Sheila terduduk lemas di sofa depan tv rumahnya. Bukan apa-apa, ia hanya sedikit capek akibat memindahkan beberapa barang-barang di kamar lantai satu ke kamar lantai dua.
"Assalamualaikum," salam seseorang yang seketika membuat kepala Sheila terdongak.
"Hm, wa'alaikumussalam istrinya Kak Royyan," tegur Sheila lalu kembali menyandarkan kepalanya pada bantal sofa sesaat setelah mengetahui sosok yang baru saja datang itu.
Zahra duduk di samping adik iparnya. "Kenapa, Mbak? Keliatannya capek gitu."
Sheila menghela napas panjang. "Habis pindah-pindahin barang ke kamar lama," jawabnya.
"Pindah? Lagi?" tanya Zahra.
Sekadar informasi, waktu Khalid masih berstatus otw lahir, Sheila dan Fariz pindah kamar ke lantai satu. Ini terjadi karena perasaan cemas Fariz yang bisa dibilang berlebihan. Intinya, dia melakukan itu untuk mencegah kemungkinan buruk yang akan terjadi. Salah satu kemungkinan buruk yang selalu berputar di kepala lelaki tersebut adalah bagaimana kalau istrinya sedang terburu-buru lalu jatuh di tangga. Alasan itu terus menerus diucap olehnya hingga Sheila menyetujui permintaannya untuk pindah kamar.
"Iya, emang udah dari lama sih pengen balik ke atas cuma baru terealisasikan sekarang. Itung-itung bisa mantau Khalid juga, dia udah mulai tidur sendiri soalnya," jawab Sheila sembari memperbaiki posisi duduknya.
Zahra memangut-mangut. "Owalah, terus dua pengawal lo pada ke mana sekarang? Kok gak keliatan?" lanjutnya yang baru menyadari bahwa sedari tadi ia belum melihat dua pengawal Sheila alias Fariz dan Khalid.
"Khalid lagi di rumah jidahnya, kalau Kak Fariz kayaknya lagi di dapur atau nggak di taman belakang."
"Oh, btw, kita kan udah jarang ketemu nih. Gimana? Ada news update apa tentang Kak Fariz? Lo belum cerita ke gue sama sekali perubahan sikap Kak Fariz setelah ada Khalid." Zahra mengingatkan bahwa Sheila masih memiliki utang cerita padanya.
Ya, semenjak kehadiran Khalid, laki-laki bernama lengkap Muhammad Alfarizi itu memang memiliki perubahan sikap yang signifikan. Namun, tidak ada yang tahu perubahan seperti apa yang terjadi pada dirinya, terkecuali Sheila dan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka.
"Hmm ... not bad,"
"Cerita dongggg," pinta Zahra.
Sheila berdecak. "Mager dan malas ngomong panjang."
Zahra mengerucutkan bibirnya. "Ya udah."
Perempuan di samping Zahra tidak berbicara lagi, pandangannya fokus pada drama serial yang sedang terputar di televisi. Aisyah Azzahra pun begitu, sesekali ia menatap ponselnya guna mengecek bilah notifikasi, siapa tahu ada sesuatu yang penting. Nyatanya, tidak ada.
"Sheikuuuu." Panggilan yang berasal dari arah belakang itu sontak membuat kedua perempuan yang sedang menonton itu berbalik. "Eh? Ada Zahra," ucap laki-laki itu.
Zahra menaikkan sebelah alisnya. "Tunggu-tunggu, tadi Kak Fariz manggil Sheila apa? Sheiku, singkatan dari Sheila aku gak sih? Cielah bisa aja ayahnya anfala," ledeknya.
Fariz tidak mengeluarkan sepatah kata pun, laki-laki itu hanya tersenyum tipis menanggapi ledekan dari istri kakak iparnya. Sedangkan Sheila malah tertawa kecil melihat wajah sang suami.
Sebenarnya, Fariz adalah tipe cowok yang paling tidak mau menampakkan hal-hal yang berbau keromantisan pada orang lain. Tapi, mau bagaimana lagi? Ia tidak tahu kalau ada Zahra di rumahnya. Hari ini, sebut saja dia tercyduk.
"Pamit ke atas dulu, ya. Mau istirahat, soalnya habis pindahan kamar," ucap Fariz pada istrinya. "Titip salam sama Kak Royyan, Ra," sisipnya yang kali ini ditujukan pada Zahra.
"Iya."
"Oke, ayahnya anfalaa."
Setelah Fariz benar-benar menghilang dari pandangan mereka, Bibi datang membawa camilan.
"Kak Fariz tuh paling gak bisa diledekin kayak tadi tau."
"Sengaja, pengen liat purna ketos salting."
Sheila menggeleng-gelengkam kepalanya. "Bener-bener lu!"
"Ini camilannya mau ditambah lagi, nggak?" tanya Bibi.
Keduanya kompak memberi gelengan. Kemudian setelahnya, Zahra menyuruh Bibi untuk ikut duduk bersama mereka. Ia ingin mewawancarai kehidupan Shefa setelah kelahiran Khalid. Pasalnya, Sheila sendiri malas menceritakan itu. Alhasil istri dari Royyyan memutuskan untuk bertanya pada saksi hidup mereka berdua beberapa tahun belakangan.
"Gimana Kak Fariz ke Sheila, Bi?"
"Beeuhhh, si Bos beda pisan. Pokoknya mah sekarang lebih bucin dia."
"Serius? Terus-terus?"
Lebih lanjut Bibi juga menjelaskan mereka bukan jarang terlibat konflik melainkan tidak pernah sama sekali semenjak ada Khalid. Soalnya, Fariz lebih banyak mengalah jika hawa-hawa pertengkaran mulai tercium. Sedangkan perihal mengurus Khalid, sesibuk dan secapek apapun laki-laki bernama Muhammad Alfarizi, ia kerap kali turun tangan untuk membantu Sheila.
"Satu lagi, kalau si Bos pulang ke rumah yang dicari pertama kali tuh bukan Khalid, tapi Mbak Shei. Padahal mah rata-rata suami kalau udah punya anak pasti yang dicari anaknya ya kan?"
"Widih, ini mah definisi she fell first, but he fell harder," Zahra terpukau.
***
Ini adalah bagian pertama dari last season kisah Sheila dan Fariz.
Di rasa dan harapan, Sheila yang berjuang habis-habisan. Di unpredictable, Sheila juga masih melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, right?
So, last season ini adalah cerita tentang bagaimana Alfarizi membalas semua yang telah diberikan Sheila untuknya.
Hope u enjoyyyyy!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaras
General FictionShe fell first, but he fell harder. *** (Last Season Rasa & Harapan)