"Going to reach out another adventure just to make sure you're still alive."
Dua bulan berikutnya
Glenna keluar dari pintu sambil terus tersenyum dengan puas. Sedangkan Hugo terlihat cemas dan tidak tenang. Melisa dan Hendra yang masih asik membahas protokol proyek baru yang mereka tangani tidak menyadari kehadiran Glenna dan Hugo.
"Ehem," lontar Glenna dengan keras. Melisa dan Hendra langsung melihat kearah dua pimpinan kantor mereka dengan mata terbuka lebar.
"Mel, Hen. Punya paspor, kan?" tanya Glenna tanpa basa-basi.
Melisa dan Hendra mengangguk bersamaan. Glenna menepuk kedua tangannya dengan bahagia.
"See? Problem solved," ucap Glenna sambil menepuk pundak Hugo yang kembali menunjukkan wajah cemas.
"Ini ada apa, sih?" tanya Hendra sambil melihat kearah Hugo dan Glenna.
"Gue hamil!" teriak Glenna, spontan.
Melisa langsung menatap perut Glenna dan melompat kegirangan. "Ada dedeknya?" tunjuk Melisa kearah perut Glenna dan Glenna mengangguk bahagia. Melisa melompat gembira lalu berhenti sejenak mengetahui bahwa kehamilan Glenna tidak ada hubungannya dengan apa yang barusan saja Glenna tanyakan, "Terus... apa hubungannya sama paspor?"
Hugo menghela napas berat. "Jadi, seharusnya, Glenna lusa berangkat ke Korea buat ngurus perjanjian sama salah satu agensi yang mau gelar konser di Indonesia. Tapi Mrs. Frank ini hari ini bilang nggak bisa berangkat karena....hamil."
Hendra mengangguk paham lalu matanya terbuka lebar, "Tunggu, jangan bilang maksud lo..."
Hugo menjentikkan jarinya kearah Hendra yang cepat tanggap, "Betul banget. Karena gue juga nggak bisa berangkat dikarenakan gue harus ngurus pernikahan gue yang digelar satu minggu lagi. Belum lagi rencana bulan madu di tanggal yang sama dan Ibu Glenna yang terhormat juga nggak bisa. Gue mikir buat ngirim lo berdua ke Korea."
Mulut Melisa terbuka tidak percaya. "G...gue? Ke Korea?"
Hugo mengangguk, "Iya, sama Hendra. Gimana, Hen?"
Tangan Hendra menggaruk kepalanya, "Duh, bukannya gue nggak mau. Cuma gue harus ngomong dulu sama istri gue. Enggak lucu kan pulang-pulang gue dicerai gara-gara berangkat nggak bilang dulu?" kata Hendra sedikit bercanda. Hugo mengangguk mengerti lalu menoleh kearah Melisa yang masih membeku.
Hugo mendecak pasrah, "Kalau yang satu ini pasti langsung..."
"Iya, Go! Iya!" Melisa berteriak dengan mata berkaca-kaca.
"Yuk, seratus ribu." Glenna tertawa sambil menyodorkan tangannya ke Hugo.
Hugo mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan satu lembar uang berwarna merah ke tangan Glenna. Ia sudah tau akan kalah dari taruhan ketika melihat Melisa membeku seketika. Glenna bertaruh Melisa akan berteriak kegirangan setelah membeku selama lima menit sedangkan Hugo bertaruh Melisa akan langsung menangis ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dated a Guy in a Band
Fiksi Penggemar"Ih, lihat deh si Melisa. Rambutnya pirang, badannya kurus... gue udah yakin dia bukan orang yang bener!" Itulah image yang menempel pada Melisa sejak ia lulus dari SMA. Semuanya memutuskan untuk memberinya label 'Wanita tidak benar' hanya karena wa...