"Jadi?" Glenna mengernyitkan wajahnya didepan kamera yang menunjukkan sisi wajah Melisa yang murung. "Mereka marah total?"
Melisa mengangguk, "Iya. Kalian out of reach dan gue kelamaan pas telepon kalian. Jadinya, rapat dipostpone."
Hugo memijit pelipisnya, masih dalam balutan tuxedo putih, "Gini aja. Lo bilang ke mereka kalau gue dua hari lagi kesana."
"Iya. Udah. Pas juga kok mereka mau rapatnya lusa." Melisa membalas tanpa ada tenaga.
"Mel, lo kayaknya butuh jalan-jalan, deh." Glenna tersenyum lebar, "Dinas ke luar negeri emang nggak semudah yang lo bayangin. Banyak pasti obstaclenya, but its okay. You will get through it. Percaya deh, karena gue dulu juga gitu."
"Siapa tau ketemu jodoh. Kayak Glenna," sambar Hugo yang disusul tawa lepas dari Via—yang ada disebelahnya daritadi.
"Via! Selamat ya sekarang udah sah jadi istri Hugo!" ucap Melisa sambil melambai ceria pada webcamnya.
"Thankyou Kak Mel! See you lusa ya Kak!" ucap Via sambil tersenyum lebar.
Melisa tersenyum lebar dan melambaikan tangannya lagi ketika ponselnya menunjukkan nomor yang tidak ia kenal. Biasanya, dia akan langsung monal panggilan tidak dikenal seperti ini tapi, karena ia sadar bahwa ia orang baru di Korea, bisa saja ini panggilan penting dan Melisa memutuskan ia tidak punya pilihan lain selain mengangkat teleponnya itu.
"Bentar ya, gue angkat telepon dulu." Melisa bergegas mengangkat teleponnya. "Halo?"
"Melisa-ssi?"
Melisa terkejut ketika ia seakan-akan mendengar suara Peter. "Peter?"
"Yes! Maaf aku menelepon malam-malam begini, tapi apa kamu tidak jadi datang keacara makan malam hari ini? Kami sudah menunggu kedatanganmu dari setengah jam yang lalu loh!"
Melisa kembali kecewa pada dirinya yang lupa akan ajakan Peter tadi siang dan dirinya bukan diposisi yang dapat menolak kesempatan besar seperti itu. Lagipula, tadi siang, ia sangat semangat akan ajakan Peter. Jadi, tidak mungkin sekarang dia dapat menolaknya.
"Oh iya! Mohon maaf, Peter-ssi! Aku lagi meeting. Apa boleh aku dikirimkan alamatnya? Nanti aku akan segera menyusul!"
"Tentu! Bagaimana kalau ku jemput?"
"Tidak perlu repot-repot, Peter-ssi!" ucap Melisa yang ikut panik.
"Hahaha! Kalau begitu kami tunggu kedatanganmu!"
Melisa menghela napas lalu melirik kearah video call yang tentunya masih terhubung dengan dua orang bos juga teman dekatnya itu.
"Peter? Kok familiar sih, Go?"
Hugo memicingkan matanya dan menggelengkan kepalanya, "Peter Han yang kemaren pas konser Poetica ngobrol sama gue bukan sih? Dia emang perwakilan band Poetica kan?"
Melisa mengangguk, "Tadi, sehabis rapat dia ajak gue..."
"Inget ya, Melisa! Pro..."
Melisa mendecakkan lidahnya lalu menutup teleponnya yang terhubung pada Hugo. Meninggalkan Glenna yang tertawa terbahak-bahak.
"Kacau lo, Mel! Yaudah sana! Nanti tell me everything, ya! All the deets, of course!" Glenna tertawa dan dengan cepat membawa laptopnya kabur dari Hugo yang menghampiri kamarnya. "Cepetan tutup, Mel! Nanti diomelin Hugo lagi, loh!"
Melisa tertawa dan langsung menutup telepon Glenna. Ia menggelengkan kepalanya dan kembali sadar bahwa ia akan kembali bertemu Seungwoo, Yuta...
Melisa terdiam sesaat. Ia kembali mengingat kejadian siang dimana Yuta ditampar oleh seorang wanita. Lalu, Yuta yang sepertinya sudah baik moodnya ketika latihan tadi karena ia yakin bahwa Yuta tersenyum lebar bersama dengan Seungwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dated a Guy in a Band
Fanfiction"Ih, lihat deh si Melisa. Rambutnya pirang, badannya kurus... gue udah yakin dia bukan orang yang bener!" Itulah image yang menempel pada Melisa sejak ia lulus dari SMA. Semuanya memutuskan untuk memberinya label 'Wanita tidak benar' hanya karena wa...