Prolog

56 6 0
                                    

Halo semua. Terimakasih sudah mampir. Ini cerita perdanaku, jadi mohon maaf jika ada typo. Kritik dan saran juga terbuka di kolom komentar.

***
Seorang gadis berjalan sepanjang koridor menuju kantin. Ia adalah siswi kelas 10 di SMA Ramayana. Ia berjalan seorang diri tanpa ada teman satu pun, dan ia terlihat ceria. Namun setibanya di kantin, ia berubah tak bersemangat ketika melihat segerombol teman satu kelasnya di ujung kantin. Ia hendak pergi, namun sebuah suara memanggilnya.

"Fasha!!" Teriak suara itu begitu keras hingga menarik perhatian sebagian siswa. Fasha menghampirinya.

"Kenapa?" Tanya Fasha.

"Beliin gue es teh satu sama siomay lima ribu!" Ucap gadis itu menyuruh.

"Udah deh Nad, nggak usah nyuruh Fasha, dia nggak bisa berhitung, kalo lo kasih uang buat beli siomay, ntar kembaliannya kurang gimana!" Dyan merendahkan disertai tawa dari teman-temannya. Ohh, jadi dia Nadia.

"Haha, dasar dongo." Sahut temannya.

"Gue nggak mau tau ya Sha, dah sana cepet beliin gue es teh sama siomay lima ribu, sisanya dikembaliin yang bener, jangan lo ambil!!" Nadia memaksa. Dengan mudahnya Fasha segera menerima uang 10 ribu lalu pergi membeli pesanan Nadia. Beberapa langkah di samping Fasha membeli siomay, terdapat segerombol cowok sedang tertawa menyeringai, telihat seperti mengelilingi sesuatu. Fasha bergidik saat mendengar tawa mereka, terdengar mengerikan. Tampang mereka pula seperti tak bersahabat. Ahh, terlalu takut, Fasha lupa bahwa ia sudah memesan siomay yang kini sudah siap terhidang. Segera saja ia membayar siomay dan pergi. Segelas es teh dan semangkuk siomay sudah berada ditangan Fasha. Ia menghampiri Nadia dan meletakkan pesanannya di atas meja.

"Thank you Fasha." Ucap Nadia dibuat manis.

"Mana kembaliannya?" Tanya Nadia kembali dengan nada ketus.

"Tiga ribu." Ucap Fasha sambil meletakkan uang kembalian di atas meja. Lalu melangkah pergi.

"Haha, mau aja disuruh suruh, tolol." Kata Dyan setelah Fasha pergi. Alhasil, Fasha bukannya jajan di kantin malah jadi suruhan.

Kini ia kemana? Taman belakang sekolah adalah tempat terbaik untuk Fasha. Ia duduk dikursi membelakangi bangunan sekolah. Diam. Ia hanya memakan sebungkus roti yang ia bawa dari rumah. Selalu saja seperti ini, Fasha jarang berkesempatan makan di kantin, karena setibanya disana ia jadi suruhan. Bukan karena Fasha yang terlalu lemah, namun hatinya yang terlalu baik dan tulus. Tiba-tiba seorang gadis duduk disamping Fasha. Gadis itu menyodorkan sepiring nasi goreng dan ayam tepung. Fasha mendongak. Menerima makanan tersebut.

"Makasih." Ucap Fasha sambil tersenyum. Si gadis hanya mengangguk.

"Kenapa? Nggak berani ngelawan?" Tanya Ardel-gadis itu. Fasha diam tak menjawab dan mulai menyuap nasi.

"Sekalipun lo itu cewek, nggak ada larangan buat lo untuk jadi preman."

"Kalau disuruh suruh beliin makanan itu jangan mau, ditolak aja, dilawan!"

"Aku cuma berusaha jadi orang baik Del." Jawab Fasha.

"Lo itu cukup baik, tapi lo terlalu baik buat orang-orang se-jahat mereka."

"Gue tau, sejujurnya lo pengen punya temen, jadi lo baikin semua orang, berharap dari kebaikan lo mereka mau temenan sama lo, gitu kan?" Pernyataan Ardel, ini bukan lagi pertanyaan. Fasha diam, karena memiliki teman adalah harapan Fasha sejak dulu.

"Tapi, lo itu dianggap rendah Sha sama mereka, kalau lo nggak berani lawan, selamanya lo bakalan dianggap rendah, karena begitu mudahnya mempermainkan lo!" Peringat Ardel dengan nada semakin meninggi.

"Ehem, maaf, oke gue tau Sha. Lo takut nggak punya temen, lo takut dibenci, lo takut dikucilkan, dan lo takut ngelawan mereka semua."

"Tapi kalau lo sadar, meskipun lo itu baik, nyatanya saat ini lo tetap nggak punya temen, lo dibenci sama mereka tanpa alasan, lo dikucilkan, nggak ada kan yang mau dekati lo."

"Lo itu udah dianggap rendah, masih aja lo ngerendah." Ucap Ardel tersenyum miris. Fasha terdiam, ia berpikir, 'kenapa dirinya tak bisa seperti Ardel, padahal Ardel kembarannya. Kenapa Ardel begitu jenius, sedangkan dirinya? Kenapa banyak orang suka pada Ardel padahal cerewet. Selalu saja ia merasa iri dengan Ardel, kenapa ia tak sepintar Ardel? Tapi ia suka, setidaknya Ardel sangat peduli dengannya.'
****

Makasih udah baca sampe ujung. Minta dukungannya yaa, dengan vote dan comment. -amlyrk-

1 Agustus 2022

FASHARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang