaca spionnya.
Shani memang melihat warung makan ini seperti warung makan pada biasanya, namun warung makan ini memiliki dua tingkat. Tak menunggu lama-lama, Shani menerobos masuk ke lantai dua. Salah satu karyawan warung makan ini menghalangi Shani yang ingin menaiki tangga, Shani sudah mengira jika karyawan ini salah satu anggota bloviat.
"Selain karyawan dilarang masuk ke lantai dua." Sergah karyawan itu. Shani menatap laki-laki di depannya dari atas sampai ke bawah, ia menoleh kebelakang, anggotanya berhamburan masuk.
"Gue pengen ketemu sama ketua lo."
Karyawan itu memicingkan matanya, ia melihat jaket yang mereka gunakan. Ia tau gang evanescent berdominankan warna kuning, kakinya segera menaiki tangga ke lantai dua. Entah perasaan Shani atau apa, ia melihat para pelanggan mulai keluar satu persatu, ia tak lagi melihat orang-orang yang berlalu lalang memesan makanan di kasir.
Dengan perasaan yang jengkel dan tak bersahabat, Shani segera menaiki tangga itu, ia tak tau jika di lantai dua tempatnya luas. Ia sedikit terkejut dengan beberapa puluhan orang yang sudah menunggu kedatangan dirinya. Tak lupa dengan jaket biru yang bertuliskan bloviat mereka gunakan di tubuh masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candramawa
Random[sudah end] Gracia selalu memimpikan seorang perempuan di setiap malamnya, ia hanya mengenal nama perempuan itu berupa Shani. Gracia tak begitu tau seperti apa wajah Shani di mimpinya. Namun, ia mengenali bagaimana perawakan bentuk tubuh Shani. Teta...