8 : Khalid vs Alfarizi

982 212 14
                                    

happy reading !

***


Waktu istirahat Sheila kali ini diisi dengan makan bersama Suci dan Samudra di ruang praktiknya. Untuk makanan mereka memesannya melalui aplikasi. Jadi, tidak perlu repot-repot pergi ke restoran yang mereka inginkan.

"Dokter Sam, kenapa sampai sekarang masih jomblo?" tanya Suci seraya menyeruput es teh.

"Kata siapa jomblo? Saya punya pacar."

Mendengar perkataan itu Suci dan Sheila kompak menatap lelaki di depannya. Suci memasang wajah kaget sementara Sheila mengangguk-angguk, rupanya dokter itu telah memiliki tambatan hati dan memilih untuk tidak mempublikasi hubungannya, keren, sih.

"Berarti konsepnya private gitu, ya?" tanya Sheila.

"Yap."

"Serius?" tanya Suci yang masih belum percaya.

Samudra yang baru menyelesaikan santapannya membuka ponsel kemudian memperlihatkan gambar dirinya dengan perempuan yang mungkin dalam waktu dekat ini akan menjadi istrinya itu.

Suci menggeleng takjub. "Wih, pantes digodain perawat gak oleng. Pacarnya aja secakep ini."

"Udah tunangan?" tanya Sheila penasaran.

Samudra menggeleng. "Akhir-akhir ini lagi mikir gimana caranya ngelamar dia," jawabnya lalu meminta saran mengenai wedding proposal.

"Bagusnya gak usah di depan umum, tapi private. Dalam artian keluarga dan teman dekat aja yang hadir," saran Suci.

"Setuju," sahut Sheila yang kemudian beranjak dari duduknya menuju wastafel.

Keadaan berubah menjadi hening, Samudra memikirkan saran yang diberikan oleh Suci. Sepertinya, ide itu akan benar-benar digunakan dalam kurun waktu 3 hari ke depan. Hari di mana Pradhita Arumdani selaku kekasihnya berulang tahun.

"Besok temenin saya beli cincin, bisa?"

"Siapa?" tanya Suci.

"Kalian berdua."

Sheila mengangguk. "Boleh, di waktu istirahat."

"Oke, kalau gitu saya balik ke ruang praktik dulu." Samudra bangkit dari duduknya kemudian membuang kotak makan yang telah kosong di tempat sampah. "Makasih dan sampai ketemu besok, guys!" ucapnya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan.

"Oke, Dok."

Tuntas membereskan bekas makannya, Sheila membaca nama nama pasien yang akan bertemu dengannya siang ini. Tersisa 5 orang, itu artinya ia akan pulang lebih cepat hari ini.

"Ssstt," desis Suci yang membuat Sheila menengok ke arahnya. "Dokter Sam, minta kita buat bantu nyari cincin besok, itu artinya dia mau ngelamar dalam waktu dekat? Apa jangan-jangan minggu ini?"

Sheila mengangkat kedua bahu. "Gak tau, kenapa gak nanya tadi."

Suci menggaruk tengkuk. "Lupa."

"Kalau pasiennya udah di luar, langsung panggil aja. Biar cepat beres."

"Siap."

***

Tuntas memeriksa semua keluhan pasiennya hari ini, Sheila tinggal sebentar di ruang kerjanya untuk bermain ponsel, begitupun dengan Suci. Mereka sibuk dengan handphone sendiri sampai ketukan pintu membuat keduanya saling menatap.

Suci beranjak dari duduknya lalu membuka pintu itu.

"Bundaaaa."

Kehadiran Khalid menimbulkan sebuah kernyitan di dahi Sheila. Setahunya, Fariz sudah daritadi menjemput anak itu. Ia bahkan berpikir mereka berdua telah tiba rumah.

SelarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang