Menghadiri acara sekolah Khalid membuat Sheila harus memindahkan jadwal praktiknya menjadi malam. Kalau dihitung-hitung, malam ini ia punya 20 pasien dengan masalah gigi yang berbeda dan karena hal itu ia baru menyelesaikan pekerjaannya pukul 22.00.
Membereskan kertas-kertas yang berserakan di meja kerja dan membersihkan benda yang digunakan untuk praktik sudah dilakukan oleh Sheila dan Suci.
Hari ini Sheila tidak membawa kendaraan. Oleh karena itu, saat ini ia sedang mencoba untuk menghubungi Fariz, namun nihil. Ia sudah melakukan lima kali panggilan, tapi tak ada jawaban sama sekali. Sepertinya, lelaki itu sedang mengisi daya ponselnya.
"Bawa mobil, nggak? Mau nebeng, Dok." Suci duduk di kursi yang berhadapan dengan Sheila.
Sheila memberi gelengan. "Nggak bawa, ini aja gak tau mau pulang naik apa, Kak Fariz gak angkat telfon, kayaknya lagi nge-cas."
Pintu yang terbuka lebar membuat seseorang masuk menyapa mereka berdua.
"Belum pada balik?" tanya seorang dokter yang ruang praktiknya tak jauh dari ruang praktik Sheila.
Dia Samudra Baskara, dokter umum yang bisa dibilang mostwanted-nya rumah sakit. Status jomblo yang masih disandang olehnya membuat para perawat semakin semangat menebar pesona padanya.
"Baru mau," jawab Sheila.
"Dokter Sam mau balik? Nebeng bisa kali."
Samudra menggeleng kemudian memberi tahu bahwa ia sedang ada shift malam. "Tapi, kalau mau nebeng boleh. Soalnya saya mau keluar cari makan."
"Ayo, Dok." Suci mengajak Sheila.
Sheila berpikir sejenak. Meski rumahnya cukup dekat dengan Suci, tapi kalau dari arah rumah sakit yang duluan sampai itu Suci dan kalau Suci turun duluan, hanya tersisa dua orang di mobil, dia dan Dokter Sam. Bisa bahaya kalau Fariz lihat.
"Nggak usah, duluan aja. Saya bisa naik--"
"Saya bisa nganter kamu lebih dulu kalau nggak mau berdua sama saya," sela Sam yang seakan-akan bisa membaca pikiran Sheila.
"Tuh, Dok. Ayoo!" Suci menarik tangan Sheila.
Setelah berpikir dengan lumayan lama. Sheila akhirnya menerima tawaran tersebut. Di dalam mobil tidak ada satupun dari keduanya yang duduk di samping Sam karena kursi itu tidak kosong melainkan dipenuhi oleh berkas-berkas miliknya.
Sepanjang jalan, Sheila tidak banyak bicara, beda dengan Suci yang selalu saja mempunyai topik untuk dibahas bersama keduanya.
"Dari semua dokter dan perawat yang saya temui, kalian berdua terseru, sih. Kalau saya masuk circle kalian bisa, nggak?"
Hanya mereka berdua perempuan yang bisa membuat Sam merasa nyaman saat sedang mengobrol. Nyaman bukan berarti punya perasaan, itu yang perlu digarisbawahi. Sam tahu betul bahwa salah satu penumpang di mobil telah menikah. Ia cuma ingin berteman saja dengan Sheila dan Suci tidak lebih. Perlu diketahui ia tidak memiliki banyak teman lawan jenis di rumah sakit. Karena yang lain kebanyakan memiliki perasaan dan harapan lebih padanya. Bahkan dokter perempuan yang sudah berkeluarga pun pernah mencoba untuk mendekatinya.
"Boleh bangetttt." Suci dengan senang hati menerima permintaan dokter yang sedang mengemudi itu.
"Satu suara belum bisa menentukan saya bisa gabung." cetus Sam tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
"Udah diwakilin sama Suci," jawab Sheila dengan wajah datar.
"Oke, jadi bestie kita sekarang."
Suci mengangguk. "Asik bestie baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaras
Ficção GeralShe fell first, but he fell harder. *** (Last Season Rasa & Harapan)