Shani masih asik menghisap rokoknya, tak lupa tangannya yang dengan lihai menekan tombol-tombol di stik PS. Keributan dari mulut masing-masing memenuhi warung Kang Epi. Shani berdecak sebal ketika karakter di gamenya mati, tangannya menaruh stik PS di lantai, ia menghiraukan mereka berlima yang masih asik dengan rentalnya.
Shani memainkan ponselnya, ia baru sadar baterai ponselnya tersisa 1%, baru saja ia ingin membuka isi chatnya dengan Gracia, ponselnya seketika mati. Shani menghela napas kasar, ia menatap Feni dan Jessi yang tampak asik dengan rentalnya.
"Kanaya gimana, Fen?" Tanya Shani.
"Katanya otw kesini."
Baru saja Shani ingin berbicara, namun ia di kejutkan dengan Kanaya yang menyapa dirinya.
"Woi!" Panggil Kanaya dengan helm di tangannya. Shani melihat wajah Kanaya yang sedikit babak belur, ia tertawa.
"Muka lo merah banget, udah kayak kepiting rebus aja." Ucap Shani.
Kanaya duduk di samping Shani, "Enak aja. Kalonya gak ada gue sama yang lain nolongin elo, kayaknya lo bisa masuk RS."
"Dih, lo ngeraguin kekuatan gue?"
"Heh, Shan. Yang namanya manusia punya titik lelahnya. Lo di keroyok mereka bisa mati anjir."
"Anjing," Umpat Shani, "Mulut lo serem amat."
Kanaya tertawa. Mereka berenam tampak asik dengan rentalnya masing-masing. Shani menghidupkan rokoknya, ia menatap Kanaya di sampingnya.
"Minjem hape lo dong, Nay."
"Buat apa?" Jawab Kanaya yang masih sibuk dengan PS di depannya.
"Nelpon Gracia."
"Gracia tuh yang malem tadi, ya?" Tanya Kanaya sembari melepaskan tangannya dari stik rental, ia mengambil ponselnya lalu menyerahkannya ke Shani.
"Bentar. Malem tadi kondisinya gimana?"
"Gue sama Feni nganterin elo ke rumah Gracia. Terus Gracia dateng ngebawa lo masuk ke rumah."
"Oalah. Gue gak inget malem tadi gue ngapain aja."
Kanaya kembali melanjutkan permainannya, "Lo sih, pake acara mabuk segala, mana riweuh banget lagi."
Shani tertawa, "Maklumin aja anak kemarin sore."
Shani mendekati Feni, ia melihat Feni dan Jessi yang tampak asik dengan rentalnya. Shani menyenggol pelan lengan Feni, ia mengedipkan matanya. Feni menatap heran ke Shani, ia menghentikan sejenak permainnya. Jessi ikut-ikutan menatap heran ke Shani.
"Bagi nomor Gracia dong." Ucap Shani.
"Lah? Kan, elo ada nomornya." Jawab Feni.
"Hape gue mati. Gue mau nelpon Gracia pake hape Kanaya."
Feni memicingkan matanya, "Lo kan bisa pake hape gue."
"Hape lo sering gak ada paketnya tolol."
Feni tertawa, "Itu lo tau. Terus gimana caranya gue ngirim nomor Gracia ke wa Naya?"
"Pepek, lo bisa liat kontak Gracia sambil nyebutin nomor Gracia, anjing."
Feni dan Jessi kompak tertawa, ia melihat sekesal apa Shani terhadap dirinya. "Celetuk lo gitu banget sih, Shan."
"Bodoh amat. Cepetan mana nomornya Gracia."
Feni mengeluarkan ponselnya, ia membuka kode ponselnya, dirinya menyerahkan ponselnya ke Shani, "Noh, cari aja sendiri, gue mau lanjut main sama Jessi."
Shani mengambil ponsel Feni, ia mencari nama Gracia di kontak Feni. Matanya menatap tak percaya dengan nama Gracia di kontak Feni. Ia melihat 'Gracia Cwe Shantot' di ponsel Feni. Shani menatap kesal ke Feni yang tertawa setelah ia melihat nama Gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candramawa
Random[sudah end] Gracia selalu memimpikan seorang perempuan di setiap malamnya, ia hanya mengenal nama perempuan itu berupa Shani. Gracia tak begitu tau seperti apa wajah Shani di mimpinya. Namun, ia mengenali bagaimana perawakan bentuk tubuh Shani. Teta...