2

2.1K 219 0
                                    

Gracia terbangun dari tidurnya, ia kembali memimpikan seseorang yang entah siapa itu ia sama sekali tidak mengenali gadis itu. Tetapi gadis itu selalu ada di setiap mimpi Gracia. Gracia menatap jam weker di sampingnya, ia memijit-mijitkan kepalanya sendiri.

"Mimpi lagi, ya?" Gumam Gracia. Gracia hanya mengingat nama gadis itu, tapi ia tak mengingat wajahnya seperti apa. Yang Gracia tau, gadis yang di dalam mimpinya itu sangat cantik.

Gracia membuka selimutnya, ia berjalan ke arah kamar mandi. Setelah siap dengan seragam sekolah yang ia pakai, Gracia keluar dari kamarnya.

***

Gracia berjalan memasuki gerbang sekolahnya, sesaat di lorong dirinya dengan sengaja berlari ke lantai tiga yang dimana tempat kakak kelasnya. Saat itu Gracia hanya fokus pada lorong kelas yang sepi, ini juga salah dirinya sendiri yang bangun terlalu pagi, bayangkan saja Gracia berangkat jam 05:15.

Brak

Gracia terperanjat kaget ketika dirinya yang berlari kencang menabrak seseorang yang sepertinya sedang kesakitan, parahnya lagi orang itu sempat membentur ujung tembok yang keras itu.

"Astaga."

Gracia dengan cepat membantu seseorang tersebut yang ternyata perempuan, perempuan itu tinggi dan alisnya yang tebal melengkung tajam, mata yang ternyata sangat pekat coklat tetapi memiliki aura tajam.

"Kak, gapapa?" Tanya Gracia setelah membawa Perempuan itu ke dalam kelas, Gracia membantu mendudukkan perempuan itu di salah satu kursi.

"Lo kalo jalan lihat-lihat dong!" Tatap tajam Perempuan itu, Gracia meringis ketika melihat sedikit ada darah memar di dahi Perempuan itu.

"Bentar, Kak." Gracia membuka resleting tasnya yang berisikan buku pelajaran, novel, kontak pensil, dan lain lain. Ia mengambil handsaplast dari tasnya, "Nah, ini ada."

Shani menatap Gracia dengan bingung, 'Hah, handsaplast?' batinnya.

"Anuuuu itu, Kak. Dahinya berdarah." cengcengesan Gracia.

"Hah? Sampe berdarah?" Tanya perempuan itu tidak percaya, Gracia menganggukkan kepalanya dengan cepat. Perempuan itu langsung mengambil sesuatu di balik tasnya, itu cermin. Buru buru ia berkaca, "WHAT!"

"Maaf, Kak."

"Lo!" Perempuan itu ingin memarahi Gracia, tapi ia malah melihat Gracia yang menunduk takut, prempuan itu tidak jadi marah, dirinya seperti gemas dengan sikap lucu Gracia yang sekarang memainkan jari-jari tangannya sambil menunduk.

"Nama lo?" Tanya perempuan itu yang lagi-lagi menatap lawan bicaranya yang sedang menunduk.

"Gracia." Jawab Gracia dengan singkat.

"Panjang."

"Shania Gracia."

"Namanya bagus." Ucapnya pelan, sama sekali tidak terdengar oleh Gracia. Sedangkan Gracia menatap cengo ke Perempuan itu.

"Hah?"

"Enggak."

"Nama Kakak siapa?" Tanya Gracia selaku menunggu jawaban Shani. Shani menghela nafasnya, ia ikut menatap mata Gracia.

"Shani."

Deg

Perasaan aneh tiba-tiba muncul di tubuh Gracia, ia sangat mengenali nama ini. Gadis cantik yang selalu muncul di setiap mimpi Gracia.

Gracia masih tak percaya dengan ucapan Shani, ia kembali bertanya.

"Hah, apa? Gak kedengaran."

Shani menatap malas Gracia, ia mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah tanda pengenal sekolah ia tunjukkan ke Gracia.

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang