"Kok Fariz bisa ketemu Papanya Sheila?"
"Fariz waktu mau ngekhitbah Sheila ngomong apa aja ke ortunya?"
jawaban dari pertanyaan kalian di season 1 ada di part ini, selamat membaca !!!✨
****
"Dia emang adik kelas aku, Bu. Tapi, aku sama dia gak dekat. Ibu tau kan aku waktu SMA minim banget komunikasinya sama akhwat? Teman-teman kelas aku aja jarang, apalagi dia yang statusnya cuma adik kelas."
Entah sudah argumen ke berapa yang terlontar dari mulut Fariz untuk menolak permintaan ibunya yang terlihat begitu menginginkan dirinya menikah dengan perempuan pilihan wanita paruh baya tersebut.
"Aku gak mau nikah sama orang yang gak aku kenal sama sekali, Bu," lirih Fariz.
"Loh? Kalian berdua satu SMA, Riz, masa nggak kenal sama sekali? Pasti kenal lah." Aisyah mengusap puncak kepala putranya kemudian mengambil tasnya lalu mengeluarkan secarik kertas dari sana. "Ini alamat rumahnya, Ibu minta sama asisten dia di rumah sakit."
Fariz menatap wanita di depannya dalam-dalam kemudian menghela napas panjang. Tidak ada alasan untuk menolak, jika ibunya sudah berucap seperti itu. Terlebih lagi, kalau diingat-ingat, wanita paruh baya di hadapannya tidak pernah mengajukan permintaan sampai harus berulang-ulang seperti ini.
Tangannya tergerak mengambil kertas itu, tanpa mengatakan apapun. Laki-laki itu melangkah ke luar dari kamar ibunya.
"Jangan lupa permantap pilihan dengan istikharah, ya, Riz!" Kalimat terakhir yang Fariz dengar dari mulut ibunya sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar.
***
02.30 AM
Fariz baru saja menyelesaikan salat malamnya. Meski terbilang sering bahkan selalu melakukan hal itu, entah mengapa ia merasa suasana menuju subuh kali ini sedikit berbeda dari biasanya.
Selesai merapalkan doa yang terkesan cukup banyak dari malam-malam sebelumnya. Ia masih enggan beranjak dari sajadahnya. Kedua telapak tangannya bergerak menutup wajahnya sambil menunduk. Hatinya sibuk mencurahkan segala keluh kesah seolah-olah sedang menceritakan semua kegelisahan dan kegundahan yang ia rasakan setelah mendengar permintaan ibunya beberapa hari lalu kepada Sang Pencipta.
Kalau dia benar-benar perempuan yang baik untuk hamba. Tolong yakinkan hati hamba untuk menerima permintaan ibu dengan perasaan yang ikhlas, meski hamba sama sekali tidak mencintainya, Ya Allah.
Usai merasakan sedikit ketenangan, barulah Fariz bangkit dari duduknya. Ia melipat sajadah lalu mengambil ponsel yang terletak di atas nakas kemudian duduk di pinggir kasur. Tangannya membuka aplikasi instagram kemudian mengetik nama seseorang di kolom pencarian. Ia tidak mendapatkan apa-apa, selain sebuah akun instagram tanpa foto profil yang terkunci.
Matanya menatap akun tersebut lumayan lama sampai akhirnya ia memutuskan untuk kembali menaruh ponsel miliknya ke tempat semula.
Fariz merebahkan badannya di tempat tidur dengan menjadi tangan kirinya sebagai bantal.
"Sheila Argetha," gumamnya pelan sembari kembali mengingat momen apa saja yang pernah terjadi pada dirinya dengan perempuan itu. "Di SMA kalau nggak salah dia pernah suka sama saya, kan? Apa sampai sekarang?"
Fariz menggeleng cepat, rasanya tidak mungkin hingga saat ini adik kelasnya tersebut masih memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Mungkin saja, dia bahkan telah memiliki hubungan dengan lelaki lain? Semoga saja iya, karena dengan begitu penolakan demi penolakan yang ia lakukan pasti bisa diterima dengan ibunya. Sehingga Fariz tidak perlu pusing lagi memikirkan perjodohan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaras
Genel KurguShe fell first, but he fell harder. *** (Last Season Rasa & Harapan)