shippal

14 0 0
                                    

Meniduri adikku sudah ada di pikiranku beberpa hari terakhir ini, bukan hanya menjamah dan menyentuhnya saja tapi menyatukan badan kami berdua, walaupun aku tahu dia bukan adik kandung tapi kadang aku merasa bersalah jika mengingat kembali hubungan kami berdua. Aku sedang melihatnya pagi ini tepat didepan mataku, memandangi alisnya yang tebal dan bibirnya yang bengkak karena semalam aku memaksa menciumi seluruh tubuhnya terutama bagian bibirnya. Bibir Ji Woo yang terbaik dari semua anggota tubuhnya.

Aku masih mencoba menahannya kali ini, itu karena ibu ada dirumah. Entah sampai kapan aku bisa menahan semua gejolak yang ada di dalam dadaku. Setelah nyaris saja kami ketahuan oleh ibu, Ji Woo kini lebih waspada dari sebelumnya.

"hyung, tolong.. kau jangan apa-apakan aku, cukup ciumi saja seluruh tubuhku."

"wae?" tanyaku setengah berbisik ditelingnya."

"aku takut ibu memergoki kita berdua."

"tidak akan, percayalah padaku."

"begini saja, seminggu lagi ibu akan pergi dinas ke Thailand selama dua minggu. Kau mau perlakukan aku seperti apa aku akan menurutinya tapi tidak dengan malam ini." Dia mengoceh dan aku sibuk menciumi seluruh tubuhnya. Ku gulung bajunya kearah atas dan kukulum bagian putingnya yang membengkak.

"hyuuuung--aaah" cepat-cepat kututup mulutnya dengan bibirku. dia mendesah dengan keras. Dia menepuk-nepuk dengan kasar memperingatkanku.

Aku mendengar suara pintu terbuka, sepertinya ibu belum tidur,

tok tok tok..

cekrek.. cekrek..

"seo joon.. han seo joon"

Untunglah aku tidak lupa mengunci pintu kamarku malam ini. Jika tidak, habislah kita berdua di tangkap basah oleh ibu. Suara langkah kaki ibu menjauh dan terdengar suara ketokan pinta "ji wooo yaaa,, kau sudad tidur?" tentu saja tidak ada jawaban. Bibir Ji Wo sedang kukunci dengan bibirku. Kami dengan posisi yang agak aneh menunggu ibu kembali ke kamarnya.

"Hyung.. aku sudah bilang sejak awal, kita jangan nekat."

"baiklah, malam ini kita hanya tidur saja, dan aku ingin tidur sambil berpelukan denganmu"

Ji Woo membelakangiku dan aku memeluknya, menjadikan lenganku sebagai bantal, karena iseng, aku mengelus-ngelus diantara kedua selangkangannya. Dia mencubitku dan membalikkan badannya. Menaruh tanganku ke pinggangnya, dan merapatkan pelukannya.


seperti biasa ibu berangkat pagi-pagi sekali, aku sudah mendengarnya bolak balik seperti sebuah setrika. Kearah kamar, lalu ke dapur lalu ke kamar mandi, pokoknya berisik sekali. Aku yang melihat Ji Woo tertidur dengan nyenyak tidak enak membangunkannya. Ku biarkan dia tidur lebih lama. Aku menarik diriku pelan-pelan agar dia tidak bangun, keluar kamar dan menyapa ibu.

"ya,, kenapa kau sudah bangun, bukannya ada kelas siang saja?" ibu bertanya sembari memasang anting-antingnya.

entah mengapa ibu berjalan ke arah kamarku seperti mencari sesuatu.

"Ibu mencari apa?"

"Mencari peniti, ibu seperti pernah melihat ada didalam kamarmu."

"yaa,, ji wo yaaaa,, kenapa dengan lehermu, kenapa merah-merah begitu, coba ibu lihat." Ji Woo yg setengah sadar langsung menutup wajahnya dengan selimut.

"sini ibu liat, ibu takut kau terkena virus,"

"tidak,, ini karena alergiku kumat bu."

"benarkah?"

"iya,, ibu pergilah bekerja, aku mau tidur lagi."

"dalam hitungan ketiga kau tidak mau melepaskan semua selimutmu, ibu akan mebuatmu benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa dirumah ini."

APAKAH AKU MENCINTAI HYUNG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang