Prolog

64 9 1
                                    

Mata Melisa mulai memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Melisa mulai memerah. Tangannya mengepal keras sehingga telapaknya mulai merasakan sakit yang berasal dari tancapan kuku-kukunya. Tatapannya tidak pernah terlepas dari pria yang ada didepannya. Ia menghela napas sekali lagi sebelum membalikkan badannya. Kakinya melangkah menjauh. Setiap detik membawanya lebih jauh dari pria tadi.

...dan ketika ia mengedipkan mata, air mata yang daritadi ia tahan, keluar secara deras.

"Mel...please..." suara berat memanggil namanya berulang kali.

Tapi, kakinya tidak pernah berhenti untuk melangkah. Ia terus berjalan menggerakkan kakinya, lebih cepat. Ia berharap telinganya tidak menerima gelombang suara pria itu. Ketika Melisa merasa ia sudah cukup jauh, kakinya yang tadi tegar berubah melemas. Kakinya jatuh tepat diatas daratan penuh dengan genangan air dan hujan mulai membasahi badannya. Ia jelas tidak perduli dimana ia sekarang, bagaimana tatapan orang padanya yang menangis di tepi jalan seperti ini. Ia hanya berharap air hujan dapat menimpa suaranya ketika ia menggerang keras karena tangisannya.

Seakan-akan dijeda, air hujan yang membasahi badan Melisa hilang. Perlahan ia mulai mendongakkan kepalanya, curiga dengan hujan yang tiba-tiba berhenti. Tapi, alih-alih dari hujan ia menemukan sepasang mata cokelat indah yang menatapnya dengan penuh kelembutan. Tidak, tidak ada rasa iba, yang ada hanya rasa peduli. Tangannya mulai menghapus air mata Melisa dan anehnya, Melisa membiarkannya. Tangan pemilik mata indah itu memberikan payung berwarna biru tua ke Melisa. Melisa masih bingung dan melihat kearah tangan tersebut.

Pria bermata indah itu menggigit bibirnya sebelum mengeluarkan senyuman indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria bermata indah itu menggigit bibirnya sebelum mengeluarkan senyuman indah. Bibirnya terbuka pelan dan suara pria itu terdengar jelas diantara rintik hujan.

"I found you."

.

.

.

.

Hai hai! Terima kasih sudah mengasih buku ini kesempatan dengan membaca prolognya ya! Up akan sesuai jadwal yaitu Rabu/Kamis ya. Sampai ketemu minggu depan!

I Dated a Guy in a BandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang