17+
***
Gracia berdiri di tengah lapangan basket, jam tangannya menunjukkan pukul 7 pagi. Ia terpaksa bangun pagi di hari Sabtu ini karena jadwal latihannya. Ia sungguh bersemangat untuk saat ini, di karenakan latihan paskibra ini menentukan siapa yang akan di pilih dalam cabang perlombaan antar kota. Gracia benar-benar gugup. Pelatih paskibraka nya sangatlah galak, ia sampai tak berani menatap matanya.
Tentang Shani di malam hari tadi benar-benar Gracia abaikan, ia tak mau membahas masalah Shani. Kabar dari Feni sudah ia dapatkan, nomor Kanaya beberapa kali mengirim pesan ke dirinya. Kanaya menanyakan keberadaan Shani ke Gracia, namun Gracia berkata ia tak tau apa-apa tentang Shani. Dirinya memang tak tau kemana Shani.
Ia sedikit khawatir, namun ia teringat chat Feni, Shani jika sudah lelah dengan cuek-cuekan mereka pasti akan mendatanginya dengan sendiri, walaupun Shani tak ada mengirim pesan ke dirinya sedari malam tadi hingga pagi hari ini. Samar-samar Gracia mendengar pelatihnya yang selalu memberi aba-aba untuk dirinya dan yang lain.
"HEH! KAMU YANG LAGI LIATIN BARISAN LAIN!"
Gracia tersentak kaget mendengar teriakan nyaring pelatihnya. Pandangannya beralih ke pelatih itu, ternyata tatapan pelatihnya bukan ke dirinya, melainkan ke cewek seumurannya yang sedang menatap ke barisan lain.
"Coba ulangin apa yang saya ajarin di depan!" Tegas pelatihnya sembari menatap cewek itu dengan tajam.
Gracia melihat cewek itu, ia terdiam kaku. Cewek itu dengan gugup melakukan apa yang di ajarkan pelatihannya di depan, pelatihnya tampak melihat cewek itu dengan serius, ia berulang kali melakukan gerakan yang di ajarnya.
Ayas adalah pelatih esktrakurikuler paskibraka ini, ia terbilang pelatih yang tak bisa jika salah satu anggotanya tak menghargai dirinya di depan, makanya ketegasan Ayas sungguh tak bisa di ragukan lagi jika sudah melatih. Ayas sendiri benar-benar kaku tanpa ada interaksi sama sekalipun kepada murid disini, tugasnya benar-benar hanya melatih, tak niatan untuk bercanda atau lebih dekat ke anggota esktrakurikuler paskibraka ini.
Ayas menyuruh cewek itu berhenti. Gracia melirik mata ke dia, ia tak pernah melihat cewek ini sebelumnya, berpapasan dengannya di sekolahan saja tak pernah. Huft, nasip Gracia yang nolep. Cewek itu kembali dengan sikap sempurnanya.
Ayas tampak menghela napas di depan semuanya, "Buat semuanya. Tolong fokus ke depan. Saya gak mau hal yang kayak gini kejadian lagi."
Semuanya diam tak menjawab ucapan Ayas. Mungkin mereka takut dengan tampang wajah Ayas yang terlalu serius. Gracia saja sampai tak berani menatap sekelilingnya, pandangan matanya tetap fokus ke depan menatap gerakan Ayas yang mengajarkan mereka.
Sudah hampir 1 jam Gracia dan para murid berada di barisan ini. Ayas mengistirahatkan mereka. Semuanya bubar dengan tegas seperti yang di ajar Ayas tadi, walaupun ada beberapa yang loyo karena sudah kehabisan energi. Teman-teman kelas Gracia yang ia yakinkan mengikuti eskul ini mendatangi Gracia, ia tersenyum manis kepada mereka. Beberapa sapaan ia dapatkan dari mereka.
"Gila. Gue kaget banget pak Ayas negur Okta tadi." Ucap Sisca, salah satu teman sekelas Gracia. Ugh, jadi cewek yang di tegur Ayas tadi namanya Okta. Gracia tetap saja asing dengan Okta.
"Kasian banget nasipnya apes." Jawab Gracia.
Sisca tertawa pelan, ia membawa Gracia keluar dari gerbang sekolah, menghampiri gerobak Paman penjual pentol. Gracia mengambil mika plastik, tangannya menusuk beberapa pentol ke dalam mika. Hmmm, adegan ini membuat Gracia teringat dengan pertemuan Shani dan dirinya di minggu hari, dengan berasalan jogging. Lagi dan lagi ia terbayang dengan semua kenangan awal pertemuannya dengan Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candramawa
Diversos[sudah end] Gracia selalu memimpikan seorang perempuan di setiap malamnya, ia hanya mengenal nama perempuan itu berupa Shani. Gracia tak begitu tau seperti apa wajah Shani di mimpinya. Namun, ia mengenali bagaimana perawakan bentuk tubuh Shani. Teta...