Laoyin keluar dari kamar mandi dan uap panas mengisi ruang tamu yang menjadi tempat favorit Changmin untuk bersantai.
"Serius? Mandi air panas di musim panas? Apakah kamu sudah gila?" cibir Changmin sambil terus menabuh drum listrik.
Laoyin menghela napasnya dan duduk disebelah Changmin. Ia mnyentuh rambut basahnya dengan handuk, "Cukup mengkhwatirkan hal tidak penting. Sekarang kita harus pikirin gimana caranya kita bisa bikin kedua orang itu baikan," lanjut Laoyin dengan nada menyesal.
"Tunggu." Changmin beranjak dan langsung membantu Laoyin mengeringkan rambut dengan hairdryer. "Oke, lanjut ceritanya."
"Bagaimana kalau kita bikin trip wajib weekend ini?" usul Laoyin
"Itu hanya bekerja jika kamu dan aku yang ribut." Changmin terkekeh renyah. "Tapi, kali ini siapa sih ceweknya? Ah Ra noona lagi?"
Laoyin menggelengkan kepalanya, "Sepertinya, kali ini, wanita nya sangat tidak biasa."
"Jangan bilang trainee yang baru masuk bulan lalu? Banyak yang mengincar dia sih. Katanya cantik dan kemampuannya luar biasa," celoteh Changmin.
"Siapa?"
"Apanya?"
"Trainee yang kamu maksud tadi, tentunya."
Changmin merogoh kantong dan membuka ponselnya. Ia menunjukkan salah satu foto trainee dengan rambut panjang dan senyuman yang menawan. "Chaebom. Yoon Chaebom. Adiknya Ah Ra noona."
¨¨
Melisa menghapus semua terjemahan yang ia siapkan untuk dibawa Huwila saat konser nanti. Bukan hanya script, pihak Huwila juga ingin menyanyikan sebuah lagu asli dari Indonesia tapi sebelum mereka menyanyikannya, mereka ingin tau arti dari lagunya.
...dan tentunya, itu juga masuk dalam tugas Melisa untuk menerjemahkannya kedalam bahasa Korea.
Ia mengacak rambutnya. Karena jujur saja, hal ini lebih susah daripada mengatur konser untuk Poetica.
"Haruskah gue sewa jasa..." Melisa memejamkan matanya, "Mahal, Mel. Mahal!" Melisa membuka laptopnya dan membuka portal kamus online. Ia mencoba sekuat tenaga menerjemahkannya pada bahasa yang cukup enak dibaca.
"Knock, knock?"
Melisa mendongak dan menemukan Peter yang tersenyum lebar. "Peter!" rajuknya. Melisa melambaikan tangannya lalu memberikan tanda agar Peter duduk disebelahnya..
"Sepertinya aku datang diwaktu yang tepat, yes?" balasnya dengan tawa ramah. "Ada yang bisa aku bantu?" lanjutnya.
Melisa mengangguk dan menyodorkan laptopnya. "Aku tau kamu bisa Bahasa Indonesia dan jujur... kemampuanku dalam bahasa Korea masih bisa dibilang..."
"Lemah?" sahut Peter yang mengeluarkan kacamata bulatnya. Ia meraih laptop Melisa lalu dengan lihai mengganti beberapa kata dan tersenyum, "Oh, Mel. Jangan terlalu merendahkan diri sendiri. Terjemahannya cukup baik dan oke kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dated a Guy in a Band
Fanfiction"Ih, lihat deh si Melisa. Rambutnya pirang, badannya kurus... gue udah yakin dia bukan orang yang bener!" Itulah image yang menempel pada Melisa sejak ia lulus dari SMA. Semuanya memutuskan untuk memberinya label 'Wanita tidak benar' hanya karena wa...