12 : Khalid's Future

1K 185 26
                                    

Fariz yang baru saja tiba di tempat kerja Sheila itu langsung memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Sebelum turun dari kendaraan, matanya melirik ke arah jam yang sedang tersemat di tangannya.

Selesai dengan urusan mobil, Fariz pun berjalan menuju ruangan Sheila.

Sesampainya di depan pintu, Fariz menghentikan langkahnya sebentar karena berpapasan dengan pasien yang terlihat sudah selesai menjalani pemeriksaan.

Sheila menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa yang tengah berada di ambang pintu. Beberapa detik kemudian, kedua alisnya terangkat.

"Lah? Ngapain ke sini?"

"Mau ngajak kamu makan siang."

Sheila mengernyitkan keningnya bingung. "Emang gak sibuk?"

"Nggak," kilah Fariz.

Sebenarnya hari ini dia memiliki agenda yang bisa dibilang penting di kantor, tapi Fariz meminta Afka--sekretarisnya--untuk mengundur pertemuan itu, mau bagaimana lagi? Daripada tidak fokus karena terus-menerus memikirkan perkataan Sheila yang katanya akan makan siang bersama dokter bernama Samudra, lebih baik diundur, kan?

"Kata Afka, jam 1 kamu ada meeting penting, kok ke sini?"

Perkataan dari Sheila berhasil membuat Fariz terdiam. Bisa-bisanya Afka memberi tahu jadwal itu. Apa laki-laki itu sudah bosan kerja bersamanya sampai-sampai perintah untuk tidak memberi tahu jadwal kerjanya hari ini pada Sheila tidak dijalankan olehnya? Lihat saja, sepulang dari makan siang nanti, Fariz akan memberi pelajaran pada sekretaris itu.

"Kak Fariz!" panggil Sheila yang sontak menyadarkan Fariz dari lamunan.

"Kenapa?"

"Ditanya malah bengong."

Fariz mendengkus pelan. "Gak terlalu penting meetingnya," jawabnya. "Afka bilang apa aja ke kamu?"

Sheila menggeleng. "Eumm ... nggak banyak, sih. Aku tadi cuman nanya Kak Fariz ada jadwal penting nggak hari ini, kalau iya, Khalid biar aku yang jemput. Terus, dia bilangnya ada jam 1,  setelah itu aku bilang makasih infonya terus dia bilang sama sama mbak. Udah, gitu doang ngomongnya," ujarnya.

"Ohh" Fariz memangut-mangut. "Ya udah, ayo pergi."

"Nggak dulu, deh."

Penolakan itu membuat laki-laki di hadapan Sheila memasang wajah bingung. Tanpa berlama-lama, Sheila akhirnya menjelaskan bahwa dua jam yang lalu Suci dan dirinya sudah makan di kantin rumah sakit.  

"Ditraktir sama si ocean?" tanya Fariz dengan ketus.

"Ocean?" Sheila kembali bertanya karena tidak paham. "Owalah, Samudra maksudnya? Iya 2 jam yang lalu dia traktir aku makan sama Suci, makanya masih kenyang" lanjutnya sepersekian detik kemudian.

Tanpa menjawab ucapan itu, Fariz mengeluarkan ponsel kemudian menelepon Afka untuk menanyakan meeting yang beberapa jam yang lalu sempat ia perintahkan untuk diundur.

"Belum, Bos. Ini baru mau ngabarin ke mereka. Kenapa?"

"Gak usah dikabarin dan satu lagi, jadwalnya gak usah di re-schedule. ini saya udah mau balik ke kantor kok," ucap laki-laki itu lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Dengan suasana hati yang sedang tidak baik, Fariz pamit pada perempuan yang dari tadi masih duduk di kursinya.

"Lain kali kalau mau ngajakin makan bilang dulu, Kak."

"Lupain aja, pikiran aku akhir-akhir ini emang lagi nggak beres."

Selangkah ingin meninggalkan ruangan, Fariz tiba-tiba berhenti saat bertemu Suci yang baru saja datang bersama seorang laki-laki yang sedang menggunakan jas putih bertuliskan Samudra pada nametag nya.

SelarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang