9

1.4K 131 13
                                    

Hari menjelang siang.

Gracia masih tertidur di atas kasurnya, ia membiarkan tubuh dan pikirannya di istirahatkan dengan cara tertidur nyenyak di atas kasur. Hari ini ia tak ada kegiatan di sekolahnya, mengingat jika sekarang adalah tanggal merah, alias hari Idul Adha. Jam di dinding rumah Gracia sudah menunjukkan pukul 09:12, ia masih tak beranjak dari kasurnya.

Matanya membuka perlahan. Indera pendengarannya mendengar suara benda di dapur yang saling bersahutan, ia sudah mengira dalang dari benda yang saling bersahutan di dapurnya adalah Veranda. Tangannya membuka selimut yang menutupi tubuhnya, ia berdiri lalu membasuh wajahnya di kamar mandi.

Gracia merapikan tempat tidurnya, ia membuka gorden jendela kamarnya dan pintu balkon. Kakinya berjalan ke arah balkon kamarnya, tangannya ia sandarkan pada pinggiran balkon. Bibirnya tersenyum mengingat perlakuan Shani malam tadi.

Di tempat lain, lebih tepatnya lagi Shani.

Shani sedang terduduk di sofa ruang tamu rumahnya sendiri. Dengan wajah bantalnya, ia menatap kesal dengan orang di depannya. Matanya setengah membuka setengah menutup, ia tak habis pikir dengan Feni yang tiba-tiba ke rumahnya.

"Lo ngapain ke rumah gue sih?!" Kesal Shani.

"Emangnya lo punya rumah?"

Shani melempar bantal sofa di sampingnya, "Anjing lo!"

Feni tertawa dengan keras, "Yeuw, gitu doang ngambek."

"Najis."

"Gue mau ngomong sama lo."

"Bentar, Fen, gue belum sikat gigi. Gak enak kalonya ngobrol tapi gak sikat gigi."

"Pantesan gue ngecium bau jigong."

Shani melempar sofa bantal untuk kedua kalinya lagi. Sofa bantal itu mengenai titik wajah Feni di depannya. Ia berdiri sembari berjalan ke arah kamar mandi kamarnya, ia membasuh wajah dan menyikat giginya. Tangannya mengambil sebuah rokok dan mancis di atas kasurnya.

Shani keluar dari kamarnya, ia kembali duduk di depan Feni, "Mau ngomongin apa lo?"

"Gue liat-liat, lo makin deket sama Gracia ya?"

"Kenapa?" Shani mengambil satu batang rokok dari tangannya, ia menghidupkan rokoknya sembari mengejek Feni yang tak membawa rokok. Matanya melihat Feni yang tampak kesal dengan dirinya.

"Kayaknya lo suka tuh sama dia." Ucap Feni. Shani terdiam. Rokok yang baru saja di hisapnya ia taruh di asbak, ia menatap Feni dengan tatapan yang tak bisa di deskripsikan.

"Gue gak bakal suka sama siapa-siapa." Shani mengambil lagi rokok yang ia taruh di asbak, ia menghisap dalam-dalam rokoknya. Asap rokoknya ia hembuskan sembari membentuk bulatan kecil.

Feni tertawa dengan ucapan Shani, "Yakin lo?"

"Yakin lah!"

Feni berjalan mendekati Shani, ia merebut kotak rokok Shani dari tangan Shani, ia menghidupkan satu batang rokok Shani, "Lo gak nyadar? Lo yang sekarang tuh bisa ngelakuin apa aja buat Shania Gracia Askara."

"Trus kenapa?" Shani menatap kesal rokoknya yang di ambil Feni. Tangannya mengambil kembali kotak rokoknya dari tangan Feni. Untuk sekarang, ia sangat malas sekali membeli rokok ke warung, dirinya tak mau rokoknya menjadi habis hanya karena Feni yang mengambil rokoknya. Belum lagi setiap kali mereka berbicara selalu memakan banyak rokok satu perbatang.

"Itu tandanya lo suka sama dia tolol. Lo rela mau ngelakuin apa aja buat dia."

"Masa sih?" Suara detak jam dinding di rumahnya membuat suasana menjadi lebih runyam. Perdebatan kecil mengenai Shani yang denial atau ragu membuat keduanya sama-sama merasakan ingin berdebat.

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang