5 : Quarter Date

1K 215 52
                                    

happy reading

***


Setelah berminggu-minggu sibuk mencocokkan jadwal masing-masing. Empat perempuan yang memiliki nama grup chat penikmat kakel di whatsapp itu akhirnya berkumpul lagi, tidak mau menjadikan momen yang sangat langka ini biasa-biasa saja, mereka bertiga memilih untuk mengunjungi pameran lukisan yang dilaksanakan secara indoor. Tentu tidak berempat saja, pasangan mereka pun ikut hadir hari ini.

Sebelum memasuki ruangan, Zahra meminta waktu untuk mengisi perut terlebih dahulu. Kali ini mereka tidak memilih makanan berat, melainkan jajanan di depan gedung. Tuntas melakukan itu, delapan orang tersebut memasuki ruangan penuh lukisan.

Di dalam sana, mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Sibuk memotret, membaca arti lukisan demi lukisan dan lain sebagainya.

Fariz menghampiri Sheila yang sedang bersama Zahra, Oppie, dan Aisy. "Shei, foto, yuk?" ajaknya.

"Widih, Sheila keren, ya. Dulu ngajakin fotbar, sekarang diajak fotbar," beo Aisy seraya menyenggol lengan Zahra.

"Asal kalian tau, ya, dua manusia di depan kita ini definisi she fell first he fall harder." Zahra menimpali perkataan Aisy.

Sheila menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ocehan teman-temannya. "Ra, fotoin nih!" pintanya sembari menyerahkan ponsel Fariz pada Zahra.

Sesaat setelah Zahra mengarahkan kamera pada keduanya. Fariz menaruh lengannya di bahu sang istri.

"Usahain senyum yang bener, kalau hasil fotonya bagus saya pasang di lockscreen," bisiknya yang sempat membuat Sheila tertawa sebentar lalu memasang senyum terbaiknya.

"Satu, dua, ti ... ga." Zahra mulai memotret. Selepas mengambil empat gambar sesuai perintah Sheila dan Fariz, ia mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

Sheila kembali bergabung bersama ketiga temannya, sementara Fariz sibuk memerhatikan foto apa yang akan dipasang ke lockscreen ponselnya.

Berhubung gedung yang digunakan sebagai pameran lukisan sangat luas, Sheila dan kawan-kawan berpisah dengan para lelaki. Mereka menyusuri ruangan yang menampilkan lukisan bertema langit. Sedangkan, para pria lebih senang melihat-lihat tema tentang monokrom.

Saat sedang fokus membaca makna-makna lukisan bersama Royyan. Tiba-tiba saja, Fariz dihampiri dua perempuan.

"Permisi, Mas. Boleh kenalan, nggak?"

"Nggak," jawab Fariz singkat, padat, dan jelas.

Perempuan itu menyunggingkan senyum. "Tipe gue banget, nih. Ganteng-ganteng dingin."

Fariz mengajak kakak iparnya untuk pergi ke tempat lukisan yang lain dan tidak memerdulikan ucapan itu. Saat dirinya ingin beranjak meninggalkan dua manusia tidak jelas di depannya, ia malah dicegat oleh salah satu perempuan yang hampir menyentuh tangan Fariz. Untung saja, ia sigap menghindar.

"Saya sudah punya istri! Jadi, tolong hargai perasaan istri saya dengan tidak mengulangi perbuatan kamu barusan!" tegas pria itu, amarah terlihat jelas dari raut wajahnya.

Mendengar ucapan tersebut, kedua perempuan itu buru-buru menghilang dari pandangan Fariz.

Melihat salah satu suami dari teman istrinya sedang marah-marah dari jauh membuat Bagas dan Azka menghampiri Fariz dan Royyan.

"Kenapa, bro?" tanya Bagas.

"Iya, saya tadi lihat dari sana, kamu kayak lagi marah-marah gitu, Riz," sahut Azka.

Royyan menaruh lengannya di pundak Fariz. "Adik ipar gue habis digodain ciwi-ciwi."

Bagas memberi gelengan kepala. "Parah," komennya. "Kalau tadi kejadian di kamu gimana, Ka?"

SelarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang