6

2.2K 188 8
                                    

5.51,

Gracia terbangun dari tidurnya, ia mengambil ponselnya yang berada di samping bantalnya, matanya melotot melihat jam di layar ponselnya, "kak Shani, bangun!" Ucap Gracia sembari menggoncangkan tubuh Shani, ia berdiri dari kasur, ia berloncat-loncat di atas kasur.

Shani membuka matanya, ia merasakan tubuhnya di goncang-gancing, ia melihat Gracia yang masih berloncat-loncat di atas kasurnya.

"Kak Shani buruan mandi!" Gracia turun dari kasur, "udah jam 6!"

Shani menghela nafas, ia sudah biasa telat sekolah. Palingan sehabis ini ia akan membolos. Tetapi, ia masih berada di zona Gracia, tak mungkin ia membolos di hadapan Gracia.

Gracia mengambil handuknya, ia membuka pintu kamarnya, "kak Shani mandi di kamar aku aja!" Teriak Gracia, ia menepuk dahinya, kakinya berjalan masuk kembali ke kamarnya, "aku mandi di kamar kak Ve."

Gracia memberikan handuk lebih ke Shani. Shani turun dari kasur, ia membawa ponselnya ke kamar mandi, sudah menjadi kebiasaannya ketika mandi harus membawa ponsel, apa lagi ketika mendapati panggilan alam, ia sering kali membawa ponselnya.

Alunan musik yang Shani putar sudah dua kali memutar di indera pendengaran Shani, ia keluar dari kamar mandi dengan terbalutkan handuk di tubuhnya. Shani menatap Gracia yang memasang dasi di seragamnya dengan terburu-terburu.

"Dasi lo kebalik," Shani mengambil seragamnya, "gak usah buru-buru."

"Kitaaa udah telaaattt, kaaaakkk." Rengek Gracia, "kak Shani jangan menye-menye masang bajunya, cepetan!"

Shani menghela nafas, terpaksa ia menurut Gracia, ia memasang seragamnya dengan tergesa-gesa. Gracia menatap dasi Shani yang tak rapi, ia menghampiri Shani, tangannya terulur merapikan dasi Shani.

Shani menampilkan wajah datarnya, di lubuk hatinya ia merasa terkena serangan jantung, jaraknya dengan Gracia sedekat ini, mana mungkin jantungnya tak berdebar. Aroma parfum Gracia tercium di indera penciuman Shani. Gracia menatap rompi Shani yang sedikit miring, ia membenarkan rompi Shani.

Gracia tersenyum, ia mengambil tasnya, ia menepuk dahinya lagi, "KAK SHANIII!! AKU LUPA KALONYA KAK SHANI GAK BAWA TAS."

"Gue bisa minjem bukunya Feni."

"Yahhh, trus gimana dong nyatet materinya?"

"Minjem buku tulisnya Feni apa susahnya sih?"

Gracia melongo menatap Shani, pertama kali ia mendengar kata-kata yang sedikit tak begitu cocok dengan Shani, apa lagi Shani tak pernah mengucapkan sih di kata-katanya.

"Kenapa lo?" Shani mengambil dompet dan kunci motornya, ia berlalu meninggal Gracia yang masih terdiam di kamarnya.

Gracia menyusul Shani, ia membuka pintu garasinya. Shani mengambil helmnya di rak, ia menghidupkan motornya lalu menunggu Gracia naik ke motornya, ia melihat Gracia dengan helm yang terpasang di kepalanya. Shani menancap gasnya, ia menatap Gracia dari kaca spionnya.

"Dari tadi lo diem mulu, ada masalah?"

"Gak ada sih, kak."

"Trus kenapa lo diem aja gue manggil lo?"

"Gapapa, kak. Cuman aneh aja gitu, kak Shani ngomong kata-kata sih." Jelas Gracia, "kayak gak cocok aja kak Shani ngomong gitu."

"Lo mau denger yang lebih gak cocok gak?"

"Apa tuuuhh?"

"Grrrrree."

Gracia tertawa dengan keras, ia menepuk pahanya sendiri, ia tertawa karena ucapan Shani yang sedikit cadel menyebut namanya. Sangat tidak cocok bagi dirinya mendengar Shani menyebut namanya seperti itu.

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang