6 - Talk and Talk

29 6 10
                                    

"Oke. Berarti udah bisa gue tinggal ya, Mel?" Hugo membereskan berkas yang sudah ditanda-tangani pihak agensi untuk konser Huwila.

"Iya. Terus gue pulang nya sesuai jadwal kan, ya?" tanya Melisa pada Hugo yang langsung menatapnya heran. Melisa membanting badannya pada senderan kursi, "Gue... apa nggak ada yang bisa gantiin gue disini selama satu setengah bulan kedepan?"

Mata Hugo memicing dan dahinya mengernyit, "Ini gue salah denger apa gimana sih? Lo? Seorang Melisa Adinda, minta cepet pulang padahal lo lagi dipusat dunia yang lo impiin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Hugo memicing dan dahinya mengernyit, "Ini gue salah denger apa gimana sih? Lo? Seorang Melisa Adinda, minta cepet pulang padahal lo lagi dipusat dunia yang lo impiin?"

"Kan ada kalimatnya, Go. A dream was supposed to be a dream, not reality."

"Mel," Hugo menghela napas, "Kalau kata gue, mimpi yang dibiarin jadi mimpi, nggak ada gunanya. Gue sih, mending ngerasain pahitnya kehidupan sekalian tapi gue tau kalau mimpi gue itu bisa gue gapai. Jadi, gue punya slot baru untuk mimpi gue yang baru lagi. Kalau lo hidup tanpa tujuan kayak gitu, lo bisa habis, Mel. Both your body and mind, will eventually give up. Percaya deh."

"Mulai deh, bijaknya dikeluarin. Sama aja kayak Glenna," cibir Melisa.

"Emang ada apaan sih sampai nggak sabar buat balik?" tanya Hugo.

Bibir Melisa mengatup, enggan menjawab. Tentunya dia nggak mungkin bilang kalau dia malu karena kerjanya kemarin sempat tidak sempurna dan kejadian didepan Yuta, bias utamanya.

 Tentunya dia nggak mungkin bilang kalau dia malu karena kerjanya kemarin sempat tidak sempurna dan kejadian didepan Yuta, bias utamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, Mel. Kalau lo khawatir karena pasca pas lo nggak bisa mutusin di rapat yang lalu, gue jitak, ya!" ujar Hugo, kesal. "Udah gue bilang kan, kesalahan atau kesulitan itu berarti lo masih punya ruang untuk belajar dan memperbaiki. Jangan diambil pusing."

"Iya, Pak Bos." Melisa tersenyum, "Itu...Via nggak apa-apa lo tinggal di hotel sendirian?"

"Udah diserbu miscall gue. Ohiya satu lagi, lo pastiin mereka mau tampilin lagu apa aja, durasinya gimana, mereka perlu apa aja dan pastiin dapet list of allergies nya mereka. Minta juga detail pembicaraan apa aja yang mau dibahas pas break time. Karena mereka mau nya beres disini dan pas di Jakarta biar gue yang urus venue sama hotel. Antar jemput bisa pakai mobil kantor."

I Dated a Guy in a BandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang