Yeri sekarang berdiri di pinggir jembatan. Ah tidak, Yeri tidak berpikir sebodoh itu. Ia masih ingin hidup, hanya saja ia lelah dengan semua ini.
Ia mulai menutup matanya, merasakan angin yang menerpa rambutnya. Lega rasanya, seperti tidak ada beban hidup. Kapan lagi ia bisa merasakan hal ini?
"Capek..."
Diusianya yang masih muda, mungkin masalah ini bisa dibilang rumit? Ia merasa bahwa semua orang selalu menyalahkan dirinya. Ia tahu dirinya sendiri salah, tapi Irene pantas mendapat semua itu bukan?
Air matanya mulai berjatuhan, ia tidak tahu lagi ingin melakukan apa. Menangis sepuasnya dan menyendiri adalah jalan terbaik baginya. Biarlah Yeri meluapkan semua perasaannya disini.
Yeri berpikir, apa sekarang ada orang yang sedang mencarinya? Matahari sudah tidak lagi nampak lagi di langit. Ia sengaja mematikan handphone-nya, supaya tidak ada yang mencarinya. Ia tidak ingin diganggu sekarang.
Jika dia ingat-ingat, Yeri dulu sangat menyayangi Irene. Bahkan meski Irene tidak peduli dirinya, ia masih terus melakukan sesuatu agar menarik perhatian Irene. Tetapi semua itu sia-sia.
Semenjak kejadian Irene mengusirnya, ia sangat membenci Irene. Ia dulu tidak mengerti mengapa Irene mengusirnya. Dan sekarang ia tahu semuanya. Huh, bertambah dewasa semakin banyak masalah.
Ah iya, ia ingat bahwa Jimin memberikan kalung yang selalu ia pakai. Ia pernah dengar, jika dirinya ditemukan berkat kalung ini. Sekarang Yeri ingin menyendiri, tidak ingin bertemu dengan keluarganya. Jadi, apa lebih baik ia membuangnya?
"Maaf uncle..."
Yeri melepas kalungnya, lalu melemparnya ke sungai di bawah sana. Berharap tidak ada yang menemukannya, untuk sekarang. Atau mungkin selamanya? Kita tidak pernah tahu.
Dan sekarang, apakah Irene akan terus membujuk Yeri hingga memaafkannya? Memang sangat sulit, tetapi itulah akibat dari yang semua Irene perbuat kepada Yeri.
Sudahlah, otak Yeri lelah memikirkan semua itu. Ia pun melihat sekeliling dan menyadari hujan akan datang. Lebih baik ia mencari tempat berteduh sekarang.
Seketika hujan turun dengan deras, ia terus berjalan menelusuri perkotaan yang ramai. Entah kemana ia akan pergi, biarlah Tuhan yang mengarahkan jalannya.
Ciiittt
Yeri berjongkok sambil menutup kedua telinganya, ia takut mendengar suara itu. Hampir saja sebuah mobil menabrak dirinya. Sang pengendara pun langsung turun dan melihat Yeri yang sedang ketakutan.
"Nak?"
"...."
"Nak, kamu gapapa?"
Yeri mendongakkan kepala, dilihatnya seorang wanita berambut pendek yang sedang memegang payung.
"Maaf, tadi tante ga liat kamu jalan. Hujannya deras"
"A-aku gapapa kok ta-tante"
Wanita tersebut merasa kasihan, melihat Yeri yang mulai menggigil dan badannya sudah basah kuyup.
Tin tin tin
Banyak pengendara mobil yang membunyikan klakson. Karena wanita tersebut memberhentikan mobilnya di tengah jalan.
"Yuk ikut tante, kamu pasti kedinginan"
"E-enggak usah ta-tante"
Wanita tersebut tidak mengindahkan perkataan Yeri. Ia menarik tangan Yeri dan langsung menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Wanita tersebut langsung menjalankan mobilnya.
"Kamu tinggal dimana sayang? Biar tante anter"
"...."
Yeri hanya terdiam, ia takut. Apa seorang wanita disampingnya ini adalah orang baik? Seakan tahu apa yang dipikirkan Yeri, wanita itu menjawab
"Tante bukan orang jahat kok. Tante cuma kasihan ngeliat kamu kedinginan tadi, maaf yaa tadi tante hampir nabrak kamu"
"I-iya tante"
"Yaudah, kamu ke rumah tante dulu yaa. Badan kamu udah menggigil"
Yeri hanya diam sambil memandang ke arah jalanan. Ia kedinginan, bahkan kepalanya mulai pening, ia pun memejamkan matanya.
Sesampainya dirumah, wanita itu langsung menyuruh Yeri untuk mengganti pakaiannya. Bahkan disediakan minuman hangat untuk Yeri.
"Diminum yaa"
Yeri menatap ragu minuman itu, ia tidak diracun ataupun diberi obat tidur bukan? Haish, sekarang ia bergelut dengan pikirannya.
"Diminum aja sayang, sini tante bantu"
Wanita itu menuangkan teh hangat ke dalam gelas Yeri. Bahkan ia menyuguhkan gelas ke mulut Yeri, supaya teh tersebut diminum.
"Mendingan?"
"Hmm"
Suasana hening, Yeri mulai merasa hangat pada tubuhnya. Disini dia sedang bersama orang asing, lalu apa kabar dengan Seulgi dan Irene? Huh, memikirkan mereka sepertinya sangat melelahkan.
"Astaga, tadi tante lupa nanya. Nama kamu siapa?"
Sadar dari lamunannya, Yeri langsung menatap seorang wanita yang lebih dari tua darinya itu.
"Nama aku Kim Yeri tante"
"Nama kamu cantik. Kalau tante namanya Son Wendy"
"Makasih tante, udah nolong Yeri"
"Sama-sama sayang. Oh iya, rumah kamu dimana? Biar nanti tante anter, sekalian tante jelasin ke orangtua kamu"
Yeri bingung ingin menjawab apa. Untuk sekarang, ia tidak ingin pulang ke rumah. Tapi ia mau tinggal dimana? Di pinggir jalan?
"Hmm, a-aku diusir tante"
Wendy terkejut, bahkan Yeri juga terkejut akan perkataannya sendiri. Akhirnya mereka sama-sama terkejut.
"Ma-maksudnya, a-aku kabur dari rumah tante"
"Yaampun sayang, kasian loh orangtua kamu"
Yeri tidak menjawab, ia hanya menunduk. Tidak lucu jika ia menceritakan masalahnya kepada orang yang baru saja ia kenal.
Wendy melihat kondisi Yeri yang seperti ini, merasa kasihan. Berat sekali hidupnya, padahal Yeri sendiri yang mencari masalah. Pakai acara kabur-kaburan segala.
"Kamu bisa tinggal disini sementara sayang"
"Boleh tante?"
"Iya gpp kok"
"Tapi nanti keluarga tante?"
"Disini tante cuma tinggal sama suami, anak tante udah meninggal"
"Maaf tante"
Wendy hanya tersenyum, Yeri jadi merasa tidak enak.
"Kamu makan yaa sayang, udah jam segini pasti kamu kelaperan"
Wendy menyiapkan makan malam untuk mereka. Yeri juga ingin ikut membantu, justru Wendy melarangnya. Yeri merasa tidak enak jika tinggal disini, ia sadar dirinya merepotkan.
"Makan yang banyak yaa sayang"
Yeri memakan makanan yang dibuat oleh Wendy. Enak, ia memakannya dengan lahap. Sedangkan Wendy hanya menatap Yeri sambil tersenyum, ia sangat merindukan anaknya.
hola hola!! saya update lagi. maaf yaa agak lama updatenya. jangan lupa vote sama commentnyaaa kawans, jaga kesehatan jugaa kalian. covid teh naik cuy, saya aja ampe online lagi huhuhu. baik-baik yaa kalian, love love ❤🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Verleden ✔
FanfictionKim Yeri, seorang gadis yang sangat membenci ibu kandungnya karena masa lalu yang menyakitkan. Lalu, tiba-tiba Irene datang dan berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka yang rusak. "𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘮𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘴𝘢𝘭" ~ Bae Irene "�...