Apa yang ku lakukan? Aku sudah melanggar janjiku sendiri.
Aku mengacak rambut dengan kasar. Mengutuk tindakan bodohku tadi. Sial, bagaimana bisa aku kelepasan menciumnya? Padahal aku sudah berhasil menahan selama 2 bulan. Tapi hanya karena kejadian sepele sanggup membuatku lepas kendali. Ceroboh sekali aku ini. Dasar bodoh. Ah, Han Seo Joon bodoh.
"Aku akan masak shabu- shabu, benar kau tidak lapar?" teriaknya dari luar.
Aku diam saja. Masih sibuk memikirkan kejadian tadi.
"Hyung... kau mati?"
Dia terdengar puas menertawakanku. Ku buang napas perlahan. Sudahlah, anggap saja kejadian tadi hanya sebuah kekhilafan. Cukup bertindak seolah tidak terjadi apapun seperti yang biasa aku lakukan. Oke, ayo keluar kamar Han Seo Joon. Suara dikepalaku sudah mengiyakan untuk membuka pintu namun kaki ini masih mondar-mandir gelisah. Butuh beberapa menit agar tubuh dan isi kepala sepakat dengan satu suara. Kusentuh kenop pintu dengan memejamkan mata sambil menghembuskan napas panjang. Ku buka dan melangkah keluar. Ah, sungguh aku malu sekali.
"Hyung, kau sedang apa? Cepat siapkan meja makan, ibu sebentar lagi pulang! Ayo, kita makan bertiga!" ajaknya
Meja makan sudah siap. Kami tinggal menunggu ibu selesai mandi. Setelah semua berkumpul, kami mulai menyantap makanan buatan Ji Woo. Dia memperhatikanku sambil mengisi mangkuk milikku yang sudah kosong. Aku hanya bisa menunduk.
"Hyung, ini makan yang banyak yaa!" ucapnya sambil tersenyum manis padaku. Ibu hanya memandangi kami sambil tersenyum.
"Han Seo Joon kenapa mukamu merah?" goda ibu.
Aku tidak menjawab perkataan ibu. Hanya fokus makan.
"Pasti karena rasa masakanku enak bu.. ya kan Hyung?" Ji Woo menyela.
"eeeumm.. Wanjooon daebak! Masakanmu tidak ada lawannya. Kau tau, shabu-shabu langgananku bahkan tidak bisa mengalahkan masakanmu ini. Aku akan menghabiskan semuanya." timpalku, berusaha tampak sebiasa mungkin. Aku takut lambat laun Ibu mulai menyadari perasaanku pada Ji Woo.
***
Aku terkejut ketika bangun pagi keesokan harinya. Ku dapati wajah Ji Woo sedang memandangi sambil tersenyum menggodaku. Dia mengambil posisi bersandar di samping kasur. Ada apa dengannya? Ini bukan seperti dirinya?
"Hyung, apa kau tau berapa lama aku di sini?" ujarnya "Aku sejak tadi menyentuh ponimu, mengelus kelopak matamu, dan menyentuh bibirmu. Tapi kamu tidak bangun juga." sambungnya.
Aku hanya terdiam.
"Cepatlah mandi! Tadi ibu menyuruhku membangunkanmu."
Kulihat Ji Woo sudah rapi dengan seragamnya. Dia berjalan keluar kamar dan kembali bergabung dengan ibu di meja makan. Meninggalkan aku yang masih mengumpulkan kesadaran. Bergegas bersiap setelah kesadaranku utuh dan ikut berkumpul di meja makan bersama mereka berdua.
Ah, lucu sekali sarapan kali ini.
Di atas piringku ada omurice berbentuk beruang yang sedang tidur lalu diselimuti oleh telur dadar. Kuperhatikan piring ibu dan Ji Woo tapi semua tampak normal, tidak berbentuk. Kenapa hanya milikku yang begini? Aku menoleh pada Ji Woo tapi dia hanya memberi isyarat untuk segera memakannya. Aku menurutinya meskipun masih merasa heran.
***
Hari ini aku pulang lebih awal. Aku berencana mampir ke kedai Teokbokki pinggir jalan langganan Ji Woo. Sambil berjalan menuju kedai aku membayangkan suasana menyenangkan saat kami makan kudapan bersama. Imajinasiku membuat langkah kaki ini terasa ringan meski kedainya masih 3 blok lagi. Belum tuntas melewati blok pertama, samar kulihat dari jauh ada Ji Woo bersama dengan Kang Gook. Mereka sedang makan Tteokbokki dan cemilan lainnya. Kulihat Ji Woo sedang mengelap bibir Kang Gook. Aku memicingkan mata karena tidak percaya dengan apa yang kulihat dan ternyata benar itu mereka. Tanpa pikir panjang aku mempercepat langkahku. Namun aku mendadak berhenti di langkah yang belum genap sepuluh. Seketika tersadar. Tidak seharusnya aku cemburu, bukan?
Han Seo Joon
Apa kau sudah lupa dengan apa yang diucapkan Ji Woo?
Apa kau akan melanggar janjimu sendiri?
Bagaimana jika nanti hubunganmu dengan Ji Woo kembali memburuk?
Otomatis aku menggelengkan kepala dan berbalik dengan cepat. Jika tidak ingin membuat Han Ji Woo kesal lagi maka aku harus menahan perasaan semaksimal mungkin. Aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Tapi tidak kutemukan siapapun di rumah karena ini masih pukul 4 sore. Ibu baru pulang setelah pukul 7 malam. Ji Woo sedang bersama Kang Gook. Apa yang harus kulakukan sekarang? Perutku lapar dan di rumah hanya ada ramen. Aku malas makan ramen.
Piiip.. Piiip... Piiip.... Piiip...
"Aku pulang." sapa Ji Woo.
" O... Kau sudah sampai. Apa isi keresek yang ada di tanganmu? Tteokboki ya?"
"oh..." sahut Ji Woo. "Tumben kau sudah pulang Hyung?"
"Iya, profesorku sedang dinas jadi jam terakhir kosong. Tapi dirumah tidak ada yang bisa ku makan."
"Apa ini cukup untukmu?" sambil mengangkat keresek di tangannya.
"Hei! Aku ini laki-laki dewasa. Cemilan seperti itu tidak akan cukup untukku."
AH AKU TAU, KAU AKAN PUAS JIKA MEMAKANKU KAN?
"Apa kau bilang? Tadi aku dengar kau bicara sesuatu?" tanyaku. Ya, Tadi aku mendengar Ji Woo mengucapkan kalimat yang kurang begitu jelas. Tapi aku yakin mendengarnya bicara tentang aku yang puas kalo bisa memakannya. Ji Woo sinting. Bagaimana bisa dia bicara seperti itu? Terlebih padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
APAKAH AKU MENCINTAI HYUNG?
FanficHan Seo Joon dan Han Ji Woo, bersaudara tapi memiliki rasa yang berbeda. Rasa yang sebaiknya mereka pendam atau mereka ungkapkan satu sama lain. Apakah mereka sama-sama memilikinya? Atau hanya sepihak saja. Apakah ini akan berakhir bahagia atau hany...