set

94 5 0
                                    

Malam harinya....

"Aku pulang..."

"Hyung darimana saja, apa kau tidak tau sudah jam berapa ini?"

Saat itu waktu baru menunjukkan pukul 12. Memang belum terlalu malam. Tapi tidak biasanya Hyung pulang telat tanpa kabar. Tadi ibu juga menelepon mencari Hyung karena ponselnya mati.

Hyung hanya menatapku dan membaringkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Kau kenapa belum tidur? Besok kan harus sekolah?"

"Kau lupa atau bagaimana Hyung? kemarin malam kau bilang kita akan ke Seokcho, apa tidak jadi? Baguslaah, aku lebih senang dirumah saja." Jawabku datar.

"Aaaah.... Iyaaa aku lupaaa..." kali ini wajah suramnya menjadi bahagia. "oh iya, kau sudah makan? Kau masak apa hari ini?"

"Sudah, tadi Ho min mentraktirku makan. Tapi aku membuatkan Hyung kimbab telur. Itu sudah ada di meja makan. Makanlah dan jangan lupa mandi!!! kau bau..."

Aku kembali kekamarku. Hyung tiba-tiba memelukku dari belakang, iya menyandarkan kedua tangannya di pundakku.

" Han Ji Woo,, maafkan Hyung.. Jangan marah yaa!"

Aku kesal dengannya. Aku berusaha melepas rangkulannya.

"Tolonglaah jangan marah. Besok kita pergi bersama dan hanya berdua. Kalo suasananya tidak enak begini tidak seru nanti. Maafkan aku ya.. adik kecilku..."

Aku bersikeras melepaskannya, tapi rangkulannya semakin kuat. Hyung masih memohon untuk segera dimaafkan olehku. Tapi aku bersikeras ingin melepaskan rangkulannya. Ya tuhan, sungguh bukan karena aku marah, Hyungku tadi susah dihubungi. Hanya saja kalo dia terlalu sering memelukku aku sudah tidak bisa lagi membedakan mana perasaan dongsaeng kepada Hyungnya atau perasaan seseorang yang menyukai orang lain. Aku pegang erat kedua tangan kecil Hyungku, melepaskannya dari pundaku dan berbalik kearahnya.

"Oke aku maafkan, kau pergilah mandi, kau bau matahari terbit hingga terbenam.. kau tau?"

"Wah..... Han Ji Woo,, dimana sopan santunmu,,,, wooaaahh... !!!" Hyung bercanda seperti biasanya.

Baginya kata-kataku tidak akan pernah bisa menyakitinya. Hyung paham jika aku berkata ketus itu karena adik satu-satunya ini sayang padanya.

Aku memandangnya dengan wajah terburukku. Hyung segera pergi ke kamar mandi. Hyung takut adiknya ini mengomel lagi.

Kau tau betapa tadi aku hampir saja berkata yang tidak-tidak. Kalo saja aku tidak cepat melepaskan pelukannya mungkin sudah kuungkapkan semua yang ada di kepalaku. Aku akan menanyakan perasaan apa yg sedang kurasakan terhadapnya. Kenapa jantungku selalu berdetak semaunya sendiri  jika  sedikit saja disentuh oleh Hyung. Pastinya akan canggung nanti seandainya saja benar-benar terjadi.

Kumohon organ-organ di tubuhku, jangan bertingkah macam-macam. Kumohon kembalilah seperti dulu. Kaliankan tidak begini dulu... "weireeee???" "Jebaaal"

"Kamu memanggilku Ji woo yaaa..?" Sahut Hyung dari balik kamar mandi.

"Ji woo.. Ji woo yaaa...."

"Aaaniyaaaa.."

Aku bergegas melanjutkan packingku, menyiapkan untukku dan juga untuk Hyung. Kalian pasti bertanya mengapa aku menyiapkannyakan? Itu karena aku tidak bisa mempercayakan semua ini padanya. Pernah suatu ketika kami sekeluarga pergi berlibur ke Jejudo.

Hyung membantu ibu mengepak semua barang yang sekiranya akan kami butuhkan setibanya di Pulau Jeju. Ibu sudah melarang Hyung untuk melakukannya tapi Hyung keras kepala, dan kalian tahu. Itu menjadi sebuah bencana. Mengingatnya saja aku sudah merinding. Hyung memang menyiapkannya, semua sudah dia siapkan tapi ketika setibanya di bandara, koper kami tertukar dengan milik orang lain.
        

Aku juga sempat heran bagaimana bisa tertukar. Koper yang kami bawapun sungguh sangat berbeda dengan koper yg orang lain miliki. Hyung beralasan maskapailah yang bersalah. Alhasil karena koper terbang ke daerah lain di korea dan kami juga sudah tiba di pulau Jeju. Ibu cuma bisa tersenyum melihat Hyung. Ibu tidak sampai hati memarahi Hyung. Karena ibu memang ingin mengajak kami kesana untuk bersenang-senang. Akulah disana yg mengomel tidak karuan.Dan yang lebih parahnya lagi isi koper yang hyung bawa sama sekali tidak ada barang-barang yang berguna. Dia tidak membawa barang-barang yang kami butuhkan. Kurasa sangking semangatnya akan berlibur Hyung lupa segalanya.

"Ah,, segarnyaaa.. memang menyenangkan mandi dengan air hangat.." terdengar suara Hyung dari ujung lorong rumah kami.

Hyung berdiri di tengah-tengah pintu kamarku sambil mengeringkan rambutnya yang sedikit basah. Aroma wangi samponya membuatku memejamkan mata. Ah.. kenapa lagi dengan hidungku. Kenapa mataku juga menutup. Aku membuka mataku.

Hyung sudah berjongkok didepanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyung sudah berjongkok didepanku.
"kau tidurlah, biar nanti kulanjutkan, tapi rasanya sih sudah cukup ini untuk kita berdua." Tuturnya.

Deg.. deg.. deg.. deg..

"Aku mau ke kamar mandi." Aku menghindari Hyung. Semoga Hyung tidak menyadari kegugupanku tadi.

Di kamar mandi...

Ah..
Hyung, kenapa kau wangi sekali, aku tidak pernah mencium aroma ini. Seperti aroma apel segar. Aku mencuci mukaku di westafel kamar mandi. Aku tampar kecil kedua pipiku berkali-kali agar kembali sadar bahwa hatiku sudah keterlaluan. Aku harus segera kembali ke kamar. Mungkin Hyung juga sudah kekamarnya.

APAKAH AKU MENCINTAI HYUNG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang