YeolNet

56 5 0
                                    

Sudah 2 bulan berlalu sejak kecelakaan Hyung malam itu. Kini gips Hyung sudah bisa dilepas dan setelah itu Hyung dapat menggerakkan tangannya dengan leluasa lagi. Hyung yang biasa melayaniku berbalik menjadi orang yang perlu dilayani. Selama dua bulan ini ibulah yang harus mengantarnya ke kampus. Ibu sampai menolak segala bentuk lembur dari kantornya demi mengantar Hyung.

Hari yang dinantikan Hyung tiba. Pagi ini aku sudah berjanji untuk menemaninya melepas gips dan memastikan jika tangannya sudah benar-benar sembuh. Kami datang ke rumah sakit dan berkonsultasi dengan dokter yang merawat Hyung. Beliau mengatakan bahwa kondisi Hyung sangat bagus, tulangnya pun sudah menyatu dengan baik. Hyung tersenyum lebar. Sekarang dia sudah bisa memelukku dengan bebas.

Aku tersenyum tipis. Sekarang adalah saat yang tepat untuk membalaskan dendamku. Dia sudah sembuh dan harus merasakan sakit seperti yang kurasakan kemarin.

Drrrrrrt... drrrrttttt..

"Halo... kau akan kerumahku jam 3 siang ini?" ku angkat telpon dari temanku.

"Nuguu?" tanya Hyung.

"Teman sekelasku, kami akan kerja kelompok di rumah siang ini."

"aaah,, yasudah ayo kita pulang!"

Kami bergegas pulang karena sekarang juga sudah pukul 12 siang. Hyung mengajakku mampir ke toko sushi langganannya. Di sana kami makan dua mangkok ramen dan membawa dua box sushi untuk ibu dan cemilan di rumah.

Ting tung.. ting tung...

Kang Gook sudah datang. Aku bergegas membukakan pintu untuknya. Kulihat Hyung duduk di sofa depan televisi tapi tidak peduli dengan suara bel pintu. Sepertinya pantatnya lengket dengan sofa sampai tidak bisa berdiri membuka pintu. Dia bahkan hanya melihatku sekilas sambil mengunyah cemilan kemudian lanjut menonton televisi.

"Masuklah.. diluar dingin yaa?" sambutku

Kang gook mengangguk. "Kau tidak kedinginan bukan?" aku khawatir padanya.

"Aniii.. aku baik-baik saja."

Dia memberi salam pada Hyung tapi hanya dibalas sekedarnya.

Kami mengerjakan tugas kelompok di kamar. Ada beberapa tugas yang harus kami selesaikan. Tugas seni dari Bu Jang, tugas diskusi dari Pak Kim dan membuat gerakan senam dari Pak Yoon. Karena tugas dari Pak Yoon harus diserahkan pekan ini maka kami dahulukan pengerjaannya. Tubuh kami terlaku kaku dan asing dengan gerakan senam. Alhasil kerja kelompok ini lebih mirip seperti tugas melawak karna sebagian besar isinya hanya canda dan tawa.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk." Jawabku.

Hyung membawakan sushi yang tadi kami beli, menaruhnya di meja belajarku.

"Yaa.. Kalian ini sedang mengerjakan tugas atau bermain? Tolong tenanglah sedikit. Aku tidak bisa fokus menonton drama."

"Maafkan aku Hyung, kami akan serius dan tidak berisik lagi." Kang Gook merasa tidak enak. Aku hanya mendorongnya pergi dan menutup pintu.

Belum ada 10 menit sejak Hyung pergi dari kamarku. Dia tiba-tiba menerobos masuk ke kamarku. Hyung melihat Kang Gook mencium pipiku. Tidak, Kang Gook tidak berniat mencium. Tak sengaja tercium saja dan sepertinya Hyung salah paham.

Kalian mengerti bukan? Kita akan mengeluarkan suara-suara ambigu ketika berolahraga. Tadi Kang Gook ingin sit up dan aku menawarkan bantuan untuk memegang kakinya. Ketika dia mengangkat tubuhnya pada posisi duduk, Hyung tiba-tiba membuka pintu tanpa izin. Aku yang menoleh ke arah Hyung tidak sengaja tersentuh oleh bibir Kang Gook karna jarak kami yang terlalu dekat.

"Yaaaaaaaaa...."

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?? DARITADI AKU SUDAH CURIGA. KALIAN MENGELUARKAN SUARA-SUARA ANEH. KALIAN SEDANG APA?"

"HAHAHAHAHHAHAHA.."

"Apa maksud Hyung? Memangnya kami sedang apa? Kau juga sering mencium pipiku. Lagipula Kang Gook tidak sengaja, Benarkan Kang Gook?" Kang Gook mengangguk.

"Aaaa... eee... aaaaa.. pokoknya, Kang Gook kau harus pulang ini sudah jam 7 malam. Ibumu nanti mencarimu!"

Kang Gook segera merapikan tas dan buru-buru berpamitan dengan kami. Aku mengantarnya ke depan pintu. Hyung mengekor di belakangku. Ketika aku berbalik setelah menutup pintu, Hyung menempelkan satu tangannya ke pintu dan tangan lainnya ia masukkan saku. Aku hanya berdiri menempel di sisi belakang pintu. Seperti adegan yang biasa ada dalam drama romance. Kalian bisa membayangkannya bukan? Dalam hati aku tersenyum geli. Hyung menatapku tajam. Mulai dari kening turun ke kedua mataku dan berhenti tepat di bibir. Aku menatapnya balik.

Hyung menutup matanya perlahan. Kudengar napasnya memburu naik turun tidak teratur. Tangannya sudah mengepal.

"Apa kau baik-baik saja Hyung?"

Dia dengan cepat menutup mulutku. Dia menciumku. Ah, tidak, bukan di bibirku tapi di tangannya sendiri yang digunakan untuk menutup mulutku. Beberapa detik kemudian Hyung sudah bergegas kembali ke kamarnya. Aku hanya tersenyum. Sekarang aku sudah bisa mengatur perasaanku. Aku sudah tau kapan sebaiknya perasaan ini aku umbar atau aku manfaatkan.

Diluar dugaan, aku masih memikirkan bagaimana cara yang paling ampuh untuk membalaskan dendamku, tapi hal seperti tadi tiba-tiba terjadi. Bahkan dewapun mengamini. Ini masih permulaan, sebaiknya persiapkan hatimu?

"Hyung.. mau makan malam apa hari ini?" aku mengeraskan suara agar terdengar sampai kamar.

"Terserah saja, aku tidak lapar."

"Aku akan masak Shabu- Shabu. Benar kau tidak lapar?"

Hening..

"Hyung... kau mati?" candaku sampai terkikik.

Aku sungguh menyukai suasana ini. Menikmati sikap kikuk Hyung padaku. Dia Imut sekali. Apalagi setelah menciumku dia bukan pergi ke kamarnya tapi malah masuk ke kamarku. Kemudian keluar lagi dan menatapku sekilas sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. Menengok kanan kiri dan masuk ke kamarnya sambil membanting pintu.

APAKAH AKU MENCINTAI HYUNG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang