14 - Busking in Rhythm to My Tears

18 7 6
                                    

Seungwoo menutup pintu lemari setelah mengambil satu plastic berisikan baju kaus yang baru saja ia beli. Ia tidak tau apa masalahnya, tapi ia tau satu hal. Ia tidak mau melihat Melisa terbalut dengan kaus orang lain.

"Ini... masih baru?" Melisa menatap Seungwoo dan Seungwoo mengangguk. "Aku nggak bisa pakai ini. Gimana kalau aku ke apartemenku aja?"

"Kenapa? Karena ini bukan punya Geralt?" tanya Seungwoo, ketus.

Melisa mendelik akan pertanyaan yang sangat aneh itu. Hah? Tapi kan kalau punya si Geralt, dia beli di tanah abang. Ini kaus ber merk. Mahal... masa iya gue dengan sadar diri untuk berbuat hal tidak tau diri gini? Tapi kenapa dia marah?

"Bukan gitu..." gumam Melisa. Ia menundukkan wajahnya. Tidak tau harus membalas apa dan otaknya kini terus memikirkan alasan yang tepat.

"Mel, pakai aja. Please. Oh, dan maaf kalau tadi perkataanku agak ketus. Aku... aku cuma nggak mau lihat kamu pakai kaus nya Geralt. Itu aja." Seungwoo menaruh bass nya diujung kamar. "Kamu bisa ganti baju di toilet sini atau toilet luar. Terserah kamu, Mel."

Melisa mengangguk. Tapi, tentu saja. Kini jiwa fangirlnya kembali terkuak. Matanya mengisar ke setiap sudut kamar Seungwoo. Banyak perbedaan yang sangat ketara dari kamar yang ia lihat di acara TV. Awalnya, kamar Seungwoo ini bercat hitam dengan aksen cokelat muda dibeberapa sudut. Tapi kini, dinding itu ditempeli wallpaper. Belum lagi stand gitar yang kini bertambah dan mata Melisa mengarah pada gitar akustik yang ada disebelah kasur Seungwoo.

"Seungwoo-ssi, apakah aku jadi boleh belajar gitar sama kamu?" tanya Melisa tanpa pikir panjang yang langsung ia sesali setelah beberapa detik kalimat itu terucap dari mulutnya.

Seungwoo membalikkan wajahnya yang daritadi menyesal akan perilakunya. Ia menatap Melisa dan tersenyum, "Tentu. Setelah kamu bisa main kalimba nya. Apa sudah lancar?"

Melisa menoleh dan menggelengkan kepalanya. "Belum lancar banget sih. Tapi kalimba lumayan mudah untuk dimainkan. Kalau gitar..." jemarinya menyentuh ujung gitar Seungwoo, "Apa aku bakalan bisa?"

Seungwo menghampiri Melisa. "Semua itu kalau dipelajari dengan sungguh-sungguh, pasti bisa, Mel. Bakat ataupun tidak ada bakat. Jika orang itu menyukai musik dan berniat keras untuk bermain gitar, dia pasti bisa main gitar." Seungwoo memberikan gitar itu ke Melisa. "Coba pegang."

Jemari Melisa yang bergerak untuk mengambil gitar dari tangan Seungwoo, bersentuhan secara cepat dengan jemari si pemilik gitar. Cukup membuat mereka menatap mata satu-sama lain sebelum akhirnya tersenyum lebar.

"Oke." Melisa memposisikan dirinya dengan mantap dilantai kamar Seungwoo. "Begini?"

 "Begini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yup. Sekarang kita belajar satu kunci yang paling mudah. A mayor." Seungwoo bersimpuh dan menaruh jari telunjuk, tengah dan manis pada fret gitar yang sama.

Tapi, yang sekarang Melisa lihat, bukanlah jari-jarinya. Matanya menatap helaian rambut Seungwoo yang sedikit basah karena keringat. Ia menatap dahi Seungwoo yang sedikit mengerut ketika pria ini mulai serius dan... Melisa menyadari degup jantungnya yang tidak sehat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Dated a Guy in a BandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang