happy reading !!!
***
jan lupa vote yaww
Pusat perbelanjaan kota, merupakan tempat di mana Sheila dan Suci berada saat ini. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menemani teman mereka alias Samudra untuk membeli cincin yang nantinya akan digunakan oleh laki-laki itu melamar tambatan hatinya dua hari lagi.
Sesat setelah memasuki Mall, sebenarnya Samudra ingin langsung ke tempat perhiasan tanpa singgah ke mana-mana. Namun, keinginan Suci untuk memakan jajanan di lantai satu membuatnya membatalkan rencana awal. Tidak masalah, juga, sih. Karena waktu menghabiskan jajanan tidak selama yang dipikirkannya.
"Toko cincinnya di lantai mana?" tanya Samudra pada dua perempuan yang sedang bersamanya.
"Lantai tiga, di sudut kanan. Kalau nggak salah ingat," jawab Sheila.
Suci memberi anggukan kecil. "Udah bener, kok."
"Oke," lanjut Samudra seraya melangkahkan kaki menuju eskalator diikuti oleh Sheila dan Suci.
Di perjalanan tidak ada waktu diam-diaman yang lama karena Suci selalu saja memiliki topik pembicaraan.
"Dok, nanti cincinnya di tes dulu, tuh, pasti. Pake jari saya aja tesnya," tawar Suci saat mereka bertiga hampir sampai di tempat tujuan.
Samudra tidak menolak, ia setuju-setuju saja. Toh, kalau diperhatikan, baik jari Suci ataupun Sheila ukurannya hampir mirip dengan punya Arum. Itu alasan mengapa dia mengajak kedua teman baiknya di rumah sakit untuk membeli cincin bersama.
Setibanya di toko perhiasan yang bernama Firla Jewelry. Mereka bertiga disambut oleh kilauan perhiasan yang tersusun dengan rapi.
"Mau cari apa, Mas?"
"Cincin." Samudra menundukkan pandangannya melihat benda kecil berbentuk lingkaran yang sedang tertata. "Boleh tolong keluarin, gak?" pintanya.
"Boleh, yang mana?"
"Yang ..." Samudra menyipitkan matanya membaca tulisan kecil yang terletak di bawah cincin pilihannya. "Palladium nomor 2," sambungnya.
"Baik," tanggap Pelayan Toko.
"Mbak, toilet terdekat di sini mana, ya?" Pertanyaan dari Suci membuat Sheila dan Samudra melihat ke arahnya.
"Kalau ke luar dari sini, lurus sedikit terus belok kiri, Kak."
Suci menepuk pundak Sheila. "Ke toilet dulu, ya, kebelet," bisiknya.
"Iya." Sheila mengangguk.
"Suc-" Samudra berbalik badan dipikir Suci masih bersama mereka. Tadinya ia ingin meminta perempuan tersebut untuk memakai cincin itu sebelum pergi ke toilet. "Suci udah pergi, La?" tanyanya.
"Udah."
"Gimana, Mas?"
"Eumm ... tunggu teman saya dulu, soalnya dia yang mau tes cincinnya."
Sejujurnya, Samudra ingin meminta tolong ke Sheila saja agar urusan cincin itu cepat selesai. Tapi, entah mengapa ia tidak bisa mengatakan itu pada Sheila. Ia merasa tidak enak, jika harus meminta perempuan disampingnya mencoba cincin tersebut.
Satu menit
Dua menit
Tiga menit
Empat menitSuci belum kembali.
Samudra melirik jam yang tersemat di tangannya kemudian memerhatikan perempuan yang sedang sibuk dengan ponselnya. Tidak ada pilihan lain, ia harus meminta tolong pada perempuan yang berprofesi sebagai dokter gigi itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/318074803-288-k44527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaras
Fiksi UmumShe fell first, but he fell harder. *** (Last Season Rasa & Harapan)